Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd Guru Blogger yang Berhati Mulia

5 Desember 2023   09:10 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:16 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen Pribadi Wijaya Kusumah 

Cerpen

Dr. Wijaya Kusumah , M.Pd Guru Blogger yang Berhati Mulia 

Oleh Mugiarni 

Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, seorang guru TIK di salah satu SMP Labschool di Jakarta. Ia sudah mengajar sudah sekian tahun lamanya. dan kerapkali mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari pemerintah maupun dari lembaga pendidikan. Ia juga aktif menulis di blog pribadinya . 

Wijaya Kusumah seorang guru yang sangat berdedikasi. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi para muridnya. Ia selalu mencari metode pembelajaran yang baru dan inovatif agar murid-muridnya dapat belajar dengan lebih efektif. Ia juga selalu siap membantu murid-muridnya yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Selain itu, Wijaya Kusumah juga aktif mengikuti berbagai kegiatan pendidikan. Ia sering mengikuti seminar dan workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengajar. Ia juga sering memberikan pelatihan kepada guru-guru lain.

Wijaya Kusumah seorang guru yang sangat dicintai oleh murid-muridnya. Ia dikenal sebagai guru yang sabar, ramah, dan humoris. Ia selalu berusaha untuk membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan.

Namun, di balik semua kesuksesannya, Wijaya Kusumah juga pernah mengalami masa-masa sulit. Ia pernah mendapat kritikan dari pihak luar yang diyakini bukan dari orang yang mengenal sosok Wijaya Kusumah dengan baik.

Kritik tersebut membuat Wijaya merasa sangat sedih dan kecewa. Ia merasa bahwa semua usahanya selama ini tidak dihargai. 

Wijaya Kusumah berusaha untuk menjelaskan kepada pihak di luar sana yang tidak memahami visi dan misi  yang ia lakukan. Menulis blog untuk berbagi ilmu dan pengalamannya dengan orang lain. Ia juga mengatakan bahwa ia selalu meluangkan waktu untuk murid-muridnya baik itu sekolah ataupun ketika dirinya sebagai seorang narasumber.

Namun, penjelasan Wijaya Kusumah tidak dapat mengubah pikiran orang yang tidak mengenal dirinya dengan baik.

Wijaya a Kusumah akhirnya memutuskan untuk mengabaikan kritikan tersebut. Ia tetap fokus pada tugasnya sebagai guru di sekolah ataupun ketika menjadi narasumber.

Wijaya  Kusumah sadar bahwa tidak semua orang akan menyukai apa yang ia lakukan. Namun, ia tidak akan membiarkan kritikan tersebut menghalangi dirinya untuk terus berkarya.

Wijaya Kusumah terus menulis blognya dan membagikan ilmunya dengan orang lain. Ia juga terus aktif mengikuti berbagai kegiatan pendidikan. Ia ingin membuktikan bahwa ia adalah seorang guru yang kompeten dan berdedikasi.

Akhirnya, usaha Wijaya Kusumah membuahkan hasil. Ia mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Para guru, murid, dan orang tua murid lainnya memuji karya-karyanya.

Wijaya Kusumah merasa sangat bersyukur atas dukungan yang ia terima. Ia menyadari bahwa kritikan yang ia terima sebelumnya hanyalah sebuah ujian. Ujian tersebut membuat ia menjadi lebih kuat dan lebih bersemangat untuk terus berkarya.

Wijaya Kusumah ingin menjadi contoh bagi guru-guru lain bahwa guru tidak hanya harus mengajar di kelas, tetapi juga harus aktif membagikan ilmunya kepada orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa guru juga bisa menjadi influencer yang positif.

Wijaya  Kusumah terus berkarya dan menyebarkan ilmunya hingga akhir hayatnya. Ia menjadi salah satu guru yang paling berpengaruh di Indonesia. Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang, baik guru, murid, maupun orang tua murid.

**Pesan moral**

Dalam hidup, kita pasti akan menghadapi berbagai kritikan, baik dari orang yang kita kenal maupun dari orang yang tidak kita kenal. Kritikan tersebut bisa datang dari berbagai pihak, termasuk dari murid, orang tua murid, rekan kerja, atau bahkan dari orang yang tidak kita kenal.

Kritikan tersebut bisa membuat kita merasa sedih, kecewa, atau bahkan marah. Namun, kita tidak boleh membiarkan kritikan tersebut menghalangi kita untuk terus berkarya.

Kita harus tetap fokus pada tujuan kita dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kita juga harus belajar untuk menerima kritikan dengan bijak. Kita harus bisa membedakan kritikan yang membangun dari kritikan yang tidak membangun.

Jika kritikan tersebut membangun, kita harus menerimanya dengan terbuka dan berusaha untuk memperbaiki diri. Namun, jika kritikan tersebut tidak membangun, kita harus mengabaikannya.

Kita juga harus ingat bahwa tidak semua orang akan menyukai apa yang kita lakukan. Ada orang yang akan mendukung kita, tetapi ada juga orang yang akan mengkritik kita.

Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai apa yang kita lakukan. Namun, kita bisa terus berusaha untuk memberikan yang terbaik dan menunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah orang yang kompeten dan berdedikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun