Sejak saat itu, hidupku berubah. Aku menjadi orang yang pendiam dan tertutup. Aku tidak lagi memiliki semangat hidup. Aku hanya menjalani hidupku sehari-hari tanpa tujuan.
Anak kami pun ikut merasakan kesedihanku. Dia menjadi pendiam dan sering menangis. Aku merasa bersalah karena telah membuat anak kami kehilangan ibunya.
Suatu hari, aku sedang duduk di taman sambil memandangi anak kami yang sedang bermain. Aku pun teringat akan pesan terakhir Rini kepadaku.
"Jagalah anak kita," kata Rini. "Dia adalah harta kita yang paling berharga."
Aku pun tersadar bahwa aku harus bangkit dari keterpurukanku. Aku harus menjadi ayah yang baik bagi anak kami. Aku harus melanjutkan hidupku untuk Rini dan anak kami.
Aku pun mulai mencoba untuk membuka diri kembali. Aku mulai bergaul dengan teman-temanku dan ikut kegiatan-kegiatan sosial. Aku pun mulai mencari pekerjaan baru.
Anak kami pun mulai terlihat lebih bahagia. Dia sering tersenyum dan bercanda denganku. Aku merasa bersyukur karena anak kami bisa menjadi penyemangatku.
Sekarang, sudah hampir tiga tahun sejak kepergian Rini. Aku masih sering merindukannya, tapi aku sudah tidak sesedih dulu. Aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa Rini sudah tiada.
Aku pun mulai menata hidupku kembali. Aku ingin menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku ingin menjadi ayah yang baik bagi anak kami.
Aku yakin bahwa Rini akan selalu ada di dalam hatiku. Cinta kami akan selalu abadi.
Akhir