Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Candil Jawa

24 Desember 2023   14:11 Diperbarui: 24 Desember 2023   14:14 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com 

Cerpen: Candil Jawa

Pagi itu, matahari bersinar cerah di langit biru. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma harum dari bunga-bunga di halaman rumah.

Di dalam rumah, seorang gadis bernama Arum sedang duduk di meja makan, menatap kosong ke arah depan. Dia sedang memikirkan sesuatu, sesuatu yang membuatnya sangat rindu.

"Arum, kenapa kamu melamun?" tanya Ibunya yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Arum tersentak dari lamunannya. "Eh, Ibu," katanya. "Aku cuma sedang memikirkan sesuatu."

"Memikirkan apa?" tanya Ibunya lagi.

Arum tersenyum. "Aku sedang memikirkan candil," katanya.

"Candil?" tanya Ibunya. "Candil itu makanan apa?"

Arum tertawa. "Candil itu makanan khas Jawa," katanya. "Terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula merah."

"Oh," kata Ibunya. "Aku pernah mendengar tentang candil, tapi aku belum pernah mencobanya."

"Candil itu enak, Ibu," kata Arum. "Rasanya manis dan gurih. Apalagi kalau dimakan dengan kuah santan."

"Wah, jadi aku jadi penasaran," kata Ibunya. "Kenapa kamu tiba-tiba memikirkan candil?"

Arum menghela napas. "Aku kangen, Ibu," katanya. "Kangen dengan rasa candil yang dulu pernah aku makan."

"Dulu kamu pernah makan candil?" tanya Ibunya.

Arum mengangguk. "Iya, Ibu," katanya. "Waktu aku masih kecil, aku sering makan candil buatan nenek. Nenekku adalah ahlinya membuat candil. Candil buatan nenekku selalu enak."

"Oh, jadi nenekmu sudah meninggal?" tanya Ibunya.

Arum mengangguk lagi. "Iya, Ibu," katanya. "Nenekku meninggal sepuluh tahun yang lalu."

Ibu Arum tersenyum. "Kalau begitu, kenapa kamu tidak mencoba membuat candil sendiri?" katanya.

Arum tersenyum juga. "Iya, Ibu," katanya. "Aku akan mencobanya."

Arum pun segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat candil. Dia mencari-cari resep candil di internet, dan akhirnya dia menemukan resep yang cocok.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat candil cukup sederhana, yaitu:

* 250 gram tepung beras

* 100 gram gula merah, dihaluskan

* 1/4 sendok teh garam

* 1/2 sendok teh vanili bubuk

* 100 ml air

Cara membuat candil:

1. Campurkan tepung beras, gula merah, garam, dan vanili bubuk dalam mangkuk besar.

2. Aduk rata hingga adonan menjadi kalis.

3. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan menjadi lembut dan tidak lengket.

4. Ambil adonan secukupnya, lalu bulatkan.

5. Didihkan air dalam panci.

6. Masukkan candil ke dalam air mendidih, masak hingga candil mengapung dan matang.

7. Angkat candil dan tiriskan.

Setelah bahan-bahan siap, Arum pun mulai membuat candil. Dia menguleni adonan dengan hati-hati, agar candil yang dihasilkannya menjadi mulus dan tidak pecah.

Setelah adonan siap, Arum mulai membentuk candil. Dia mengambil adonan secukupnya, lalu membentuknya menjadi bola-bola kecil.

Setelah semua candil dibentuk, Arum pun memasukkannya ke dalam panci berisi air mendidih. Dia memasak candil hingga mengapung dan matang.

Setelah candil matang, Arum mengangkatnya dan meniriskannya. Candil pun siap untuk disajikan.

Arum menuangkan kuah santan ke dalam mangkuk, lalu menambahkan candil ke dalamnya. Dia pun mencicipi candil buatannya.

"Hmm," gumam Arum. "Rasanya enak juga. Rasanya mirip dengan candil buatan nenek."

Ibu Arum yang melihat Arum sedang mencicipi candil pun menghampirinya. "Bagaimana rasanya, Arum?" tanyanya.

Arum tersenyum. "Enak, Ibu," katanya. "Rasanya manis dan gurih. Apalagi kuah santan ini menambah cita rasanya."

Ibu Arum pun tersenyum senang. "Kalau begitu, berarti kamu berhasil," katanya.

Arum mengangguk. "Iya, Ibu," katanya. "Aku senang bisa membuat candil sendiri. Aku jadi bisa mengenang nenekku."

Ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun