Namun, penjelasan Wijaya Kusumah tidak dapat mengubah pikiran orang yang tidak mengenal dirinya dengan baik.
Wijaya a Kusumah akhirnya memutuskan untuk mengabaikan kritikan tersebut. Ia tetap fokus pada tugasnya sebagai guru di sekolah ataupun ketika menjadi narasumber.
Wijaya  Kusumah sadar bahwa tidak semua orang akan menyukai apa yang ia lakukan. Namun, ia tidak akan membiarkan kritikan tersebut menghalangi dirinya untuk terus berkarya.
Wijaya Kusumah terus menulis blognya dan membagikan ilmunya dengan orang lain. Ia juga terus aktif mengikuti berbagai kegiatan pendidikan. Ia ingin membuktikan bahwa ia adalah seorang guru yang kompeten dan berdedikasi.
Akhirnya, usaha Wijaya Kusumah membuahkan hasil. Ia mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Para guru, murid, dan orang tua murid lainnya memuji karya-karyanya.
Wijaya Kusumah merasa sangat bersyukur atas dukungan yang ia terima. Ia menyadari bahwa kritikan yang ia terima sebelumnya hanyalah sebuah ujian. Ujian tersebut membuat ia menjadi lebih kuat dan lebih bersemangat untuk terus berkarya.
Wijaya Kusumah ingin menjadi contoh bagi guru-guru lain bahwa guru tidak hanya harus mengajar di kelas, tetapi juga harus aktif membagikan ilmunya kepada orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa guru juga bisa menjadi influencer yang positif.
Wijaya  Kusumah terus berkarya dan menyebarkan ilmunya hingga akhir hayatnya. Ia menjadi salah satu guru yang paling berpengaruh di Indonesia. Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang, baik guru, murid, maupun orang tua murid.
**Pesan moral**
Dalam hidup, kita pasti akan menghadapi berbagai kritikan, baik dari orang yang kita kenal maupun dari orang yang tidak kita kenal. Kritikan tersebut bisa datang dari berbagai pihak, termasuk dari murid, orang tua murid, rekan kerja, atau bahkan dari orang yang tidak kita kenal.
Kritikan tersebut bisa membuat kita merasa sedih, kecewa, atau bahkan marah. Namun, kita tidak boleh membiarkan kritikan tersebut menghalangi kita untuk terus berkarya.