Mohon tunggu...
Mugi Rahayu
Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Hobi saya membaca dan menulis. Menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Keris Api 3: Jejak Kembali

27 Oktober 2024   13:10 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:13 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Sejak pertempuran melawan entitas jahat di hutan, kehidupan Adit berubah drastis. Ia tidak hanya dikenal sebagai anak pemberani, tetapi juga sebagai pelindung hutan dan penjaga cerita-cerita lama yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Hutan yang pernah menakutkan kini menjadi tempat yang aman dan penuh kehidupan. Adit sering menghabiskan waktu di tepi hutan, berinteraksi dengan flora dan fauna, sambil menyimpan kenangan petualangannya.

Namun, seiring waktu, Adit mulai merasa ada yang tidak beres. Meskipun hutan tampak damai, dia merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Keris yang ia sembunyikan di altar batu masih terasa seolah menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah, Adit terbangun dari tidurnya dengan sebuah mimpi aneh.

Dalam mimpinya, sosok anak kecil itu kembali muncul, dengan wajah cemas. "Adit, ada sesuatu yang salah. Kegelapan kembali bangkit. Kau harus kembali ke hutan sebelum terlambat," katanya dengan suara lembut, tetapi penuh urgensi.

Adit terbangun dengan peluh dingin membasahi keningnya. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar mimpi---itu adalah panggilan untuk bertindak. Tanpa membuang waktu, Adit mengenakan jaketnya dan mengambil keris api yang kini disimpan di lemari. Meskipun keris itu tidak lagi bersinar seperti dulu, dia yakin kekuatannya masih ada.

Saat Adit melangkah keluar, ia merasakan angin dingin yang membuatnya merinding. Hutan tampak lebih menakutkan di malam hari, dan suara-suara binatang malam menggema di sekitarnya. Namun, tekadnya tidak goyah. Ia melangkah cepat menuju tepi hutan, mengikuti jalur yang sudah dikenalnya.

Setelah beberapa menit berjalan, Adit sampai di clearing tempat dia pertama kali menemukan keris. Suasana malam itu berbeda; seolah ada sesuatu yang menjulang di balik bayangan pohon-pohon. Adit merasa seolah diperhatikan. "Siapa di sana?" teriaknya, suaranya bergema di antara pepohonan.

Tak lama kemudian, sosok berbaju hitam muncul dari balik pepohonan, namun kali ini tidak sendirian. Ada beberapa sosok lain yang mengikutinya---bayangan gelap, wajah mereka samar-samar, tetapi semua terlihat marah dan penuh dendam. Adit merasa jantungnya berdebar kencang. "Kau kembali, anak kecil," suara sosok itu menggema. "Kami tidak akan membiarkanmu mengganggu rencana kami lagi."

Adit menggenggam keris lebih erat. "Aku tidak akan membiarkan kalian kembali! Hutan ini adalah tempat kami, dan kalian tidak punya hak untuk ada di sini!" teriaknya, berusaha meneguhkan diri.

Sosok berbaju hitam tertawa sinis. "Kau pikir dengan keris itu kau bisa menghentikan kami? Kekuatan kami telah bangkit, dan kami akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami!"

Dalam sekejap, suasana menjadi tegang. Bayangan-bayangan itu melangkah maju, seolah ingin mengepung Adit. Namun, dia tidak mundur. Dia ingat semua yang telah dia lalui dan betapa pentingnya melindungi hutan ini.

Dengan keberanian yang mengalir dalam dirinya, Adit melangkah maju. "Keris ini milik saya dan akan melindungi hutan ini!" dia berteriak. Cahaya dari keris mulai bersinar lagi, mengusir bayangan gelap yang mencoba mendekat.

"Jangan biarkan cahaya itu membutakanmu," suara sosok berbaju hitam berkata, kali ini lebih tegas. "Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi."

Adit tidak terpengaruh. Dia mengangkat keris dan mengarahkan ujungnya ke arah sosok itu. "Kau tidak akan bisa melawan cahaya! Kegelapan akan selalu kalah!"

Saat Adit mengayunkan keris, cahaya memancar dari ujungnya, mengalir ke seluruh clearing. Bayangan gelap itu terpecah, tetapi sosok berbaju hitam tetap berdiri, tampak semakin marah. "Kau tidak tahu kekuatan sejati dari kegelapan. Kami tidak hanya terikat di hutan ini; kami adalah bagian dari seluruh dunia!"

Adit merasakan getaran dari keris. Seolah keris itu berkomunikasi dengannya, memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan. "Jangan hanya bertahan, seranglah!" bisik suara di dalam dirinya.

Dengan penuh semangat, Adit menyerang bayangan yang paling mendekat. Dia mengayunkan keris dengan penuh keyakinan, dan saat keris menyentuh bayangan itu, ledakan cahaya terjadi. Sosok itu berteriak dan menghilang dalam gelombang energi.

Namun, sosok berbaju hitam masih berdiri tegar. "Kau mungkin menghancurkan salah satu dari kami, tetapi kami masih banyak. Kegelapan akan selalu ada!"

Adit merasa terdesak. Dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian. "Tolong... siapa pun yang mendengarku, aku butuh bantuan!" teriaknya.

Dan saat itu juga, sosok anak kecil muncul kembali, tampak lebih kuat. "Kau tidak sendiri, Adit. Kita akan bersatu!" kata sosok itu, mengulurkan tangannya. Adit meraih tangannya, merasakan kekuatan bersatu. "Bersama, kita bisa melawan kegelapan ini!"

Bersama-sama, mereka menghadapi bayangan yang mendekat. Dengan keris api di tangan dan kekuatan persahabatan yang mengalir di dalam diri mereka, Adit dan sosok anak kecil itu melawan. Setiap serangan Adit disertai dengan cahaya, membelah kegelapan dan menghancurkan bayangan yang mencoba mendekat.

Satu per satu, bayangan gelap mulai menghilang, disapu oleh kekuatan cahaya. Namun, sosok berbaju hitam itu semakin marah, dan ia mulai merasakan kekuatan yang akan menghancurkan Adit. "Kau pikir kau bisa mengalahkan kami dengan kekuatan persahabatan? Kau tidak tahu apa-apa tentang kegelapan!"

Tetapi Adit tidak menyerah. Dia melangkah maju, keris diangkat tinggi. "Cahaya dan persahabatan lebih kuat daripada kegelapan mana pun!" Dengan teriakan itu, dia mengayunkan keris ke arah sosok berbaju hitam.

Cahaya dari keris bersinar lebih terang, dan saat serangan itu mengenai sosok hitam, seluruh clearing bergetar. Bayangan itu terpecah menjadi ribuan kepingan gelap, menghilang ke dalam kegelapan malam. Adit merasakan beban yang sangat berat terangkat dari bahunya.

Dia menatap ke sekeliling, melihat clearing yang kini dipenuhi dengan cahaya. "Kita melakukannya!" Adit bersorak, merasa kemenangan di ujung jari.

Sosok anak kecil tersenyum. "Kau telah menunjukkan keberanian yang luar biasa, Adit. Kegelapan tidak akan kembali selagi kau menjaga cahaya ini."

Namun, Adit tahu bahwa meskipun mereka telah menang, masih ada banyak hal yang harus dilakukan. Dia harus memastikan bahwa hutan ini tetap aman dan bahwa semua orang memahami pentingnya menjaga tempat ini.

Setelah berjanji untuk melindungi hutan, Adit dan sosok anak kecil itu kembali ke tepi hutan. Adit menyadari bahwa meskipun dia masih seorang anak, dia memiliki tanggung jawab besar di pundaknya. Kekuatan tidak hanya terletak pada fisik, tetapi juga pada keberanian, kepercayaan, dan persahabatan.

Keesokan harinya, Adit pergi ke sekolah dan menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya. Mereka semua mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak percaya dengan apa yang dia katakan. "Kau benar-benar melawan kegelapan?" tanya salah satu temannya, mata terbelalak.

"Ya! Kita harus menjaga hutan dan melindungi tempat itu," jawab Adit dengan semangat. "Kita bisa melakukan sesuatu bersama-sama!"

Bersama teman-temannya, Adit memulai sebuah proyek untuk menjaga hutan. Mereka membuat poster dan mengadakan kampanye kesadaran tentang pentingnya melindungi lingkungan. Adit menjelaskan bahwa hutan bukan hanya tempat yang menyimpan keindahan alam, tetapi juga tempat yang memiliki banyak cerita dan sejarah.

Minggu demi minggu, lebih banyak orang di desa mulai terlibat. Mereka mengadakan acara bersih-bersih, mengumpulkan sampah, dan melakukan penanaman pohon baru. Adit merasa bangga melihat teman-temannya bersemangat untuk menjaga hutan yang pernah menakutkan kini menjadi tempat yang aman dan indah.

Suatu hari, saat mereka sedang membersihkan area dekat clearing, Adit merasakan ketegangan di udara. Dia mengingat mimpi-mimpinya dan sosok anak kecil yang memberitahunya tentang kegelapan yang kembali. "Teman-teman, kita harus tetap waspada. Kegelapan bisa kembali kapan saja," katanya, mencoba untuk memperingatkan mereka.

"Jangan khawatir, Adit. Kita bersama-sama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun