Mohon tunggu...
Muhammad Mufti Faiq Kamal
Muhammad Mufti Faiq Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa || Study Forever

Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mentalitas Budak, Akar dari Krisis Intelektual Bangsa

29 Agustus 2024   06:21 Diperbarui: 29 Agustus 2024   06:35 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang yang terbudaki oleh pekerjaannya. Sumber: Stockcake.com

adi dalam perspektif ini menganggur itu suatu hal yang bagus tetapi banyak dari kita mengeluh karena tidak ada orang yang memberikan komando kepada kita untuk melakukan sesuatu. Maka ketika kita tidak diberikan komando, kita tidak melakukan apa-apa karena kita itu budak. Kita menunggu orang lain yang memiliki otoritas untuk menyuruh kita melakukan sesuatu, lalu kita melakukannya.

Kalau kita teliti pada negara-negara maju di Eropa, pemerintah memaksakan agar setiap perusahaan memberikan waktu luang lebih besar kepada para pegawainya. Contohnya di Jerman, mereka bekerja hanya 4 hari dalam seminggu dan hanya bekerja 6 sampai 7 jam dalam sehari untuk memberikan wadah produktivitas kepada para pegawainya. J

adi mereka berpendapat bahwa jam kerja yang tinggi itu tidak baik untuk karyawan karena mereka akan kekurangan istirahat, waktu luang dan nutrisi, dan berpotensi menyebabkan stress yang tinggi. Ini justru menghambat produktivitas dan ide-ide kreatif di perusahaan. 

Contoh lain misalkan di Swedia, pemerintahnya memberikan cuti 6 bulan agar para karyawan bisa membuka usaha mereka. Dan ini tertuang dalam Undang-undang Hak Cuti untuk menjalankan operasi bisnis. Tentu contoh-contoh tersebut sangat berbeda di Indonesia.

Sumber: Lestari.kompas.com
Sumber: Lestari.kompas.com

Kita bisa berintrospeksi diri, apakah kita termasuk orang-orang yang bermental budak, ketika kita menganggur, kita malah menganggap itu sebagai beban pikiran karena kita tidak bisa melakukan apapun. Kita senang ketika kita bekerja pada orang lain dan mendapat komando dari orang lain. Ini karakter pertama.

Lalu selanjutnya karakter bermental budak adalah menganggap bangsa lain lebih superior dan unggul daripada bangsa kita. Misalkan ilustrasinya adalah ketika kita melihat anak kecil atau bayi yang sangat rupawan lalu kita menisbatkan rupa yang indah itu dengan negara lain. 

"Wah bayinya putih seperti orang Cina, atau tampan seperti orang Arab". Itu sebenarnya adalah mental inferior dengan menganggap bahwa bangsa lain itu lebih baik daripada bangsa kita hanya karena ciri-ciri fisiknya.  Dan ciri fisik yang ditentukan baik dan buruknya atau tampan atau tidaknya berdasarkan seberapa dekatnya dia dengan karakteristik dari ras tertentu di luar sana. Dan termasuk dalam mentalitas budak.

Karakter yang selanjutnya adalah tidak percaya diri dengan karya sendiri. Dia memiliki rasa takut atas karya yang sudah dia lakukan. Takut menjadi bahan lelucon atau takut mendapatkan teguran. Padahal itu semua adalah langkah awal dari berkembangnya intelektual dia sebagai individu yang produktif.

Kemudian yang berikutnya juga adalah orang yang merasa dirinya tidak punya tujuan hidup karena hidupnya tidak terencana dengan efisien. Misalkan sering kita jumpai dalam dunia Pendidikan entah di sekolah ataupun kampus tertentu. 

Dia menjadikan aktivitas akademis itu sebagai formalitas semata. Dia tidak memliki tujuan kenapa dia bersekolah atau berkuliah. Karena yang terpenting dia dapat sekolah selayaknya orang-orang, dan dia takut akan bahwa kalau dia tidak bersekolah atau berkuliah ia tidak mendapatkan pekerjaan.

Karakterisik selanjutnya dari orang-orang yang bermental budak adalah dia mentolerir kejahatan walaupun kejahatan itu lebih lemah. Misalkan ada preman seorang diri memungut atau meminta-minta kepada kita, walaupun dia sendiri dan kita gerombolan tapi tetap takut padahal mengetahui bahwa preman tersebut lebih lemah. Jadi ciri yang bermental budak seperti itu. Pengecut, penakut, bahkan ketika dirinya lebih kuat dan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun