Permainan tradisional Congklak adalah permainan yang hanya dapat dimainkan dengan 2 orang secara individu dengan memiliki 7 Rumahan, 1 Gunungan di setiap pemainnya dan memiliki 7 keong disetiap rumahannya. Dan untuk aturannya congklak tradisional ini berakhir jika keong di rumahan masing-masing individu habis, serta penentuan pemenang dilihat dari banyaknya jumlah keong yang terdapat pada gunungan dari salah satu pemain.
Seperti apa Pengembangan Congklak Reden Intan dan bagaimana cara memainkannya ?
Congklak Raden Intan adalah Permainan Tradisional Congklak yang kini dapat dimainkan secara tim yang masing-masing tim berisi 2 orang. permainan Congklak Raden Intan ini dikembangkan oleh tim Dosen dan Alumni Mahasiswa Pendidikan Olahraga Fakultas Sastra dan Ilmu Pendidikan Universitas Teknokrat Indonesia, antara lain:
1. Aditya Gumantan, M.Pd.
2. Imam Mahfud, M.Pd.
3. Dwi Handoko, S.Pd.
Pengembangan Congklak Radin Intan dilakukan dengan riset selama 1 tahun menggunakan analisis kebutuhan dan evaluasi hasil.
Congklak Raden Intan memiliki 2 bentuk yaitu: Congklak berbentuk Lingkaran dan Congklak berbentuk Limas.
Di congklak lingkaran Radin Intan ada 4 gunungan di pinggir lingkaran dan 1 gunungan utama di tengah, ada 5 rumahan keong di setiap pemainnya yang di dalamnya terdapat 5 Keong sebagai isian awal. Dan untuk aturannya congklak lingkaran ini berakhir jika keong di gunungan tengah sudah berjumlah 15 keong serta penentuan pemenang dilihat dari banyaknya jumlah keong dari total gunung Tim A atau Tim B.
Sedangkan congklak limas terdapat 4 gunungan dengan 4 rumahan keong di setiap pemainnya yang didalamnya terdapat 4 keong sebagai isian awal. Dan untuk aturannya congklak limas ini berakhir jika sudah tidak ada keong tersisa, serta penentuan pemenang dilihat dari sisa keong setelah jumlah keong digunung di kembalikan di setiap rumahan, dan yang tersisa banyak yang akan menjadi pemenangnya.
Kegiatan permainan Congklak Raden Intan yang dilakukan Ibu Negara bersama anak-anak sebagai wujud misi pemberdayaan sosial dan budaya untuk menanamkan kearifan lokal sedini mungkin kepada anak-anak. Juga sebagai cara mengajak anak-anak untuk dapat kembali menggemari permainan tradisional yang kini mulai tergerus oleh permainan berteknologi di telepon genggam dan Komputer.