Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Syarat Mati Tidak Harus Sakit

6 Januari 2024   06:22 Diperbarui: 6 Januari 2024   06:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay.com gratis 

Syarat Mati Tidak Harus Sakit

Hari itu, Jumat, 5 Januari 2024, adalah hari yang kelam bagi Yuna. Ayahnya, Anwar, meninggal dunia dalam kecelakaan kereta api di Cicalengka.

Yuna masih tidak percaya bahwa ayahnya telah tiada. Ia masih ingat bagaimana ayahnya mengantarnya ke latihan SSB Revolution Soccer pagi itu. Ayahnya selalu menyemangatinya untuk terus berlatih dan meraih cita-citanya.

Yuna dan ayahnya sangat dekat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama, baik untuk bermain sepak bola, menonton pertandingan sepak bola, atau sekadar mengobrol.

Kematian ayahnya membuat Yuna sangat terpukul. Ia merasa kehilangan sosok yang paling ia cintai.

Pada hari pemakaman, Yuna tidak kuasa menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu di samping makam ayahnya.

"Ayah, kenapa Ayah pergi? Aku masih ingin bermain sepak bola bersama Ayah," lirihnya.

Ibu Yuna, Siti, berusaha untuk menghibur Yuna. Ia memeluk Yuna dan berkata, "Yuna, Ayahmu sudah tenang di surga. Ayahmu pasti akan selalu mendoakanmu."

Yuna mengangguk. Ia mencoba untuk tegar, tapi ia tidak bisa menahan rasa sedihnya.

Setelah pemakaman, Yuna dan ibunya pulang ke rumah. Yuna langsung masuk ke kamarnya dan menangis sepuasnya.

Beberapa hari kemudian, Yuna mulai kembali berlatih sepak bola. Ia tahu bahwa ayahnya akan selalu mendukungnya, bahkan dari alam sana.

Yuna bertekad untuk terus berlatih dan meraih cita-citanya menjadi pemain sepak bola profesional. Ia ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa ia bisa meraih cita-citanya tanpa kehadiran ayahnya.

Pada suatu hari, Yuna mengikuti sebuah turnamen sepak bola antar-SSB. Ia bermain dengan sangat baik dan berhasil membawa timnya menjadi juara.

Setelah pertandingan selesai, Yuna memberikan piala kemenangan kepada ibunya. Ia berkata, "Ini untuk Ayah. Ayah pasti bangga melihatku."

Ibu Yuna tersenyum. Ia bangga dengan Yuna yang telah tabah dan ikhlas dalam menghadapi kehilangan ayahnya.

Yuna terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya. Ia berharap suatu hari nanti ia bisa menjadi pemain sepak bola profesional seperti cita-citanya. Ia juga berharap bahwa ayahnya akan selalu melihatnya dan mendoakannya.

Akhir

Pesan moral:

Kematian adalah hal yang pasti terjadi, namun kita harus tetap tabah dan ikhlas dalam menghadapinya.

Kita harus selalu mengenang orang-orang yang kita cintai, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Kita harus selalu berusaha untuk meraih cita-cita kita, meski harus melewati berbagai rintangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun