Mohon tunggu...
Muhammad Mufti Faiq Kamal
Muhammad Mufti Faiq Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa || Study Forever

Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mentalitas Budak, Akar dari Krisis Intelektual Bangsa

29 Agustus 2024   06:21 Diperbarui: 29 Agustus 2024   06:35 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang yang terbudaki oleh pekerjaannya. Sumber: Stockcake.com

Kemudian karakter yang selanjutnya adalah orang yang tujuan hidupnya asal tidak disakiti. Target kehidupan dia hanya asalkan ia tidak diganggu orang lain dan tidak tersakiti dan menderita. Dia tidak memilki jiwa revolusioner dan hanya ingin tujuan yang minimalis agar hidupnya berjalan sangat datar dan biasa.

Karakter selanjutnya adalah berkarya dengan landasan "asal jadi" karena menganggap karyanya itu untuk orang lain. Misalkan biasanya di jenjang perkuliahan diberikan tugas oleh dosennya. Dia memilki tujuan "yang penting jadi" dan dosen menerima. 

Maka segala cara ia lakukan, seperti istilah "copy paste" dari website-website tertentu agar dosen menerima dan selesai tugas tersebut. 

Padahal hakikatnya karya itu untuk dirinya sendiri. Tapi karna dia bermental budak, mereka selalu mengira bahwa karyanya itu dipersembahkan untuk orang lain. Asalkan majikannya senang dan menerima itu.

Kemudian ciri selanjutnya adalah menjelekkan atau menghina tempat ia tinggal atau bekerja. Dia mengalami keluh kesah lantas menceritakan keburukan itu kepada temannya tapi dia tetap berada pada posisinya yang stagnan itu. 

Dia tidak memiliki setidaknya usaha untuk pindah ke tempat yang lain karena takut tidak mendapatkan pekerjaan dan sangat bergantung pada tempat kerjanya itu.

Kemudian salah satu karakter budak juga adalah "Playing Victim" (menganggap dirinya korban atau diperlakukan buruk). Karena dirinya terus-menerus menganggap semuanya sebagai antagonis dengan subjektivitas dirinya dan sudut pandangnya yang sangat sempit itu. Sehingga ia tidak lagi bisa berinisiatif untuk mengambil langkah karena takut bahwa langkah apapun yang ia ambil pasti ia akan menjadi korbannya. Atau dia yang melupakan beberapa kebaikan yang datang kepadanya karena keburukan-keburukan yang menimpa tanpa meninjau keburukan tersebut dari sudut pandang yang lain.

Karakter yang terakhir adalah ia yang tidak berani berinisiatif dan menyampaikan secara langsung. Dia cenderung menyuruh orang lain untuk menyampaikannya atau berharap dari orang lain akan mewakili idenya. 

Misalkan dalam sekolah ada pertanyaan yang ingin ia ajukan, akan tetapi ia menyuruh temannya untuk menanyakan pertanyaan tersebut. Atau dalam ranah pekerjaan ia memiliki suatu ide tetapi enggan mengunggah ide tersebut lalu menyuruh rekannya yang menyampaikan hal tersebut.

Itulah setidaknya 10 karakteristik orang yang bermental budak. Harus digaris bawahi juga bahwa sebenarnya dalam sejarah, budak juga tidak berarti bahwa ia akan menderita. Karena ada beberapa tokoh-tokoh yang tercatat menjadi seorang yang hebat yang latar belakangnya adalah budak. Misalkan dalam sejarah islam ada Malik Baybars. 

Dia diperjual-belikan pada masa kecilnya tapi akhirnya ia menjadi seorang Jendral dan Raja. Dan bahkan mendirikan kerajaan yang nama kerajaan tersebut juga kerajaan budak. Karena penguasa-penguasa kebanyakan berasal dari latar belakang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun