GSMS dapat disebut sebagai salah satu inisiatif penting dalam mendukung Kurikulum Merdeka. GSMS memberikan alternatif kreatif dalam memperkaya kurikulum melalui integrasi seni. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan artistik, tetapi juga pada pembentukan karakter melalui kegiatan yang inspiratif dan interaktif.Â
Program ini mengajak para seniman terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah, dengan tujuan untuk memperkaya pengalaman murid melalui seni dan budaya. Oleh sebab itu, selain meningkatkan kemampuan kognitif dan kreatif murid, program ini juga berkontribusi besar dalam penguatan budi pekerti, yang merupakan salah satu nilai inti dalam pendidikan karakter yang disasar dalam profil pelajar Pancasila.
Kurikulum Merdeka menawarkan pendekatan pendidikan yang fleksibel dan menekankan pembelajaran berbasis proyek. Meskipun dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, pendekatan project based learning dalam program GSMS memungkinkan murid untuk belajar melalui pengalaman praktis dan kolaboratif.Â
Selain membantu murid untuk menemu kenali bakat dan minat dalam bidang seni, program ini juga memberikan peluang bagi murid untuk mengembangkan potensinya lebih lanjut melalui sanggar-sanggar yang terlibat.
Dalam pendekatan berbasis project, penilaian proses dan produk menjadi aspek yang sama pentingnya dan saling melengkapi. Melalui proses kreatif selama latihan, guru selaku asisten seniman dapat mengamati dan mengevaluasi langkah-langkah yang dilalui murid selama pelaksaan program.
Hal ini melibatkan pengamatan terhadap cara murid ikut terlibat dalam proses merencanakan, berkolaborasi, mengambil keputusan, kemandirian, inisiatif, berkolaborasi bahkan ketrampilan pemecahan masalah.Â
Guru dapat melihat perkembangan murid dalam ketrampilan kognitif, sosial dan afektif dan juga mengiring pembelajaran reflektif, dimana murid menyadari bagaimana mereka berlatih dan apa yang dapat ditingkatkan.
Keterbatasan implementasi pendekatan project dalam kegiatan ekstrakurikuler terjadi karena sering tidak terkait langsung dengan kurikulum akademik, termasuk dalam hal penilaiannya.Â
Atau meskipun relevan dengan pembelajaran kurikuler dan sesuai dengan kompetensi akademik yang dikembangkan namun terkesan sebagai aktivitas tambahan.Â
Menanggapi hal ini, program GSMS menurut hemat penulis dapat ditempatkan dalam perspektif pembelajaran berdiferensiasi. Dapat diterima sebagai bentuk melayani keunikan dan kebutuhan murid.Â
Terlebih kegiatan seperti ini seringkali lebih banyak mengambil waktu murid. Sehingga tidak menutup kemungkinan murid yang terlibat harus beberapa kali meninggalkan kelas. Oleh sebab itu, penilaian selama program kiranya dapat didudukan sebagai sistem konversi nilai sesuai mata pelajaran yang relevan.