Mohon tunggu...
Mugi Rahayu
Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Hobi saya membaca dan menulis. Menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Keris Api: Penemuan

27 Oktober 2024   10:36 Diperbarui: 27 Oktober 2024   10:40 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Di sebuah desa kecil, terdapat sebuah hutan lebat yang dikenal dengan kisah-kisah menyeramkan yang mengelilinginya. Anak-anak di desa selalu dilarang untuk masuk ke dalam hutan tersebut, terutama saat malam tiba. Namun, untuk Adit yang berusia sepuluh tahun, rasa ingin tahunya selalu mengalahkan ketakutannya.

Suatu sore, Adit dan ibunya melakukan perjalanan ke desa tetangga. Saat mereka melewati jalan setapak di tepi hutan, mobil mereka mendadak mogok. Mesin mobil mengeluarkan suara berisik sebelum akhirnya mati total. Ibunya mencoba menyalakan mesin, tetapi tidak berhasil. Adit merasakan ketegangan di udara. "Ibu, kita harus keluar dan minta bantuan," katanya, merasa cemas.

"Biarkan ibu mencoba lagi," jawab ibunya dengan suara tenang, meskipun tampak khawatir. Adit menatap keluar jendela, melihat hutan yang gelap dan lebat. Dia merasakan angin dingin yang berhembus, seolah membawa bisikan-bisikan misterius.

Setelah beberapa menit berusaha, ibunya menyerah. "Kita harus keluar, Adit. Kita tidak bisa tetap di sini," katanya. Dengan ragu, Adit mengangguk dan mereka berdua keluar dari mobil. Mereka melihat sekitar, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di jalanan sepi itu. Hanya ada suara dedaunan yang berdesir dan hembusan angin.

"Ayo, kita cari jalan pulang," kata ibunya, berusaha meyakinkan Adit. Mereka mulai berjalan di sepanjang jalan setapak, menjauh dari mobil. Namun, saat mereka melangkah lebih dalam ke hutan, Adit merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemerisik dari dalam semak-semak. Adit menoleh dan melihat bayangan yang melintas cepat. "Ibu, ada sesuatu di sana!" teriaknya. Ibunya mencoba menenangkan, tetapi raut wajahnya menunjukkan bahwa ia juga merasa takut.

Mereka melanjutkan perjalanan, tetapi hutan semakin gelap dan angin semakin kencang. Adit merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Ibu, aku tidak suka di sini," katanya, suaranya bergetar. Ibunya meraih tangan Adit, berusaha memberikan kenyamanan di tengah ketegangan.

Tiba-tiba, di antara pepohonan, mereka melihat cahaya berkilauan. Adit mengerutkan kening, berusaha melihat lebih jelas. "Ibu, lihat!" serunya. Mereka berjalan menuju cahaya tersebut, dan saat mendekat, mereka terkejut melihat apa yang tampak seperti keris api. Senjata itu berdiri tegak di tanah, menyala dengan api yang bergetar, dan seolah-olah memiliki nyawa sendiri.

"Ini... apa?" bisik ibunya, ketakutan. Adit merasa panggilan aneh dari keris itu. "Ibu, kita harus mengambilnya!" kata Adit, terpesona. Namun, ibunya menariknya. "Tidak! Kita harus pergi dari sini!" Suara ketakutan ibu membuat Adit ragu.

Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok berbaju hitam dengan wajah tertutup. Ia melangkah perlahan menuju keris api, tatapan matanya tajam dan penuh amarah. Adit merasa jantungnya berdebar kencang. "Ibu, kita harus lari!" teriaknya.

Sosok itu mulai mendekati mereka, dan Adit bisa merasakan hawa dingin yang menyelimuti mereka. "Siapa kalian yang berani mengganggu tempat ini?" suaranya dalam dan menggetarkan. Adit dan ibunya mundur perlahan, tidak tahu harus berbuat apa.

Dengan cepat, Adit menarik tangan ibunya dan mereka berlari menjauh dari sosok itu. Keris api masih bersinar di belakang mereka, seolah-olah memanggil. Dalam kepanikan, mereka terjatuh dan berusaha bangkit kembali. Hutan terasa semakin gelap dan menakutkan, dan suara langkah kaki sosok itu semakin mendekat.

Saat mereka berlari, Adit melihat bayangan lain muncul dari balik pohon---bayangan anak kecil, dengan wajah pucat dan mata yang besar. "Tolong... bantu aku," bisiknya. Adit terhenti sejenak, bingung antara rasa takut dan rasa kasihan. "Apa yang terjadi?" tanyanya, tetapi bayangan itu hanya tersenyum lemah.

Ibunya menarik Adit untuk terus berlari. "Adit, jangan berhenti! Kita harus keluar dari sini!" Adit menuruti ibunya, meskipun rasa ingin tahunya terhadap sosok anak kecil itu sangat besar. Mereka terus berlari, napas mereka semakin terengah-engah.

Ketika mereka hampir sampai di pinggir hutan, suara langkah kaki sosok berbaju hitam semakin dekat. Adit melihat keris api yang masih bersinar, dan tanpa berpikir panjang, ia berlari kembali ke arah keris itu. "Adit, tidak!" teriak ibunya.

Adit meraih keris itu, dan seketika, hawa panas menyelimuti tubuhnya. Dalam sekejap, dia merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir dalam dirinya. Sosok berbaju hitam berhenti, tertegun melihat Adit. "Kau tidak seharusnya mengambilnya," katanya dengan nada marah, tetapi Adit tidak merasa takut lagi.

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Adit mengangkat keris itu. "Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti ibuku!" teriaknya. Cahaya dari keris memancar lebih terang, menerangi hutan yang gelap. Sosok itu mundur, wajahnya terdistorsi oleh kemarahan.

Seperti ada kekuatan magis yang mengalir dari keris, Adit merasa semakin kuat. Dia mengarahkan keris api itu ke sosok hitam. Dalam sekejap, sosok itu menghilang dalam kegelapan, disapu oleh cahaya keris.

Adit dan ibunya terengah-engah, tetapi aman. "Adit, kau melakukannya!" ibunya berkata, mata penuh rasa bangga dan kelegaan. Mereka berlari keluar dari hutan, tidak pernah berbalik lagi untuk melihat apa yang terjadi di dalam.

Setelah mereka sampai di tepi jalan, sebuah mobil lewat dan menghentikan diri. Supirnya membantu mereka dan membawa mereka pulang. Meski aman, pengalaman itu meninggalkan bekas mendalam dalam hati Adit.

Sejak hari itu, Adit tidak pernah lagi meremehkan cerita hantu tentang hutan. Dia tahu bahwa kadang-kadang, yang terlihat hanya di luar mungkin menyimpan misteri yang jauh lebih dalam. Keris api itu tetap bersinar dalam ingatannya, pengingat akan keberanian yang dia miliki, dan betapa pentingnya untuk selalu mendengarkan insting kita.

Malam itu, ketika Adit tidur, dia tahu bahwa petualangan di hutan belum berakhir. Ia akan selalu siap jika keris itu memanggilnya lagi, kali ini dengan lebih banyak keberanian dan kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun