Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Tak Terlupakan

23 November 2023   04:47 Diperbarui: 23 November 2023   05:37 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay.com

Cinta yang Tak Terlupakan

Oleh Mugiarni 

Pagi itu, seperti biasa, aku bangun pukul 05.00 WIB untuk bersiap-siap berangkat kerja. Namun, kali ini rasanya berbeda. Ada perasaan yang mengganjal di dadaku. Aku merasa ada yang hilang.

Aku pun turun ke bawah untuk membuat kopi. Saat sedang menyiapkan kopi, aku melihat foto istriku di dinding. Aku tersenyum memandangi fotonya. Istriku, namanya Rini, adalah wanita yang paling aku cintai di dunia ini.

Kami menikah sudah lima tahun dan memiliki seorang anak perempuan yang berusia tiga tahun. Rini adalah sosok istri yang sempurna. Dia selalu sabar dan pengertian, baik kepadaku maupun kepada anak kami.

Aku pun meminum kopiku sambil terus memandangi foto Rini. Aku teringat kembali bagaimana kami pertama kali bertemu. Saat itu, aku sedang menghadiri sebuah acara kantor. Rini adalah salah satu panitia acara tersebut.

Aku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Rini adalah wanita yang cantik, anggun, dan memiliki kepribadian yang baik. Kami pun mulai berkencan dan akhirnya menikah.

Kehidupan kami pun bahagia. Kami selalu saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Kami membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.

Namun, kebahagiaan itu harus berakhir secara tragis. Dua tahun yang lalu, Rini meninggal dunia dalam kecelakaan mobil. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana aku menerima kabar tersebut.

Aku seperti orang yang kehilangan akal. Aku tidak percaya bahwa Rini sudah tiada. Aku pun menangis sejadi-jadinya.

Sejak saat itu, hidupku berubah. Aku menjadi orang yang pendiam dan tertutup. Aku tidak lagi memiliki semangat hidup. Aku hanya menjalani hidupku sehari-hari tanpa tujuan.

Anak kami pun ikut merasakan kesedihanku. Dia menjadi pendiam dan sering menangis. Aku merasa bersalah karena telah membuat anak kami kehilangan ibunya.

Suatu hari, aku sedang duduk di taman sambil memandangi anak kami yang sedang bermain. Aku pun teringat akan pesan terakhir Rini kepadaku.

"Jagalah anak kita," kata Rini. "Dia adalah harta kita yang paling berharga."

Aku pun tersadar bahwa aku harus bangkit dari keterpurukanku. Aku harus menjadi ayah yang baik bagi anak kami. Aku harus melanjutkan hidupku untuk Rini dan anak kami.

Aku pun mulai mencoba untuk membuka diri kembali. Aku mulai bergaul dengan teman-temanku dan ikut kegiatan-kegiatan sosial. Aku pun mulai mencari pekerjaan baru.

Anak kami pun mulai terlihat lebih bahagia. Dia sering tersenyum dan bercanda denganku. Aku merasa bersyukur karena anak kami bisa menjadi penyemangatku.

Sekarang, sudah hampir tiga tahun sejak kepergian Rini. Aku masih sering merindukannya, tapi aku sudah tidak sesedih dulu. Aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa Rini sudah tiada.

Aku pun mulai menata hidupku kembali. Aku ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku ingin menjadi ayah yang baik bagi anak kami.

Aku yakin bahwa Rini akan selalu ada di dalam hatiku. Cinta kami akan selalu abadi.

Akhir

Cerpen ini menggambarkan bagaimana seorang pria harus bangkit dari keterpurukan setelah kehilangan istrinya dalam kecelakaan. Meskipun masih sering merindukan istrinya, pria tersebut akhirnya bisa menerima kenyataan dan menata hidupnya kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun