Cerpen: Harapan dan Doa Nenek
Mugiarni
Nenek tua itu duduk di kursi goyang kesayangannya, menghadap ke jendela yang menampilkan pemandangan halaman rumahnya yang indah. Mata yang pernah berkilau kini sudah keruh, tetapi hatinya masih penuh semangat. Ia memikirkan tentang masa depan, tentang hari-hari di usia senjanya.
Dalam lamunannya, ia membayangkan suatu hari di masa senjanya nanti. Ia melihat seorang pelayan yang lembut menghidangkan secangkir teh hangat di meja kayu tua di depannya. Nasi hangat yang masih berasap menggoda indranya dengan aroma harumnya. Ada potongan rendang daging yang empuk dan sambal hijau yang pedas di meja makan. Ia bisa merasakan kehangatan dan kelezatan makanan itu.
Namun, bayangan indah itu tiba-tiba terputus. Keheningan ruangan rumahnya hanya diisi oleh suara angin sepoi-sepoi. Anaknya yang tinggal bersamanya saat ini sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Mereka lebih memilih untuk mengejar nasehat-nasehat dari teman-teman seumurannya, bekerja dalam kelompok, atau terlibat dalam berbagai kegiatan yang mungkin lebih menarik bagi mereka.
Nenek itu merasa kesepian dan terabaikan. Ia merenung, "Mengapa mereka tidak mengerti betapa pentingnya waktu bersama di usia senjaku? Mengapa mereka lebih mendengarkan teman-teman sebaya mereka daripada mendengarkan keinginanku?"
Namun, nenek tua itu pun mengerti bahwa cinta dan pengertian tidak selalu datang dalam bentuk hidangan di meja. Mereka mungkin tidak menghidangkan teh hangat atau rendang di depannya, tetapi mereka menghadirkan kebahagiaan dan cinta dalam bentuk lain. Ia mulai merenungi makna sejati dari kehidupan, bahwa kebahagiaan tidak selalu tergantung pada makanan di atas meja, tetapi pada hubungan yang tulus dan kedekatan dengan orang-orang yang kita cintai.
***
Nenek tua itu kemudian menutup matanya sejenak, merenungkan tentang harapannya dan doanya. Ia tahu bahwa meskipun mungkin ada perbedaan generasi dan cara pandang yang berbeda, cinta sejati dan pengertian akan selalu mengatasi segala hal.
Dalam doanya, ia memohon kepada Allah SWT untuk memberikan kebahagiaan dan keberkahan kepada keluarganya. Ia berharap agar anak-anak dan cucunya selalu diberikan kebijaksanaan untuk menghargai kehadirannya, bahkan dalam hal-hal yang kecil.
Nenek itu senantiasa berdoa agar keluarganya selalu bersama dalam momen-momen penting, tidak hanya dalam makanan yang dihidangkan di meja, tetapi juga dalam kebahagiaan, dukungan, dan kasih sayang. Ia berharap bahwa kebersamaan itu akan menjadi kekuatan yang menjaga keluarganya bersatu, bahkan ketika arus kehidupan membawa mereka ke berbagai arah.
Dalam doanya yang tulus, nenek itu pun memohon kepada Allah untuk memberikan kepadanya kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi hari-hari yang datang. Ia tahu bahwa di usia senjanya, ada tantangan dan kesulitan yang akan datang, tetapi dengan iman dan kasih sayang keluarganya, ia yakin bahwa ia dapat menghadapinya dengan berani.
***
Malam pun tiba, dan nenek tua itu duduk sendirian di ruang tamu yang tenang. Cahaya gemerlap bintang di langit malam menghiasi langit, menciptakan suasana yang damai dan sakral. Nenek itu tidak pernah putus berdoa dalam keheningan malam.
Dalam malam yang sunyi, nenek itu merenungkan hidupnya yang panjang dan penuh warna. Ia mengingat kenangan indah bersama suaminya yang telah meninggal lama, anak-anaknya yang tumbuh dewasa, dan cucu-cucunya yang menambah keceriaan dalam rumah tangganya. Ia bersyukur atas setiap momen yang telah mereka lewati bersama, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesedihan.
Nenek itu terus berdoa, kali ini dengan penuh rasa syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan padanya. Ia berterima kasih atas keluarganya, atas makanan di meja, dan atas cinta yang selalu hadir dalam kehidupannya. Ia memohon kepada Allah agar keluarganya selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya, agar mereka diberi kebijaksanaan dan kebahagiaan sepanjang hidup mereka.
Dalam doanya yang mendalam, nenek itu juga memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan fisik dan mental untuk terus melayani keluarganya, meskipun ia tahu bahwa usia senjanya semakin bertambah. Ia ingin menjadi teladan bagi mereka, menunjukkan bahwa cinta, kesabaran, dan iman adalah hal-hal yang tak pernah pudar seiring berjalannya waktu.
Setelah selesai berdoa, nenek itu merasa tenang dan merasa bahwa ia tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya. Ia tahu bahwa Allah selalu mendengar doanya dan bahwa cintanya untuk keluarganya adalah berkah yang tak bernilai harganya. Dengan hati yang penuh iman, nenek itu pun perlahan-lahan menuju kamar tidurnya, siap menghadapi hari baru dengan penuh harapan dan keyakinan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI