Mohon tunggu...
Mugi Wahyudi
Mugi Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Pelari Hobi

Baca cerita mingguan sebagai pehobi lari di sini. Bakalan banyak cerita yang bisa dibaca dari mulai pengalaman berlari sampai ulasan-ulasan tentang perlengkapan lari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Lari Hari Ini: Berlari Bersama OSIS & PMR

1 September 2024   06:52 Diperbarui: 1 September 2024   07:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto dokumen pribadi

Jalan kaki selesai, seketika salah satu muridku berlari menyalip kami semua.

"Pak, udah boleh lari?" tanya temanya kepadaku.

"Boleh."

Murid laki-laki kami seketika berlari kencang saling susul-menyusul seolah sedang dalam sebuah perlombaan. Sedangkan aku hanya tersenyum melihat mereka berlari dengan antusias. Aku pun mulai berlari perlahan dengan murid-murid lain yang mengikuti dari belakang. 

Melihat mereka, murid laki-laki, berlari susul-menyusul sebenarnya memunculkan rasa kompetitif ku. Namun aku tahan saja, karena aku yakin mereka tidak akan bertahan lama. Ditambah lagi ada yang sudah berlari terlebih dahulu sebelum kami tiba di lokasi. Dan benar saja, satu persatu dari mereka mulai berjalan kaki, tidak seperti di awal yang langsung tancap gas.

Mereka yang aku salip satu-persatu aku beri semangat agar mau lanjut berlari kembali. Ada yang langsung ikut berlari kembali meskipun tak jauh dan melanjutkan jalan kakinya, ada yang langsung tancap gas kembali setelah aku susul, dan ada juga yang memilih untuk jalan kaki saja meskipun sudah diberi semangat.

Hari semakin siang dan matahari pun semakin meninggi, pengunjung Lapangan Saparua semakin bertambah banyak. Murid-murid tetap dengan kegiatan berlarinya meskipun diselingi dengan berjalan kaki, orang tua murid pun akhirnya ada yang menegurku saat aku tengah berlari, dan salah satu muridku pun ada yang mlipir untuk ikut kegiatan senam yang diselenggarakan di komplek Lapangan Saparua. Ya, aku melihatnya dengan jelas. Ia bergabung dengan para orang tua dan ikut senam!

Sekejap kemudian, ia kembali ikut berlari dengan kami dengan tergopoh-gopoh dan bergabung dengan teman-teman lainnya. Namun sedetik kemudian ia kembali ikut senam dan tak lama bergabung kembali dengan kami menyelesaikan kegiatan lari. Memang aktif sekali murid satu ini.

Tiga puluh menit berlari pun selesai dan aku pun mulai berjalan kaki sembari menurunkan denyut jantung setelah berlari sembari menyisir lapangan dan mengingatkan murid-muridku untuk berkumpul kembali. Satu-persatu dari mereka berdatangan dan berkumpul kembali.

"Sekarang apa lagi, Pak?"

Waktunya untuk pendinginan. Aku ajak mereka berpasangan dan saling membantu untuk melakukan sedikit peregangan setelah berlari agar terhindar dari cedera dan tidak meninggalkan kesan negatif pada diri mereka. Bagi sebagian orang, melakukan kegiatan fisik seperti berlari kerap kali memberikan kesan negatif. Tak jarang mereka tidak mau melakukannya kembali karena ada trauma yang melekat. Beberapa alasan yang menjadikan mereka biasanya tidak mau berlari kembali seperti kaki yang terasa sakit ataupun badan yang menjadi pegal-pegal. Sebenarnya hal-hal seperti itu sangatlah wajar dan itu adalah respon dari tubuh kita yang belum terbiasa untuk melakukan aktivitas fisik, seperti berlari. Selain tubuh yang belum terbiasa, biasanya hal-hal seperti itu diakibatkan oleh pemanasan yang kurang dan tidak tepat, dan juga pendinginan yang kerap kali orang-orang lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun