Sejak pertempuran melawan entitas jahat di hutan, kehidupan Adit berubah drastis. Ia tidak hanya dikenal sebagai anak pemberani, tetapi juga sebagai pelindung hutan dan penjaga cerita-cerita lama yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Hutan yang pernah menakutkan kini menjadi tempat yang aman dan penuh kehidupan. Adit sering menghabiskan waktu di tepi hutan, berinteraksi dengan flora dan fauna, sambil menyimpan kenangan petualangannya.
Namun, seiring waktu, Adit mulai merasa ada yang tidak beres. Meskipun hutan tampak damai, dia merasakan sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Keris yang ia sembunyikan di altar batu masih terasa seolah menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah, Adit terbangun dari tidurnya dengan sebuah mimpi aneh.
Dalam mimpinya, sosok anak kecil itu kembali muncul, dengan wajah cemas. "Adit, ada sesuatu yang salah. Kegelapan kembali bangkit. Kau harus kembali ke hutan sebelum terlambat," katanya dengan suara lembut, tetapi penuh urgensi.
Adit terbangun dengan peluh dingin membasahi keningnya. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar mimpi---itu adalah panggilan untuk bertindak. Tanpa membuang waktu, Adit mengenakan jaketnya dan mengambil keris api yang kini disimpan di lemari. Meskipun keris itu tidak lagi bersinar seperti dulu, dia yakin kekuatannya masih ada.
Saat Adit melangkah keluar, ia merasakan angin dingin yang membuatnya merinding. Hutan tampak lebih menakutkan di malam hari, dan suara-suara binatang malam menggema di sekitarnya. Namun, tekadnya tidak goyah. Ia melangkah cepat menuju tepi hutan, mengikuti jalur yang sudah dikenalnya.
Setelah beberapa menit berjalan, Adit sampai di clearing tempat dia pertama kali menemukan keris. Suasana malam itu berbeda; seolah ada sesuatu yang menjulang di balik bayangan pohon-pohon. Adit merasa seolah diperhatikan. "Siapa di sana?" teriaknya, suaranya bergema di antara pepohonan.
Tak lama kemudian, sosok berbaju hitam muncul dari balik pepohonan, namun kali ini tidak sendirian. Ada beberapa sosok lain yang mengikutinya---bayangan gelap, wajah mereka samar-samar, tetapi semua terlihat marah dan penuh dendam. Adit merasa jantungnya berdebar kencang. "Kau kembali, anak kecil," suara sosok itu menggema. "Kami tidak akan membiarkanmu mengganggu rencana kami lagi."
Adit menggenggam keris lebih erat. "Aku tidak akan membiarkan kalian kembali! Hutan ini adalah tempat kami, dan kalian tidak punya hak untuk ada di sini!" teriaknya, berusaha meneguhkan diri.
Sosok berbaju hitam tertawa sinis. "Kau pikir dengan keris itu kau bisa menghentikan kami? Kekuatan kami telah bangkit, dan kami akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami!"
Dalam sekejap, suasana menjadi tegang. Bayangan-bayangan itu melangkah maju, seolah ingin mengepung Adit. Namun, dia tidak mundur. Dia ingat semua yang telah dia lalui dan betapa pentingnya melindungi hutan ini.
Dengan keberanian yang mengalir dalam dirinya, Adit melangkah maju. "Keris ini milik saya dan akan melindungi hutan ini!" dia berteriak. Cahaya dari keris mulai bersinar lagi, mengusir bayangan gelap yang mencoba mendekat.