Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Harapan dan Doa Nenek

15 September 2023   10:42 Diperbarui: 15 September 2023   10:52 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen: Harapan dan Doa Nenek

Mugiarni

Nenek tua itu duduk di kursi goyang kesayangannya, menghadap ke jendela yang menampilkan pemandangan halaman rumahnya yang indah. Mata yang pernah berkilau kini sudah keruh, tetapi hatinya masih penuh semangat. Ia memikirkan tentang masa depan, tentang hari-hari di usia senjanya.

Dalam lamunannya, ia membayangkan suatu hari di masa senjanya nanti. Ia melihat seorang pelayan yang lembut menghidangkan secangkir teh hangat di meja kayu tua di depannya. Nasi hangat yang masih berasap menggoda indranya dengan aroma harumnya. Ada potongan rendang daging yang empuk dan sambal hijau yang pedas di meja makan. Ia bisa merasakan kehangatan dan kelezatan makanan itu.

Namun, bayangan indah itu tiba-tiba terputus. Keheningan ruangan rumahnya hanya diisi oleh suara angin sepoi-sepoi. Anaknya yang tinggal bersamanya saat ini sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Mereka lebih memilih untuk mengejar nasehat-nasehat dari teman-teman seumurannya, bekerja dalam kelompok, atau terlibat dalam berbagai kegiatan yang mungkin lebih menarik bagi mereka.

Nenek itu merasa kesepian dan terabaikan. Ia merenung, "Mengapa mereka tidak mengerti betapa pentingnya waktu bersama di usia senjaku? Mengapa mereka lebih mendengarkan teman-teman sebaya mereka daripada mendengarkan keinginanku?"

Namun, nenek tua itu pun mengerti bahwa cinta dan pengertian tidak selalu datang dalam bentuk hidangan di meja. Mereka mungkin tidak menghidangkan teh hangat atau rendang di depannya, tetapi mereka menghadirkan kebahagiaan dan cinta dalam bentuk lain. Ia mulai merenungi makna sejati dari kehidupan, bahwa kebahagiaan tidak selalu tergantung pada makanan di atas meja, tetapi pada hubungan yang tulus dan kedekatan dengan orang-orang yang kita cintai.

***

Nenek tua itu kemudian menutup matanya sejenak, merenungkan tentang harapannya dan doanya. Ia tahu bahwa meskipun mungkin ada perbedaan generasi dan cara pandang yang berbeda, cinta sejati dan pengertian akan selalu mengatasi segala hal.

Dalam doanya, ia memohon kepada Allah SWT untuk memberikan kebahagiaan dan keberkahan kepada keluarganya. Ia berharap agar anak-anak dan cucunya selalu diberikan kebijaksanaan untuk menghargai kehadirannya, bahkan dalam hal-hal yang kecil.

Nenek itu senantiasa berdoa agar keluarganya selalu bersama dalam momen-momen penting, tidak hanya dalam makanan yang dihidangkan di meja, tetapi juga dalam kebahagiaan, dukungan, dan kasih sayang. Ia berharap bahwa kebersamaan itu akan menjadi kekuatan yang menjaga keluarganya bersatu, bahkan ketika arus kehidupan membawa mereka ke berbagai arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun