Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Ruang untuk Mengeluarkan Emosi | Bagian - 1

23 Juli 2023   09:40 Diperbarui: 23 Juli 2023   09:44 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay.

Ceren: Ruang Untuk Mengeluarkan Emosi. Bagian - 1

Judul: Ruang untuk Mengeluarkan Emosi

Suasana sore itu, di tepi taman kota, Titi Tinara duduk di bangku kayu yang bersahaja. Ia menatap ke kejauhan sambil merenungkan arti dari makna artikel yang baru saja ia baca tentang pentingnya menjadi pendengar aktif dalam berkomunikasi. Titi Tinara adalah seorang gadis muda yang ramah dan ceria, namun di balik senyumnya, ia memiliki masalah yang tidak ia ungkapkan pada siapa pun.

Di tengah-tengah lamunan Titi, tiba-tiba muncul sosok yang dikenalnya baik, Sabarno. Sabarno adalah seorang pria tua yang selalu tersenyum ramah. Dia sering berjalan-jalan di taman kota untuk menemani siapa pun yang membutuhkan pendengar yang baik.

"Titi, apa kabar?" sapa Sabarno dengan hangat.

Titi terkejut mendapati seseorang memanggilnya, tapi ia tersenyum dan menjawab, "Hai, Pak Sabarno. Kabar saya baik, terima kasih. Bagaimana dengan Pak Sabarno?"

Sabarno tersenyum dan duduk di sebelah Titi. "Semua baik-baik saja, Nak. Kamu tahu, kadang-kadang menjadi pendengar yang baik itu sangat penting."

Titi mengangguk dan teringat artikel yang baru saja ia baca. "Betul, Pak. Saya baru saja membaca tentang itu. Menjadi pendengar aktif bisa sangat membantu orang lain."

Sabarno mengangguk penuh pengertian. "Banyak orang yang memerlukan seseorang yang mendengarkan tanpa menghakimi, termasuk kamu juga, Titi."

Mendengar perkataan Sabarno, Titi merasa hatinya tersentuh. Dia merasa ada seseorang yang mengerti bahwa dia sedang menghadapi sesuatu yang membuatnya bimbang.

"Apakah ada yang ingin kamu ceritakan, Titi?" tanya Sabarno dengan lembut.

Titi ragu sejenak, tapi melihat kebaikan di mata Sabarno, dia memutuskan untuk berbicara. Ia menceritakan tentang tekanan dan beban di sekolah, konflik dengan teman-temannya, dan perasaan cemas tentang masa depannya. Sabarno mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak menginterupsi. Dia memberikan kesempatan pada Titi untuk mengeluarkan semua perasaannya.

Setelah Titi selesai bercerita, dia merasa seperti ada beban yang terangkat dari bahunya. Sabarno tersenyum dan berkata, "Terima kasih sudah berbagi cerita dengan saya, Titi. Kamu adalah gadis yang hebat. Ingatlah, kamu tidak sendirian. Ada orang-orang di sekitarmu yang peduli dan siap membantu."

Titi merasa hangat di hatinya. Ia merasa beruntung memiliki seseorang seperti Sabarno yang siap mendengarkan tanpa prasangka. Kini dia merasakan betapa pentingnya memiliki teman sejati yang bisa dijadikan tempat curhat.

"Terima kasih, Pak Sabarno. Saya merasa lebih baik sekarang," ujar Titi dengan senyum tulus.

Sabarno mengangguk. "Senang mendengarnya, Nak. Ingatlah, selalu ada ruang untuk mengeluarkan emosi dan perasaanmu. Dan ada orang-orang yang siap mendengarkan dengan penuh perhatian."

Mereka duduk berdampingan di bawah matahari senja yang memancarkan kehangatan. Titi merasa lega, dan Sabarno merasa bahagia bisa membantu seorang teman muda. Dalam momen itu, kedua hati mereka terikat oleh pengalaman berharga tentang pentingnya menjadi pendengar aktif, yang pada akhirnya membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi keduanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun