Setiap hari setelah kepergian suaminya, Arni bangkit dengan tekad yang baru. Langit yang cerah atau mendung tidak lagi menentukan perasaannya, karena ia telah belajar mencari sinar terang di tengah awan kelabu kehidupannya. Putrinya, Nara, yang kini menjadi penyemangat, terus menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Dengan langkah pasti dan senyuman yang berseri, Nara melangkah menuju sekolah impian mereka, mengingat pesan-pesan ibunya tentang pentingnya berusaha dan berbuat baik.
***
Di sekolah, Nara bertemu dengan Caca, teman sekelasnya yang ceria dan penuh semangat. Mereka cepat berteman, karena memiliki semangat dan tujuan yang sama dalam mengejar ilmu. Â Caca, seorang teman yang selalu mendukung Nara dan memberinya semangat ketika rintangan datang.
Nara duduk di mejanya, wajahnya penuh dengan ekspresi kebingungan dan kelelahan. Di sebelahnya, tumpukan soal matematika tentang bangun ruang.
Ia mengerutkan kening, mencoba memahami konsep tersebut. Namun, semakin ia berusaha, tampaknya semakin sulit. Rasanya seolah-olah akan ada dinding tak terlihat yang memisahkan dirinya dari pemahaman yang lebih baik tentang bangun ruang. Nara merasa putus asa, hamp
Namun, di saat itu pula Caca, sahabatnya yang duduk di sebelahnya, melihat kebingungan Nara. Caca yang selalu dikenal sebagai teman yang sabar dan penuh semangat, merasa ingin membantu.
Caca lalu mulai menjelaskan konsep dasar tentang bangun ruang kepada Nara. Ia menggambarkan dengan jelas mengenai sudut-sudut, rusuk-rusuk, dan bidang-bidang yang membentuk bangun ruang. Caca menggunakan contoh-contoh yang sederhana dan nyata untuk membantu Nara memahami konsep tersebut. Ia juga memberikan tips-tips untuk mengingat rumus-rumus yang diperlukan dalam perhitungan.
Tidak hanya itu, Caca juga dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan Nara dan membantu Nara mengerjakan beberapa soal yang paling sulit. Ketika Nara masih mengalami kebingungan, Caca tetap tenang dan terus memberikan dukungan, meyakinkan Nara bahwa mereka bisa melalui ini bersama-sama.
Dengan tekad yang semakin kuat dan bantuan dari Caca, Nara akhirnya mulai merasa lebih percaya diri. Ia mulai melihat pola-pola dalam bangun ruang dan menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya membingungkannya.
Setelah beberapa waktu, Nara berhasil menyelesaikan sebagian besar tumpukan soal tersebut. Ia merasa bangga atas pencapaiannya, dan tentu saja, ia merasa berterima kasih kepada Caca yang telah bersedia membantu dengan sabar.
***