Mohon tunggu...
Mufti Maulana
Mufti Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi. Saya memiliki beberapa hobi seperti fotografi, membuat konten yang akan saya upload melalui media sosial, bermusik, dan lain-lain. Konten-konten favorit saya berupa konten-konten yang informatif, menghibur, dan menambah wawasan untuk berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Permasalahan Sampah di Indonesia

27 Januari 2024   09:08 Diperbarui: 27 Januari 2024   09:20 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Peran Kita Semua: Mengubah Kebiasaan Untuk Masa Depan yang Bersih" 

Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan yang besar dalam mengelola permasalahan sampah. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah sampah yang dihasilkan di Indonesia terus meningkat dengan cepat. Sampah-sampah ini mencakup berbagai jenis, mulai dari sampah rumah tangga sampai sampah industri. 

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi negara kita, yakni kurangnya infrastruktur yang memadai untuk mengelola sampah. Banyak daerah di Indonesia masih belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang efektif, alhasil sampah sering kali dibuang sembarangan atau dibakar secara terbuka. Hal ini mengakibatkan pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. 

Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik juga perlu ditingkatkan. Karena masih banyak orang Indonesia yang kurang peduli terhadap masalah sampah dan tidak memahami sistem mendaur ulang sampah. Akibatnya, sampah yang harusnya dapat didaur ulang masih berakhir di tempat pembuangan akhir. 

Permasalahan sampah di Indonesia juga memiliki dampak yang luas terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem. Banyak sekali hewan laut dan satwa liar yang terancam oleh jenis sampah plastik. Karena sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang sangat sulit terurai. Selain itu, pencemaran tanah dan air oleh sampah juga dapat mengganggu ekosistem alami dan menyebabkan kerusakan lingkungan jangka panjang. 

Permasalahan sampah ini bukanlah masalah yang sepele. Mengingat masalah ini adalah masalah kita semua. 

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 

Dilansir dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di 2023 hasil input dari 133 Kabupaten/Kota se-Indonesia pada tahun 2023, menyebut jumlah timbunan sampah turun sekitar 17,027,843.29 juta ton/tahun dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu diangka 21,1 juta ton/tahun. Dan, sampah yang terkelola sekitar 66,74% atau sebanyak 11,365,070.96 juta ton/tahun. Sedangkan sisanya sekitar 33,26% atau 5,662,772,33 ton/tahun, sampah yang tidak terkelola. 

Selanjurnya lembaga Sustainable Waste Indonesia (SWI) menyebutkan, dari total sampah nasional per-tahun. Sampah plastik menguasai sekitar 18,7%, makanan sisa 39,92%, kayu atau ranting 12,41%, dan kertas atau karton 11,31%. Dari total sampah nasional.   

 Target Pengelolaan Sampah 

Pemerintah mempunyai taget besar dalam mengatur pengelolaan sampah. Berdasarkan Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas), Indonesia didorong agar mencapai target pengelolaan sampah sebesar 100% pada tahun 2025. Dengan melalui sekitar 16,14% pengurangan sampah dan 50,61% penanganan sampah. 

Langkah untuk mencapai sebuah target tersebut tidak mudah. Perlu adanya sinergi dan kerja sama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Termasuk, melibatkan lembaga kemasyarakatan untuk dapat mendorong keberhasilan dalam pengelolaan sampah dari mulai hulu sampai ke hilir. 

Pengelolaan sampah dilakukan dari skala sampah yang terkecil, yaitu skala sampah rumah tangga. Lalu dikumpulkan, kemudian dipilah melalui bank sampah sekitar. Dan, diolah berdasarkan kategori hasil pemilahan sampah. Untuk jenis sampah yang berasal dari rumah tangga, buah-buahan yang sudah membusuk, kertas, karton, dan lain sebagainya. Termasuk ke dalam jenis sampah organik, artinya sampah yang mudah terurai dan dapat diolah menjadi pupuk. 

Sedangkan limbah B3 dapat diolah kembali, lalu sisanya diletakkan pada TPU atau dijadikan bahan bakar pada shelter pengelolah sampah menjadi energi lisktrik (PSEL).  

Pemerintah juga telah membuat Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (IKPS) yang merupakan instrumen standar penilaian kinerja pengelolaan sampah dari pusat ke daerah. Penilaian pengelolaan sampah sangat penting, mengingat dibutuhkan standar penilaian yang seragam baik untuk kota metropolitan, kota besar, maupun kota kecil. 

Satu hal yang menjadi energi positif, yaitu adanya kebijakan larangan pengurangan sampah plastik di sejumlah daerah di negara kita. Gerakan ini sangat efektif untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap sampah anorganik. Contohnya, di beberapa tempat belanja seperti di minimarket atau supermarket sudah berkurang penggunaan kantong plastik dan digantikan dengan yang namanya tote bag atau tas belanja. 

 

Tantangan dan Penyebab Utama Masalah Sampah Di Indonesia 

Berbicara mengenai tantangan dan penyebab mengapa permasalahan sampah di Indonesia tidak kunjung selesai? Ada banyak sekali faktor yang menjadikan permasalahan ini tidak dapat terselesaikan, salah satunya adalah habit manusia atau kebiasaan manusia yang sudah berpuluhan tahun yang dilakukan secara terus-menerus yang menjadi penyebab sekaligus tantangan utama. 

Selain habit atau kebiasaan manusia yang menjadi faktor penyebab atau tantangan utama terdapat hal lain, yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pengelolaan pelayanan yang masih rendah, jumlah TPA yang masih terbatas, institusi pengelolaan sampah, dan masalah biaya. 

Ini merupakan faktor penyebab utama sekaligus tantangan bagi pemerintah dan masyarakat. Karena jika kita hanya mengandalkan satu pihak, yakni pemerintah saja tentu masalah ini tidak akan bisa terselesaikan. Jika sampah dapatt dikelola dengan baik, itu akan menghemat sumber daya alam yang ada. Contohnya seperti di Banyumas. 

Pemerintah Banyumas mengelola sampah dengan membangun hanggar atau shelter tempat pengelolaan sampah dengan menggunakan metode 3R (Reduce, Reuse, dan recycle). Di setiap tempat hanggar sudah terdapat alat atau mesin pemilah sampah manual (bag conveyor) dan mesin pencuci sampah plastik (gibrik). 

Pemrosesan sampah ditambah dengan alat hot extruder atau mesin hidrolik yang dapat digunakan untuk membuat sampah mencair dan kemudian sampah tersebut dicetak. Untuk pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat.  

 Dari sampah yang sudah dipilah, kemudian diolah menjadi paving, atap, bata, pupuk kompos, serta biji plastik yang memiliki nilai ekonomi. 

Pandawara Group 

Selain pemerintah Banyumas yang menjadi role model, selanjutnya ada sekelompok anak-anak muda yang berasal dari Bandung. Siapa lagi kalau bukan, the one and only Pandawara group. Mereka adalah sekelompok anak muda yang berinisiatif untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di sungai, pantai, dan di tempat-tempat yang memang terdapat sampah dan itu tidak diurus atau dikelola dengan baik. 

Pandawara group bisa kita jadikan sebagai inspirasi kita dalam menjaga lingkungan, menumbuhkan rasa awarness mengenai masalah sampah khususnya di Indonesia, dan membantu menumbuhkan semangat anak-anak muda mengenai hal ini. 

Inovasi yang Dapat Dilakukan baik oleh pemerintah dan Masyarakat 

Sebenarnya pemerintah sudah melakukan beberapa inovasi-inovasi untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia, seperti membuat bank sampah sampai pengolahan sampah organik. Dan, untuk lebih lengkapnya bisa di simak di bawah ini:

  • Bank sampah: Bank sampah ini merupakan sebuah program yang mendorong masyarakat untuk mengumpulkan dan memilah sampah menjadi kategori yang berbeda, seperti plastik, kertas, logam, dan lain sebagainya. Setelah itu, sampah-sampah tersebut dapat ditukarkan dengan uang atau barang yang berguna. Inovasi ini membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan juga bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
  • Pengolahan sampah organik: Beberapa daerah di Indonesia sudah mengadopsi sistem pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Sampah organik seperti sisa makanan dan dedaunan dapat diolah menjadi pupuk kompos yang berguna di bidang pertanian. Daerah Indonesia seperti Banda Aceh, Lingsar (Nusa Tenggara Barat), Surabaya, dan masih banyak lagi yang sudah melakukan sistem pengolahan sampah organik ini. 
  • Teknik pengolahan sampah: Beberapa perusahaan di Indonesia menggunakan teknologi yang canggih untuk mengolah sampah menjadi energi. Contohnya perusahaan yang bernama "sampah muda", merupakan sebuah inovasi untuk menanggulangi sampah lainnya. Prinsip kerja perusahaan ini adalah menghubungkan pemilik sampah dengan pendaur ulang. 
  • Program zero waste: Beberapa komunitas dan lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup mendorong konsep zero waste, zero waste merupakan upaya untuk mengurangi sampah dengan cara menghindari bahan-bahan sekali pakai dan mengoptimalkan daur ulang. Inovasi ini melibatkan edukasi, penggunaan kemasan ramah lingkungan, dan pengelolaan sampah yang efisien. 

Selain inovasi-inovasi diatas, hal yang sangat penting adalah menumbuhkan rasa peduli masyarakat untuk mengatasi maslah ini. Karena masalah ini merupakan masalah bersama. Jika kita hanya mengandalkan satu pihak saja, maslah ini tidak akan bisa selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun