Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta

25 Juni 2023   21:22 Diperbarui: 25 Juni 2023   21:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Canva

Cinta Dengan  Sekeping luka

Bagian 52

Dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan, Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka tidak hanya fokus pada kebun buah mereka

Cinta Dengan  Sekeping luka

Bagian 52

Dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan, Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka tidak hanya fokus pada kebun buah mereka, tetapi juga memperluas upaya mereka ke komunitas sekitar. Mereka memahami pentingnya kolaborasi dan keterlibatan masyarakat dalam mencapai perubahan yang berkelanjutan.

Mereka mengadakan pertemuan dengan warga setempat dan membentuk kelompok keberlanjutan yang terdiri dari tetangga, teman, dan komunitas lokal lainnya. Bersama-sama, mereka membangun program pendidikan tentang keberlanjutan, mengadakan lokakarya, dan mengajak orang-orang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam menjaga lingkungan.

Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka juga terlibat dalam kegiatan sosial dan konservasi di wilayah sekitar. Mereka bekerja sama dengan lembaga lingkungan setempat untuk membersihkan sungai-sungai yang tercemar dan memulihkan ekosistem yang rusak. Mereka juga menggalang dana untuk mendukung proyek-proyek lingkungan yang bertujuan untuk pelestarian alam.

Tak hanya itu, mereka juga menjalin kemitraan dengan sekolah-sekolah setempat dan mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan keberlanjutan. Mereka mengadakan kunjungan ke kebun buah mereka dan memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga alam dan menghargai keanekaragaman hayati.

Dalam setiap cerita yang mereka bagikan dengan komunitas, Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka menyampaikan pesan tentang pentingnya kesadaran lingkungan, tanggung jawab kolektif, dan kekuatan perubahan positif. Mereka mendorong orang-orang untuk mengambil tindakan kecil namun berarti dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti mengurangi pemakaian plastik, mendaur ulang, dan menggunakan energi terbarukan.

Melalui upaya ini, Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka menciptakan efek domino yang membawa perubahan positif dalam masyarakat. Mereka tidak hanya mengubah kebun buah mereka menjadi oase keberlanjutan, tetapi juga membantu membangun kesadaran dan perubahan yang lebih luas di komunitas sekitar mereka.

Dalam perjalanan mereka, mereka menyadari bahwa keberlanjutan adalah komitmen seumur hidup. Mereka terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan baru, selalu mencari cara untuk menjadi lebih efisien dan berdampak positif pada lingkungan.

******

Pada perjalanan mereka menuju keberlanjutan, Purbaningrum dan Aditya juga menghadapi rintangan dan tantangan yang menguji tekad dan ketekunan mereka.

Salah satu rintangan yang mereka hadapi adalah perubahan iklim yang tidak menentu. Variabilitas cuaca yang ekstrem, seperti musim kemarau yang panjang atau hujan deras yang berkepanjangan, dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil panen mereka. Purbaningrum dan Aditya harus menghadapi ketidakpastian ini dan mencari cara untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada kebun buah mereka. Mereka melakukan riset, berkonsultasi dengan ahli pertanian, dan menerapkan teknik penanaman yang lebih tahan terhadap kondisi cuaca yang ekstrem.

Selain itu, mereka juga menghadapi tantangan dalam membangun kesadaran dan mengubah perilaku komunitas sekitar. Tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang keberlanjutan atau antusiasme yang sama terhadap pelestarian lingkungan. Purbaningrum dan Aditya menghadapi sikap skeptis atau ketidakpedulian dari beberapa anggota masyarakat. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus berkomunikasi, berbagi pengetahuan, dan mencoba membangun kesadaran dengan kesabaran dan kelembutan. Mereka menyadari bahwa perubahan yang berarti membutuhkan waktu dan ketekunan.

Selain itu, Purbaningrum dan Aditya juga menghadapi kendala finansial dalam mengembangkan kebun buah mereka. Mereka menghadapi tantangan dalam memperoleh dana untuk investasi dalam infrastruktur kebun, peralatan, dan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka secara proaktif mencari bantuan dari lembaga keuangan yang peduli dengan keberlanjutan, serta membangun jaringan dan kemitraan dengan organisasi yang berbagi visi mereka.

Meskipun rintangan dan tantangan itu ada, Purbaningrum dan Aditya terus berjuang dengan semangat dan keyakinan mereka. Mereka mendapatkan kekuatan dari cinta mereka satu sama lain, dan visi mereka untuk masa depan yang berkelanjutan. Setiap rintangan menjadi pelajaran berharga bagi mereka, memperkuat tekad dan keterampilan mereka dalam mencapai tujuan mereka.

Dalam perjalanan mereka, Purbaningrum dan Aditya belajar bahwa keberlanjutan adalah perjalanan yang penuh dengan rintangan, tetapi juga dengan kegembiraan dan pencapaian. Mereka tumbuh tidak hanya sebagai individu, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung dan melengkapi. Rintangan yang mereka hadapi tidak meruntuhkan semangat mereka, melainkan menguatkan hubungan mereka dan memperkuat komitmen mereka untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun