Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Cintaku Bersemi di Stasiun Daru

1 September 2023   11:24 Diperbarui: 1 September 2023   11:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen: Cintaku Bersemi di Stasiun Daru

Di suatu pagi yang cerah, sinar matahari menyinari Stasiun Daru dengan hangat. Suara kereta yang tiba dan berangkat menciptakan irama yang familiar bagi para pengunjung setia stasiun tersebut. Namun, pada pagi hari itu, ada sesuatu yang berbeda di udara.

Di antara kerumunan penumpang yang sibuk menuju peron, terlihat seorang pemuda dengan rambut cokelat yang kusut, Sasmita namanya. Sasmita adalah seorang mahasiswa yang penuh semangat, dan dia memiliki kebiasaan datang ke stasiun Daru setiap pagi untuk menempuh perjalanan menuju kampusnya. Sementara rambutnya yang selalu tak teratur memberi kesan bahwa dia sering lupa menyisirnya karena keasyikan membaca buku-buku ilmiah.

Pagi itu, ketika Sasmita tiba di stasiun seperti biasanya, dia merasakan atmosfer yang tak seperti hari-hari sebelumnya. Dia merasa ada aura yang berbeda dalam udara. Saat dia melangkah ke peron, pandangannya tertarik pada seorang wanita yang berdiri di tepi peron, memandangi kereta yang tiba.

Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang tersusun rapi, dan matanya yang penuh misteri seakan menembus jauh ke dalam hati siapa pun yang melihatnya. Wajahnya tampak tenang, dan bahkan dalam keramaian stasiun, dia seolah-olah berada di dunianya sendiri. Sasmita merasa tertarik pada wanita itu, dan dia tak bisa mengalihkan pandangannya.

Takdir sepertinya memainkan peran, karena saat kereta tiba dan pintu terbuka, Sasmita dan wanita itu berada di gerbong yang sama. Mereka saling memandang sejenak, dan Sasmita tak bisa menahan diri untuk tidak mengajak bicara.

"Dari mana kau menuju?" tanya Sasmita, mencoba memulai percakapan.

Wanita itu tersenyum tipis. "Aku sedang dalam perjalanan ke kota tetangga untuk sebuah acara seni."

Sasmita yang selalu penuh semangat terpesona oleh ketenangan wanita itu. Mereka mulai berbicara tentang berbagai hal, dari seni hingga buku, dari perjalanan hingga impian. Mereka memiliki pandangan yang sejalan tentang banyak hal, dan percakapan itu terasa begitu alami.

Ketika kereta sampai di stasiun tujuan wanita itu, mereka berdua merasa seperti waktu telah berlalu begitu cepat. Sasmita merasa ada yang istimewa pada pertemuan mereka. Sebelum berpisah, wanita itu memberikan secarik kertas dengan nama dan nomor teleponnya.

"Kalau kau ingin melanjutkan percakapan kita, hubungi aku," kata wanita itu dengan senyuman hangat sebelum dia turun dari kereta.

Sasmita melihat kereta pergi dan tersenyum sendiri. Kisah tak terduga ini adalah awal dari sesuatu yang baru dalam hidupnya. Dia merasa beruntung telah bertemu dengan wanita yang begitu berbeda namun begitu cocok dengannya.

Dari saat itu, Sasmita dan wanita itu, yang ternyata bernama Nara, mulai saling mengenal dengan lebih baik. Percakapan mereka melalui telepon menjadi semakin sering dan dalam. Mereka belajar satu sama lain tentang hidup, impian, dan harapan mereka.

Tidak seperti kisah cinta klise, hubungan mereka tidak terburu-buru. Mereka memberi waktu satu sama lain untuk tumbuh dan berkembang. Sasmita belajar untuk lebih tenang dan merenung, sementara Nara belajar untuk lebih terbuka dan spontan.

Dan akhirnya, di suatu hari yang cerah seperti pagi pertama kali mereka bertemu, Sasmita mengajukan pertanyaan yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Dengan latar langit yang biru dan hangat, dia berlutut di taman yang indah dan mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya.

"Nara, apakah kau bersedia menjalani sisa hidup ini bersamaku?" tanya Sasmita dengan tatapan penuh harap.

Nara terkejut dan terharu. Air matanya berlinang saat dia melihat ke dalam mata Sasmita. Dengan suara lembut, dia menjawab, "Ya, Sasmita. Aku bersedia."

***

Mereka menghabiskan banyak waktu bersama, menjalani berbagai petualangan dan menghadapi tantangan bersama-sama. Sasmita dan Nara tidak hanya saling mendukung dalam impian mereka, tetapi mereka juga saling menginspirasi untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik.

Sasmita terus mengejar studinya dengan semangat yang sama, namun sekarang dia juga belajar untuk melihat dunia dengan mata yang lebih bijaksana, mengambil waktu untuk merenung dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup. Sementara itu, Nara, yang awalnya terbiasa dengan rutinitas yang ketat, belajar untuk lebih fleksibel dan menerima kejutan dalam hidup dengan senyuman.

Keduanya juga memiliki hobi yang mereka nikmati bersama. Mereka sering menghabiskan waktu di taman, berbicara tentang segala hal dari seni hingga filsafat, atau hanya menikmati keheningan satu sama lain. Mereka tahu bahwa cinta sejati tidak hanya tentang kebahagiaan yang besar, tetapi juga tentang kedamaian dan kenyamanan yang bisa ditemukan dalam kehadiran satu sama lain.

Namun, seperti setiap kisah cinta, ada juga tantangan yang mereka hadapi. Mereka menghadapi perbedaan pendapat dan kesulitan dalam hidup, tetapi mereka selalu menemukan cara untuk berbicara dan mencari solusi bersama. Mereka belajar bahwa komunikasi yang jujur dan pengertian adalah kunci untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat.

Beberapa tahun berlalu, Sasmita dan Nara akhirnya memutuskan untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka. Mereka merayakan pernikahan mereka dengan sederhana, di hadapan keluarga dan teman-teman terdekat. Pernikahan itu adalah perayaan cinta mereka yang telah melewati berbagai ujian dan menguatkan ikatan mereka.

Seiring berjalannya waktu, Sasmita dan Nara tetap bersama-sama, mengarungi liku-liku kehidupan dengan saling menggenggam tangan. Mereka terus saling mendukung dalam segala hal, menghadapi kebahagiaan dan kesedihan bersama-sama. Kisah cinta mereka, yang dimulai di Stasiun Daru pada pagi yang cerah, telah menjadi bukti bahwa cinta sejati bisa tumbuh di tempat yang paling tak terduga dan berkembang menjadi sesuatu yang indah dan abadi.

Dan di antara hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, mereka selalu mengingat pertemuan pertama mereka di stasiun Daru , di mana takdir membawa mereka bersama dan mengukir kisah cinta yang tak terlupakan.

Mugiarni 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun