Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narita, Tiada Sangka

11 Juli 2023   19:30 Diperbarui: 11 Juli 2023   19:38 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pixabay. com

Setelah pelajaran selesai, Narita dan teman-teman kelasnya berkumpul di lapangan sekolah. Ibu Saripah mengatur permainan bulutangkis dengan penuh semangat. Meski hanya memiliki satu raket, mereka berbagi dan saling bergantian menggunakan raket itu.

Setelah bermain, Narita merasa betapa menyenangkan bermain bulutangkis. Ia merasa seperti terbang di udara setiap kali memukul kok. Keinginannya untuk belajar lebih dalam tentang bulutangkis semakin kuat. Maka, setiap kali Narita menghadap Ibu Saripah, ia selalu curhat tentang keinginannya untuk belajar bermain bulutangkis.

Mendengar curahan hati Narita, Ibu Saripah tersentuh. Ia melihat betapa besar hasrat dan tekad yang dimiliki oleh Narita. Dengan penuh kasih sayang, Ibu Saripah memberikan jawaban yang membuat hati Narita berbunga-bunga, "Narita, saya akan mengajari kamu bermain bulutangkis. Namun, sebagai imbalannya, kamu harus membantu saya mencuci piring di rumah. Kita akan melakukannya bersama-sama agar lebih seru."

Narita merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk belajar bulutangkis dari Ibu Saripah. Ia dengan antusias mengiyakan permintaan tersebut. Setiap minggu, Narita datang ke rumah Ibu Saripah untuk mencuci piring. Mereka bekerja bersama, tertawa, dan berbicara tentang berbagai hal.

Selama perjalanan waktu yang mereka habiskan bersama, Ibu Saripah tidak hanya mengajari Narita tentang bulutangkis, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan. Ia mengajarinya tentang kesabaran, kejujuran, dan kerja keras. Ibu Saripah memberikan contoh yang baik dengan memberikan perhatian dan kehangatan kepada Narita, termasuk mengajaknya makan bersama setelah selesai mencuci piring.

Narita tidak hanya belajar bermain bulutangkis, tetapi juga belajar tentang rasa syukur dan kebaikan hati. Ia menyadari bahwa dalam hidup, tidak hanya tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi juga tentang memberikan dan berbagi kepada orang lain.

Seiring berjalannya waktu, Narita semakin mahir dalam bermain bulutangkis. Ia mampu mengikuti berbagai turnamen di tingkat kampung dan meraih prestasi yang mengagumkan. Namun, yang paling berharga baginya adalah persahabatan dan hubungan yang terjalin antara Narita dan Ibu Saripah.

******

Narita melanjutkan perjalanan hidupnya dengan semangat yang membara. Ia terus berlatih bulutangkis setiap hari, baik di lapangan sekolah maupun di lingkungan sekitar kampung. Dalam setiap pertandingan yang diikutinya, ia menampilkan kemampuan dan semangat yang luar biasa.

Dengan kerja keras dan dedikasinya, Narita berhasil meraih banyak prestasi dalam dunia bulutangkis. Ia menjadi pemain yang dihormati dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan, Narita mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim bulutangkis nasional di tingkat remaja.

Namun, meski telah mencapai kesuksesan dalam olahraga, Narita tidak pernah melupakan akar dan kebaikan hati yang pernah ia terima. Ia selalu mengunjungi Ibu Saripah dan keluarganya, mengucapkan terima kasih yang tulus, serta membantu mereka dalam berbagai cara yang ia mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun