Suasana riuh rendah penuh canda tawa langsung menyambut begitu Nina dan kedua orang tuanya keluar dari mobil. Anak-anak tampak berlarian di halaman yang menjadi tempat parkir dadakan itu. Sementara orang-orang dewasa tampak duduk sambil berbincang penuh semangat di berbagai bagian teras.
Nina mengekor ibu dan ayahnya menuju teras, menyalami orang-orang yang ada di sana, dilanjutkan memasuki rumah yang saat itu menjadi tuan rumah acara kumpul keluarga besarnya. Sepengetahuannya, acara tersebut rutin diadakan setiap bulan dengan salah satu agenda utamanya adalah arisan.
Dari pintu ruang depan, tampak ruang tamu yang cukup luas. Di dalamnya, terlihat kelompok-kelompok kecil ibu-ibu yang sedang asyik berbicara. Ada yang sedang bernostalgia tentang masa lampau, ada yang berbagi kabar terbaru tentang kehidupan mereka sekarang, tak sedikit pula yang pamer pencapaian suami atau anaknya.
"Lis... Aryo...," si tuan rumah langsung menyalami kedua orang tua Nina begitu ibu Nina mengucapkan salam.
"Ini Nina? Ya ampun... sudah besar ya...."
Nina tersenyum dan menyalami orang yang dipanggilnya Bude Ifa itu.
"Tumben kamu ikut? Biasanya tak pernah ikut, lho...," sambungnya.
"Iya, Mbak, mumpung sedang tidak ada kegiatan. Biar dia sekalian tahu keluarga besarnya," ibu Nina yang menjawab. Sementara Nina hanya tersenyum mengiyakan.
"Iya, betul. Anak sekarang kalau tidak diajari tidak akan paham. Ayo, silakan, silakan...," si tuan rumah mempersilakan Nina beserta kedua orang tuanya masuk.
Sudah semiggu berlalu sejak kejadian yang menimpa Nina di hutan tepi kota. Pasca peristiwa itu, orang tua Nina menjadi ekstra waspada dan tak lagi membiarkan anak semata wayangnya itu sendirian. Maka, Nina pun terpaksa ikut jika kedua orang tuanya harus bepergian bersama seperti saat itu.
*