Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narita, Tiada Sangka

11 Juli 2023   19:30 Diperbarui: 11 Juli 2023   19:38 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay. com

Cerpen

Narita, Tiada Sangka

Karya: Mugiarni

Narita tingga kampung kecil yang dikelilingi oleh gunung dan sawah yang subur, tinggal seorang anak bernama Narita. Ia adalah seorang anak pemulung sampah yang gigih dan penuh semangat. Setiap hari, Narita berkeliling kampung dengan keranjangnya, mencari barang-barang bekas yang bisa dijual untuk membantu kehidupan keluarganya.

Suatu hari, ketika Narita sedang melakukan rutinitasnya, ia menemukan sesuatu yang tidak biasa di antara tumpukan sampah. Ia menemukan sepotong raket bulutangkis bekas yang tergeletak di dalam tong sampah. Raket itu sudah tua dan tidak lagi digunakan oleh pemilik sebelumnya. Meski begitu, keberadaannya membuat hati Narita berdebar-debar. Ia tidak pernah bermain bulutangkis sebelumnya, namun hasrat untuk mencobanya sangat besar.

Tanpa ragu, Narita mengambil raket itu dan membawanya pulang. Ia merasa seperti menemukan harta karun yang berkilau di tengah-tengah sampah. Dengan hati yang berbunga-bunga, Narita membawa raket itu ke sekolahnya, sebuah SD kecil yang terletak di tepi kampung.

Di sekolah, Narita belajar di kelas empat di bawah bimbingan seorang guru yang baik hati, Ibu Saripah. Ibu Saripah seorang guru yang penuh kasih sayang dan selalu menginspirasi anak-anaknya. Suatu hari, dengan senyuman lembut di wajahnya, Ibu Saripah mengajak semua anak-anak kelas empat untuk bermain bulutangkis setelah pelajaran selesai.

Namun, takdir berkata lain. Guru penjas yang seharusnya memimpin kegiatan tersebut tidak dapat hadir karena istrinya sedang melahirkan. Anak-anak kecewa, tetapi Narita merasa ada harapan yang masih menyala dalam dirinya. Ia mengambil raket bekasnya dan berjalan dengan langkah berani mendekati Ibu Saripah.

"Dapatkah saya ikut bermain bulutangkis, Bu Saripah?" tanya Narita dengan suara lirih namun penuh harapan.

Ibu Saripah terkejut melihat raket bekas yang Narita bawa. Namun, ia tidak melihat raket itu sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman atau usang. Ia melihat keinginan dan semangat yang terpancar dari mata Narita. Dengan lembut, Ibu Saripah menjawab, "Tentu, Nak. Ayo, ikutlah bermain bersama kami."

Setelah pelajaran selesai, Narita dan teman-teman kelasnya berkumpul di lapangan sekolah. Ibu Saripah mengatur permainan bulutangkis dengan penuh semangat. Meski hanya memiliki satu raket, mereka berbagi dan saling bergantian menggunakan raket itu.

Setelah bermain, Narita merasa betapa menyenangkan bermain bulutangkis. Ia merasa seperti terbang di udara setiap kali memukul kok. Keinginannya untuk belajar lebih dalam tentang bulutangkis semakin kuat. Maka, setiap kali Narita menghadap Ibu Saripah, ia selalu curhat tentang keinginannya untuk belajar bermain bulutangkis.

Mendengar curahan hati Narita, Ibu Saripah tersentuh. Ia melihat betapa besar hasrat dan tekad yang dimiliki oleh Narita. Dengan penuh kasih sayang, Ibu Saripah memberikan jawaban yang membuat hati Narita berbunga-bunga, "Narita, saya akan mengajari kamu bermain bulutangkis. Namun, sebagai imbalannya, kamu harus membantu saya mencuci piring di rumah. Kita akan melakukannya bersama-sama agar lebih seru."

Narita merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk belajar bulutangkis dari Ibu Saripah. Ia dengan antusias mengiyakan permintaan tersebut. Setiap minggu, Narita datang ke rumah Ibu Saripah untuk mencuci piring. Mereka bekerja bersama, tertawa, dan berbicara tentang berbagai hal.

Selama perjalanan waktu yang mereka habiskan bersama, Ibu Saripah tidak hanya mengajari Narita tentang bulutangkis, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan. Ia mengajarinya tentang kesabaran, kejujuran, dan kerja keras. Ibu Saripah memberikan contoh yang baik dengan memberikan perhatian dan kehangatan kepada Narita, termasuk mengajaknya makan bersama setelah selesai mencuci piring.

Narita tidak hanya belajar bermain bulutangkis, tetapi juga belajar tentang rasa syukur dan kebaikan hati. Ia menyadari bahwa dalam hidup, tidak hanya tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi juga tentang memberikan dan berbagi kepada orang lain.

Seiring berjalannya waktu, Narita semakin mahir dalam bermain bulutangkis. Ia mampu mengikuti berbagai turnamen di tingkat kampung dan meraih prestasi yang mengagumkan. Namun, yang paling berharga baginya adalah persahabatan dan hubungan yang terjalin antara Narita dan Ibu Saripah.

******

Narita melanjutkan perjalanan hidupnya dengan semangat yang membara. Ia terus berlatih bulutangkis setiap hari, baik di lapangan sekolah maupun di lingkungan sekitar kampung. Dalam setiap pertandingan yang diikutinya, ia menampilkan kemampuan dan semangat yang luar biasa.

Dengan kerja keras dan dedikasinya, Narita berhasil meraih banyak prestasi dalam dunia bulutangkis. Ia menjadi pemain yang dihormati dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan, Narita mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim bulutangkis nasional di tingkat remaja.

Namun, meski telah mencapai kesuksesan dalam olahraga, Narita tidak pernah melupakan akar dan kebaikan hati yang pernah ia terima. Ia selalu mengunjungi Ibu Saripah dan keluarganya, mengucapkan terima kasih yang tulus, serta membantu mereka dalam berbagai cara yang ia mampu.

Ibu Saripah, yang telah menjadi figur ibu pengganti baginya, merasa sangat bangga melihat perkembangan Narita. Ia melihat betapa besar pengaruh bulutangkis dan kebaikan hati telah membantu Narita tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan berhati mulia.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Narita mengambil keputusan yang luar biasa. Ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan membantu anak-anak muda di sana yang kurang beruntung. Narita membuka pusat pelatihan bulutangkis gratis bagi mereka yang memiliki potensi namun tidak memiliki akses atau sarana yang memadai.

Narita juga mendirikan sebuah yayasan yang berfokus pada pendidikan dan kesejahteraan anak-anak di kampungnya. Yayasan tersebut memberikan beasiswa, bantuan pendidikan, dan program pengembangan diri bagi anak-anak yang membutuhkan.

Dalam perjalanan hidupnya, Narita tidak pernah melupakan kata-kata Ibu Saripah tentang kekuatan kebaikan hati dan memberi kepada orang lain. Ia mengajarkan kepada anak-anak muda di kampungnya tentang pentingnya menjaga semangat, kerja keras, dan berbagi kasih sayang.

Kampung halaman Narita pun berubah. Anak-anak di sana memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan potensi mereka, terutama dalam bidang olahraga dan pendidikan. Narita melihat kebahagiaan dan harapan yang terpancar dari mata mereka, dan itu adalah hadiah terbesar baginya.

Kisah Narita menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh negeri. Ia adalah bukti nyata bahwa latar belakang dan keterbatasan bukanlah hambatan untuk mencapai impian. Dengan keberanian, semangat, dan kebaikan hati, seseorang dapat mengubah hidupnya sendiri dan meninggalkan jejak yang berarti dalam kehidupan orang lain.

Dan dalam hati Narita, ia selalu berterima kasih pada raket bulutangkis bekas yang ditemuinya di tong sampah. Raket itu tidak hanya membuka pintu dunia bulutangkis baginya, tetapi juga membawa keajaiban dan harapan bagi banyak orang di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun