Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cabai Rawit Nara

30 Januari 2024   12:43 Diperbarui: 30 Januari 2024   13:25 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay. com gratis 

Cerpen 

Cabai Rawit Nara

Nara mengamati pekarangan rumahnya yang kosong. Ia ingin memanfaatkan lahan tersebut untuk menanam sesuatu yang bermanfaat. Pikirannya tertuju pada cabai rawit. Harganya yang sering naik turun di pasaran membuat Nara ingin menanamnya sendiri. 

Namun, Nara tidak memiliki pengalaman menanam cabai rawit. Ia hanya pernah melihat orang tuanya menanamnya di kebun kecil saat ia masih kecil. Nara pun bingung bagaimana cara memulainya.

"Ah, mumpung Pak Tani Ujang ada di sawah," gumam Nara. Ia segera bergegas menuju sawah yang tak jauh dari rumahnya.

Pak Tani Ujang adalah seorang petani berpengalaman yang terkenal ramah dan suka membantu. Nara yakin dia bisa mendapatkan ilmu dari Pak Tani Ujang.

Benar saja, Pak Tani Ujang menyambut Nara dengan hangat. Setelah mendengar maksud kedatangan Nara, Pak Tani Ujang tersenyum.

"Menanam cabai rawit tidak sulit, Nara," kata Pak Tani Ujang. "Tapi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tanamannya bisa tumbuh subur dan berbuah lebat."

Pak Tani Ujang pun menjelaskan langkah-langkah menanam cabai rawit dengan detail. Dimulai dari pemilihan bibit, pengolahan tanah, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiraman, hingga pengendalian hama penyakit.

Nara mendengarkan dengan seksama dan mencatat semua penjelasan Pak Tani Ujang. Sesekali ia bertanya untuk memastikan pemahamannya.

"Terima kasih banyak, Pak Tani Ujang," kata Nara setelah Pak Tani Ujang selesai menjelaskan. "Sekarang saya merasa lebih yakin untuk menanam cabai rawit."

Nara kembali ke rumah dengan semangat. Ia tak sabar untuk memulai proyek barunya.

Keesokan harinya, Nara pergi ke toko pertanian untuk membeli bibit cabai rawit, pupuk, dan peralatan berkebun lainnya. Ia juga menyiapkan pekarangan rumahnya dengan membersihkannya dari gulma dan menggemburkan tanahnya.

Nara mengikuti langkah-langkah yang diajarkan Pak Tani Ujang dengan tekun. Ia menyiram tanaman cabai rawitnya setiap hari dan memberinya pupuk secara berkala.

Beberapa minggu kemudian, tanaman cabai rawit Nara mulai tumbuh subur. Daunnya hijau segar dan terlihat kokoh. Nara senang melihat perkembangan tanamannya.

Seiring waktu, tanaman cabai rawit Nara mulai berbunga. Bunga-bunga kecil berwarna putih itu kemudian berkembang menjadi cabai rawit kecil yang berwarna hijau.

Nara merawat tanamannya dengan penuh kasih sayang. Ia selalu memperhatikan kebutuhan tanamannya dan berusaha melindunginya dari hama penyakit.

Akhirnya, setelah beberapa bulan menunggu, cabai rawit Nara mulai matang. Warna hijaunya berubah menjadi merah cerah. Nara senang sekali melihat hasil panennya.

Nara memetik cabai rawitnya dengan hati-hati. Ia merasakan kebahagiaan dan kepuasan atas kerja kerasnya.

Nara tidak hanya bisa menghemat pengeluaran untuk membeli cabai rawit, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga dalam berkebun. Ia pun bersemangat untuk mencoba menanam tanaman lain di pekarangan rumahnya.

Pesan moral:

Jangan ragu untuk belajar dari orang yang lebih berpengalaman.

Ketekunan dan kerja keras akan membuahkan hasil.

Berkebun dapat memberikan manfaat ekonomi dan juga kepuasan batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun