Mohon tunggu...
Mufti Riyani
Mufti Riyani Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar dan Penjelajah

Belajar dari apa saja, dari siapa saja, tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Seniman Masuk Sekolah dan Kurikulum Merdeka

15 November 2024   23:02 Diperbarui: 28 November 2024   16:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi yang sibuk, bahkan mungkin semalaman anak-anak tidak bisa tidur. Memastikan barang-barang yang diperlukan tidak tertinggal, terlelap sebentar dengan mimpi terlambat bangun atau mungkin bermimpi sedang di atas pentas dan melakukan kesalahan yang memalukan. 

Hal-hal ini lazim terjadi pada anak-anak saat mereka merasa memiliki suatu tujuan, minat atau perhatian khusus pada suatu hal dan bertanggungjawab atas suatu pilihan. Proses ini mengingatkan kita pada konsep student agency atau kepemimpinan murid yang nampak sangat relevan dalam aktivitas ini.

Meskipun lelah sejak persiapan hingga menunggu giliran tampil, anak-anak dengan riasan wajah, aksesoris dan kostum warna-warni tetap terlihat bahagia.  Walau giliran tampil sudah lewat sedari pagi, namun puluhan murid nampak antusias menikmati penampilan demi penampilan, memberikan semangat dan apresiasi pada rekan-rekannya dari sekolah lain. 

Pengalaman para murid hari ini akan menjadi memori kolektif yang berisi banyak pengetahuan dan pemahaman bermakna yang akan dibawa sepanjang umur. Ingatan yang akan diwariskan dalam tuturan ke generasi selanjutnya.

Demikian gambaran saat gelaran pucak Gerakan seniman Masuk Sekolah Tahun 2024 di Kabupaten Aceh Timur (Kamis, 12 September 2024). Acara yang dilaksanakan di Lapangan Upacara Kompleks Kantor Bupati Aceh Timur ini penuh sesak dihadiri para murid, guru, seniman dan bahkan orang tua murid. Tercatatat 28 Sekolah dari tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama terlibat dalam kegiatan tersebut.

Tahun ini merupakan kali ketiga bagi dinas pendidikan dan kebudayaan Aceh Timur untuk menerima dan mengelola program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). Selain karena hasil monitoring dan evaluasi yang memuaskan, tanggungjawab dan keikutsertaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program ini juga dinilai dari dana padanan yang disediakan melalui APBD setempat. 

Suriadi, S.E selaku Plt Kabid kebudayaan menyebut bahwa upaya ini bukan hanya ditujukan untuk penguatan nilai budaya dan upaya konservasi melalui sekolah namun juga menjadi upaya memberikan penghargaan dan kepedulian kepada para seniman yang selama ini telah membaktikan diri pada pelestarian seni budaya di daerah setempat. 

Perlu dipahami bahwa Gerakan Seniman Masuk Sekolah merupakan program fasilitasi yang dijalankan oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam bentuk program seniman yang memberikan pembelajaran pada kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah. 

Program ini telah berjalan selama lima tahun dengan jumlah seniman, sekolah sasaran dan dinas pendidikan penerima manfaat yang semakin bertambah signifikan setiap tahunnya. 

Pada tahun pertama, jumlah seniman yang terlibat berjumlah 217 orang, melibatkan 16 dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota dan 217 sekolah. Jumlah ini meningkat signifikan pada tahun 2024 dengan jangkauan 1.840 seniman dan asisten seniman, 40 dinas, dan 920 sekolah di seluruh Indonesia.

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Project

GSMS dapat disebut sebagai salah satu inisiatif penting dalam mendukung Kurikulum Merdeka. GSMS memberikan alternatif kreatif dalam memperkaya kurikulum melalui integrasi seni. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan artistik, tetapi juga pada pembentukan karakter melalui kegiatan yang inspiratif dan interaktif. 

Program ini mengajak para seniman terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah, dengan tujuan untuk memperkaya pengalaman murid melalui seni dan budaya. Oleh sebab itu, selain meningkatkan kemampuan kognitif dan kreatif murid, program ini juga berkontribusi besar dalam penguatan budi pekerti, yang merupakan salah satu nilai inti dalam pendidikan karakter yang disasar dalam profil pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan pendidikan yang fleksibel dan menekankan pembelajaran berbasis proyek. Meskipun dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, pendekatan project based learning dalam program GSMS memungkinkan murid untuk belajar melalui pengalaman praktis dan kolaboratif. 

Selain membantu murid untuk menemu kenali bakat dan minat dalam bidang seni, program ini juga memberikan peluang bagi murid untuk mengembangkan potensinya lebih lanjut melalui sanggar-sanggar yang terlibat.

Dalam pendekatan berbasis project, penilaian proses dan produk menjadi aspek yang sama pentingnya dan saling melengkapi. Melalui proses kreatif selama latihan, guru selaku asisten seniman dapat mengamati dan mengevaluasi langkah-langkah yang dilalui murid selama pelaksaan program.

Hal ini melibatkan pengamatan terhadap cara murid ikut terlibat dalam proses merencanakan, berkolaborasi, mengambil keputusan, kemandirian, inisiatif, berkolaborasi bahkan ketrampilan pemecahan masalah. 

Guru dapat melihat perkembangan murid dalam ketrampilan kognitif, sosial dan afektif dan juga mengiring pembelajaran reflektif, dimana murid menyadari bagaimana mereka berlatih dan apa yang dapat ditingkatkan.

Keterbatasan implementasi pendekatan project dalam kegiatan ekstrakurikuler terjadi karena sering tidak terkait langsung dengan kurikulum akademik, termasuk dalam hal penilaiannya. 

Atau meskipun relevan dengan pembelajaran kurikuler dan sesuai dengan kompetensi akademik yang dikembangkan namun terkesan sebagai aktivitas tambahan. 

Menanggapi hal ini, program GSMS menurut hemat penulis dapat ditempatkan dalam perspektif pembelajaran berdiferensiasi. Dapat diterima sebagai bentuk melayani keunikan dan kebutuhan murid. 

Terlebih kegiatan seperti ini seringkali lebih banyak mengambil waktu murid. Sehingga tidak menutup kemungkinan murid yang terlibat harus beberapa kali meninggalkan kelas. Oleh sebab itu, penilaian selama program kiranya dapat didudukan sebagai sistem konversi nilai sesuai mata pelajaran yang relevan.

Keterbatasan berikutnya terkait jumlah keikutsertaan murid, serta keterbatasan cabang seni yang dapat di akses oleh satu sekolah dalam program GSMS.  Pada program ini, umumnya satu sekolah hanya mendapatkan fasilitasi untuk satu bidang seni dengan satu orang seniman yang terlibat. 

Selain itu, berdasarkan data statistik yang disajikan dalam portal https://gsmsppk.kemdikbud.go.id/, ditemukan fakta bahwa bidang seni sastra, film, penulisan naskah skenario dan seni media baru merupakan bidang seni yang masih jarang terlibat.

Seni sebagai Media Penguatan Identitas dan Budi Pekerti 

Seni memiliki kekuatan untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang mendalam, seperti empati, toleransi, kerja sama, dan rasa hormat terhadap sesama. Melalui seni, murid dapat belajar memahami dan mengapresiasi perbedaan, menghargai proses, dan mengembangkan kedisiplinan serta tanggung jawab. Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip penguatan budi pekerti yang ingin dikedepankan dalam Kurikulum Merdeka khususnya pada 6 dimensi profil pelajar Pancasila.

Karakter kreatif, kritis, bertanggungjawab, percaya diri, komunikatif, empati, toleransi, kerja keras, disiplin, ketekunan dan apreasiasi terhadap keberagaman menjadi nilai-nilai yang terasah dalam proses kreativitas seni. Dalam konteks apresiasi seni hal ini sesuai dengan adagium 'seni memperhalus budi pekerti'. 

Wiflihani (2012) menegaskan bahwa kontribusi seni dalam pendidikan adalah bagaimana nilai keindahan seni bukan hanya menjadi ekspresi yang menyibak keindahan dan memperkaya batin namun juga memperhalus budi pekerti manusia. 

Hal ini dapat dipandang sebagai upaya yang dapat ditempuh untuk mewujudkan pikiran Aristoteles tentang pendidikan yang ideal. Dimana ia menyebut "Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali". 

Kegiatan GSMS juga sejalan dengan upaya penguatan budaya lokal dan pengenalan seni tradisional kepada generasi muda. Dalam konteks ini, program GSMS menjadi sarana penting untuk memperkenalkan seni tradisional yang kaya akan nilai-nilai moral dan sosial kepada murid. 

Dengan demikian, menumbuhkan apresiasi terhadap budaya juga dapat membantu murid menguatkan profil pelajar Pancasila dalam dimensi berkebhinekaan global.

Karakter berkebhinekaan global merupakan bekal penting dalam menghadapi tantangan dengan interaksi tanpa batas di masa mendatang. Wawasan dan ketrampilan ini harus ditopang dengan kearifan pada lokalitas murid a agar mereka mampu eksis tanpa harus tercerabut dari identitasnya sendiri. 

Identitas diri dan konteks berkebhinekaan global dapat membantu murid untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kejelasan posisi dalam dinamika kehidupan yang terus berubah. Seni dalam hal ini dapat membantu menghindarkan murid sebagai sponge citizen yang mudah terombang ambing dan terhasut dan sekaligus membantu murid dalam mengembangkan rasa kemanusiaan universal.

Dalam jangka panjang, penguatan budi pekerti melalui seni diharapkan akan menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat. 

Seniman yang terlibat dalam proses pembelajaran juga memiliki tanggungjawab moral untuk memberikan teladan tentang bagaimana seni dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki diri dan lingkungan. 

Hal ini dapat membentuk murid yang lebih peduli terhadap masyarakat, memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, dan mampu memanfaatkan kreativitasnya untuk menciptakan perubahan positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun