Ketika mereka berusaha mencari jalan keluar, suara tangisan berubah menjadi tawa. Suara anak kecil itu terdengar di sekeliling mereka, membuat suasana semakin mencekam. Rina menutupi telinga, sementara Tia berusaha mencari cara untuk keluar. "Jangan panik! Kita harus tetap tenang!" Andi berusaha menenangkan mereka. Namun, semakin mereka bergerak, semakin banyak bayangan gelap yang muncul di sudut-sudut ruangan. "Apa itu?" Tia berteriak ketika melihat bayangan hitam melintas.
Mereka berlari ke arah tangga, berusaha turun secepat mungkin. Namun, langkah-langkah mereka terasa berat, seolah ada yang menahan mereka. Di bawah tangga, mereka melihat sosok wanita berpakaian putih berdiri. Wajahnya terlihat pucat dan matanya kosong. "Tolong... bantu saya," suara itu terucap, membuat semua orang terdiam.
Andi berusaha untuk mendekat, tetapi Rina menariknya. "Jangan! Itu hantu!" serunya. Wanita itu mulai bergerak menuju mereka. Suara tawa anak kecil kembali terdengar, membuat mereka semakin panik.
Mereka berlari menuruni tangga, terhuyung-huyung dalam kegelapan. Saat mereka sampai di pintu keluar, Andi berusaha membukanya, tetapi terasa terkunci. "Tidak! Tidak!" teriaknya. Tiba-tiba, angin kencang menerpa, dan jendela-jendela mulai terbuka sendiri, menciptakan suara berisik.
Akhirnya, Andi dengan semua tenaga mendorong pintu dan berhasil membukanya. Mereka melesat keluar, berlari sekuat tenaga menuju mobil yang terparkir di dekat rumah. Nafas mereka terengah-engah, dan rasa takut belum sepenuhnya hilang. "Apa yang baru saja terjadi?" Joko bertanya, masih terkejut. "Itu hantu! Kita seharusnya tidak masuk!" Rina menangis. Tia mencoba menenangkan mereka. "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi di rumah itu."
Esok harinya, mereka pergi ke perpustakaan setempat untuk mencari tahu tentang sejarah rumah kosong itu. Mereka menemukan bahwa rumah tersebut dulunya dihuni oleh sebuah keluarga bahagia, tetapi tragedi menimpa mereka ketika anak kecil keluarga itu menghilang secara misterius. Sejak itu, banyak yang mengklaim melihat sosok anak kecil bermain di sekitar rumah, serta suara tangisan yang menghantui malam.
Dengan pengetahuan itu, mereka berencana kembali ke rumah kosong, kali ini untuk memberikan penghormatan. Malam harinya, mereka membawa bunga dan lilin, bertekad untuk mendoakan arwah yang terjebak di dalam. Ketika mereka tiba, suasana di sekitar rumah terasa lebih tenang. Bintang-bintang bersinar terang, dan angin berhembus lembut, seolah mendukung niat baik mereka.
Mereka menyalakan lilin dan meletakkannya di depan rumah. "Kami datang untuk menghormati kalian," Andi berkata dengan suara rendah. Tiba-tiba, mereka mendengar suara lembut. "Terima kasih," suara itu berbisik, dan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga yang harum. Mereka merasakan kehadiran yang menenangkan, seolah arwah itu merasa dihargai.
Sejak malam itu, mereka tidak lagi mendengar suara tangisan atau tawa. Rumah itu, meskipun tetap kosong, kini terasa lebih damai. Arwah anak kecil itu sepertinya telah menemukan kedamaian, dan Andi, Rina, Joko, dan Tia berjanji untuk selalu mengingat pelajaran dari pengalaman mereka. Tidak semua yang tampak menakutkan adalah buruk; kadang-kadang, ada kisah yang belum selesai yang perlu diselesaikan.
Mereka meninggalkan rumah itu dengan hati yang lebih ringan, berjanji untuk tidak melupakan pengalaman yang telah mengubah pandangan mereka tentang keberanian dan kasih sayang. Ketika mereka berjalan pulang, mereka merasa seolah beban yang selama ini mereka bawa telah hilang. Kemanapun mereka pergi, mereka selalu membawa kenangan malam itu, malam di mana mereka belajar tentang cinta yang abadi, kehilangan, dan cara memberi penghormatan kepada yang telah tiada.
Â
Sejak saat itu, mereka seringkali kembali ke rumah kosong, bukan untuk mencari hantu, tetapi untuk mendoakan arwah dan merayakan persahabatan yang telah teruji. Di tempat itu, mereka membangun tradisi baru, mengadakan pertemuan untuk berbagi cerita dan mengingat pengalaman menakutkan yang pernah mereka alami. Setiap kali mereka berkumpul, mereka selalu membawa bunga segar, lilin, dan makanan ringan, menjadikannya sebagai bentuk penghormatan kepada arwah yang pernah menghuni rumah tersebut.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar cerah, mereka berkumpul kembali di halaman rumah kosong. Suasana terasa lebih magis dengan cahaya bulan yang menerangi lingkungan sekitar. Rina, yang kini sudah lebih berani, mengusulkan untuk bercerita tentang pengalaman-pengalaman menakutkan yang mereka alami sebelumnya. "Ayo, siapa yang mau mulai?" tanyanya.