Bintang Harapan di Sekolah Impian
MugiarniÂ
Hari itu, langit cerah menyambut Arni, seorang ibu tunggal yang penuh semangat, saat ia mengantarkan putrinya, Nara, ke sekolah impian. Nara yang berseri di sisi ibunya, berjalan dengan langkah pasti, menuju gerbang sekolah yang dipenuhi cita-cita.
Arni selalu mengajarkan pada Nara tentang pentingnya berusaha dan berbuat baik. Dia tahu betapa beratnya perjuangan Arni untuk membesarkan Nara seorang diri. Namun, dia selalu membekali putrinya dengan nilai-nilai luhur dan kebaikan sebagai panji dalam hidupnya.
Pada suatu hari yang mendung, nasib tragis datang menghampiri keluarga kecil Arni. Suaminya, sosok yang penuh semangat dan cinta, tiba-tiba dipanggil oleh takdir dalam kecelakaan lalu lintas yang mengerikan. Dalam sebuah momen yang melibatkan sepeda motor, dan kecepatan dari arah yang berbeda, suami Arni keluar dari sebuah gang dengan penuh harapan, tanpa menyadari bahwa nasib sedang memintanya berhenti sejenak.
Suara deru mesin motor yang mendekat dengan kecepatan tak terkendali menjadi presage akan datangnya bencana. Dalam sekejap, motor lain meluncur melalui jalan seperti kilat, merenggut kontrol dari situasi. Tabrakan yang tak terhindarkan pun terjadi, meninggalkan suami Arni tergeletak dengan luka-luka serius dan tak sadarkan diri di tengah jalan.
Dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma, suami Arni berjuang di antara batas tipis antara hidup dan kematian. Malam-malam panjang berlalu, sementara Arni duduk di samping tempat tidur suaminya dengan hati yang berat. Ia merenung tentang masa depan yang tiba-tiba terasa begitu tidak pasti.
Ketika pagi menyingsing, suami Arni menghembuskan nafas terakhirnya. Keheningan ruangan itu terasa begitu mengiris, seolah-olah dunia telah berhenti berputar sejenak. Arni merasakan kehilangan yang mendalam, ia kehilangan sosok yang selalu berada di sisinya dalam setiap langkah kehidupan. Kini, suami yang penuh semangat itu telah pergi untuk selamanya, meninggalkan Arni dan putrinya dalam duka yang mendalam.
Namun, Arni tidak ingin larut dalam duka yang tak berujung. Ia mengingat pesan-pesan dan nilai-nilai yang selalu ditanamkannya pada putrinya. Dalam kepedihan ini, ia menemukan kekuatan untuk melangkah maju. Dengan wajah yang tegar namun hati yang rapuh, Arni siap untuk menjalani hidup sebagai seorang ibu tunggal. Ia tahu bahwa suaminya akan selalu hidup dalam kenangan mereka berdua, dan ia berjanji untuk terus mengajarkan putrinya tentang kebaikan, ketabahan, dan arti sejati dari keluarga.
***