Kalau dari semua pertanyaan diatas hati suci kita merasa yakin menjawab “YA” maka Insya Allah Islam kita sudah masuk kategori Islam yang rahmatan li l-alamin.
Namun jika kita merasa masih ada sebagian atau semua dari pertanyaan diatas hati suci kita menjawab “KADANG-KADANG” atau “BELUM” apalagi “TIDAK” maka ada baiknya kita memikirkan kembali cara berfikir (pemahaman) Islam kita secara lebih baik dan benar, sembari membenahi praktek hidup dan kehidupan kita menjadi lebih baik, agar Islam kita bisa rahmatan li l-alamin.
ISLAM – KEBERAGAMAN DALAM MENYEMBAH ALLAH
Banyak diantara kita yang sebenarnya sudah mulai mengerti Islam bahkan banyak yang sudah bertahun-tahun mempelajari Islam hingga sampai pada tahap sangat yakin dengan ilmu pengetahuan Islam yang dimilikinya, namun sangat disayangkan justru ke-sangat-yakinan-nya itu membawa pada sifat ego kebenaran bahwa hanya pandangan atau pemahaman mereka saja yang benar. Sehingga banyak diantara kita yang lupa bahwa seluruh isi alam – bukan hanya manusia; tetapi juga hewan, tumbuhan, benda mati, Jin, dan Malaikat pun – menyembah dan bertasbih kepada Allah dengan cara masing-masing. Sering diantara kita menyalahkan praktek beribadah orang lain yang dianggap berbeda dan menyalahan agama lain (bahkan kadang sampai tingkat benci atau anti) sedangkan mereka sebenarnya tidak mengetahui bagaimana cara dan hakikat orang yang disalahkan tersebut.
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1], dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” QS An-Nuur ayat 41.
[1] : Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” QS Al-Israa ayat 44.
Jadi, sudah seyogianya kita harus bisa saling menghargai perbedaan pendapat, pandangan, ataupun cara bagaimana menyembah Allah, sebab yang terpenting adalah bukan penyeragaman pendapat, pandangan, atau tata-cara menyembah Allah, tetapi apapun dan bagaimanapun pemahaman, pandangan, dan tata-cara menyembah Allah yang terpenting mampu mewujudkan ruh Islam, yaitu rahmatan li l-alamin, yang diimplementasikan pada perasaan, ucapan, dan perilaku yang benar-benar memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi segenap isi alam, itulah hakikat Islam yang sebenarnya.
ISLAM – SEBUAH JALAN KEBENARAN
ISLAM yang rahmatan li l-alamin bukanlah suatu alat untuk menyeragamkan manusia dan makhluk lain atau benda lain ciptaan Allah dari segi pemahaman, pandangan, budaya, dan tata-cara bagaimana menyembah Allah. ISLAM yang rahmatan li l-alamin juga bukan sebuah label (trade mark) yang menjanjikan jika Anda beli label ini maka Anda akan selamat. Tetapi ISLAM yang rahmatan li l-alamin adalah sebuah JALAN KESELAMATAN. Apapun label (agama) kita, bahwa kita akan selamat atau tidak selamat itu akan tergantung pada diri kita sendiri, bukan tergantung pada label. Sebagai sebuah jalan keselamatan, Islam yang rahmatan li l-alamin adalah menekankan hakikat kebenaran itu sendiri, jadi walaupun kita membeli label yang mengklaim jalan masuk surga tetapi jika hati, perkataan, dan perbuatan kita tidak memenuhi unsur yang memberikan rahmat bagi alam maka belum tentu kita akan masuk surga.
Kunci pembuka surga adalah iman dan amal shaleh, bukan label. Iman (keyakinan) bukan hanya milik orang Islam, begitu juga amal shaleh (perbuatan baik) bukan monopoli milik orang Islam. Semua agama apapun pasti mengajarkan iman dan mewajibkan penganutnya untuk melakukan perbuatan baik. Sebagaimana kita ketahui bahwa iman adalah kebenaran yang kita yakini di dalam hati (terutama kepada Allah), kemudian tutur kata kita sesuai dengan keyakinan yang bersemayam di hati, dan selanjutnya amal perbuatan kita sesuai dengan tutur kata dan keyakinan di dalam hati itu tadi. Keseragaman antara hati, tutur kata, dan perbuatan dalam kehidupan itulah disebut iman, maka dengan iman tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan atau ibadah-ibadah yang baik yang disebut amal shaleh (amal yang baik).
Implementasi dari iman adalah hati yang baik dan bersih dari penyakit hati seperti iri, dengki, kikir, riak, tamak, takabur dan sebagainya. Kemudian diiringi dengan tutur kata yang baik dan menyejukkan, jauh dari ucapan-ucapan yang menyakiti atau menjelek-jelekkan atau menyalahkan apalagi memfitnah orang lain. Serta ditindak-lanjuti dengan perbuatan-perbuatan atau ibadah-ibadah hidupnya yang senantiasa baik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain dan makhluk-makhluk lain. Iman yang baik dan benar akan mengejawantah pada amal-amal shaleh atau perbuatan baik.
Antara Iman dan Amal Shaleh adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Jika seseorang itu beriman dengan sebenar-benarnya iman maka akan berkorelasi positif pada perbuatan-perbuatan yang baik (amal shaleh), atau sebaliknya, jika seseorang itu perbuatannya baik (amal-nya shaleh) maka sudah tidak diragukan lagi bahwa dia adalah orang beriman. Iman adalah suatu keyakinan, dan amal shaleh adalah wujud nyata atau implementasi dari keyakinan tersebut yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.