Mohon tunggu...
Mugi Rahmawati
Mugi Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Lebaran di Kampung Halaman: Ada Kenangan yang Tak Bisa Terlupakan

22 April 2024   10:32 Diperbarui: 22 April 2024   10:36 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Rela terjebak macet saat mudik supaya bisa merayakan di tanah kelahiran, kenapa sih?

Setiap daerah tentu memiliki ciri khas masing-masing  ketika lebaran. Tentunya, merayakan lebaran di desa berbeda dengan di Ibukota. Pulang kampung alias mudik selalu jadi sorotan ketika Hari Raya Idul Fitri sudah di depan mata.

Tidak hanya sekadar ingin berkumpul dengan keluarga. Tetapi, perbedaan budaya di desa dan kota sangatlah berbeda. Jika di kota, seseorang akan melakukan open house dengan mengundang sanak keluarga maupun kerabat terdekat. Sementara di desa, biasanya masyarakat akan bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah lainnya.

Setiap tahun, menjelang hari raya Idul Fitri, suasana di kampung halaman menjadi begitu hidup. Dari kota-kota besar hingga desa-desa terpencil, perayaan Lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga Indonesia.  Begitupun bagi mereka yang telah lama meninggalkan kampung halaman untuk meniti karier di kota besar atau luar negeri, momen Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk kembali berkumpul dengan keluarga tercinta.

 "momen lebaran bagi saya itu kan momen yang istimewa. Meskipun udah lama gak pulang ke kampung halaman, tapi setiap tahun nya saya selalu mengusahakan untuk pulang supaya bisa merayakan bersama keluarga besar," jelas wawan, seorang warga yang merantau ke Jakarta.

"Lebaran di tempat kelahiran itu  waktu yang paling ditunggu-tunggu banyak orang.  Momen di mana kita bisa berkumpul kembali dengan keluarga besar dan merayakan kebersamaan. Mengenang momen waktu kecil juga," kata Esri, seorang warga lainnya.

Di pagi hari nya, warga di kampung halaman sudah sibuk bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Masjid dan surau dipenuhi oleh umat yang memadati tempat ibadah. Suasana kekhusyukan terasa begitu kuat, seolah menyatu dengan sejuknya udara di pagi hari.

Seperti hal nya Eka, salah satu warga yang membagi ceritanya di pagi yang penuh kebersamaan, dari rebutan kamar mandi sampai berangkat ke masjid bersama keluarga. Meskipun melelahkan, momen-momen seperti itu akan sangat dirindukan.

Setelah sholat, suasana gembira merayakan Lebaran pun dimulai. Keluarga saling bersilaturahmi, berkumpul di rumah nenek atau orang tua yang menjadi pusat pertemuan setiap tahunnya. Teriakan "Mohon maaf lahir dan batin!" bersahutan di antara pelukan hangat dan tawa riang.

Tak lupa dengan tradisi khas Lebaran, hidangan lezat mulai disajikan di atas meja. Ketupat, opor ayam, rendang, dan berbagai hidangan tradisional lainnya yang menggugah selera setelah sebulan penuh menahan diri dari berbagai macam makanan.

Namun, Lebaran di kampung halaman bukan hanya tentang makanan dan silaturahmi keluarga. Ada juga momen spesial yang tak terlupakan, yaitu saling bermaafan. Dalam tradisi yang sudah turun temurun, setiap anggota keluarga mengunjungi kerabat dan tetangga untuk meminta maaf atas segala kesalahan yang terjadi di masa lalu.

Sumber : dokumen pribadi
Sumber : dokumen pribadi

Salah satu tradisi yang tetap dilestarikan adalah ziarah kubur setelah shalat Idul Fitri. Setelah makan bersama dan bermaaf-maafan, warga kampung halaman bersama-sama menuju pemakaman untuk mengunjungi makam keluarga yang telah meninggal.

"saat ziarah kubur, kita semua mendoakan mereka yang udah meninggal sekaligus ya kita berkumpul bersama. Karena kerasa aja kehadiran mereka meskipun memng sudah beda alam dengan kita," tambah Husni.

Meski telah berubah seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Lebaran di kampung halaman tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan kehangatan keluarga. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, momen ini menjadi pengingat akan pentingnya memelihara akar budaya dan menjaga kebersamaan di tengah keluarga dan masyarakat.

Lebaran di kampung halaman juga membawa banyak kenangan manis bagi banyak orang. Anak-anak akan bermain bersama di jalan-jalan desa atau lapangan terbuka, mengenakan pakaian baru yang telah mereka dapatkan sebagai hadiah Lebaran. Orang tua dan nenek akan menyajikan kue-kue tradisional dengan minuman yang segar untuk menyambut para tamu yang datang berkunjung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun