Dalam ilmu Psycology Dynamics dan NLP, pikiran kita memiliki 2 bagian: sadar dan bawah sadar. Pikiran bawah sadar berfungsi sebagai penyimpan informasi jangka panjang, yang nantinya menjadi kepercayaan/belief, yang sifatnya absolutely truth dan menjadi dasar bagi perkataan dan perilaku kita. Sedangkan pikiran sadar atau critical factor berfungsi sebagai filter yang mengkritisi, menganalisis dan membatasi segala informasi yang akan masuk ke pikiran bawah sadar.
Pikiran sadar atau critical factor yang berperan sebagai filter dapat dimatikan dengan informasi bermuatan emosi. Ketika pikiran sadar yang menjadi filter ini mati, maka informasi akan mudah masuk kedalam pikiran bawah sadar. Setelah masuk kedalam pikiran bawah sadar, berikutnya informasi tersebut akan menjadi kepercayaan dan perilaku.
Praktiknya, seseorang menangis ketika melihat tayangan sinetron yang sangat emosional. Di saat-saat emosional tersebut, pikiran sadar atau critical factor yang menjadi filter orang tersebut mati. Tiba-tiba, ditengah momen yang emosional tersebut, muncul sebuah iklan. Maka, informasi dalam iklan tersebut akan pengaruhi pikiran bawah sadar kita.
Ahok juga melakukan ini. Dengan tangisannya, ia mematikan critical factor masyarakat. Setelah itu, ia mengatakan secara implisit bahwa 'aku tidak bersalah, namun aku hanya korban'. Perkataan implisit tersebut masuk ke bawah sadar masyarakat, dan terkonversi menjadi perilaku.
Our Brand is Crisis
Jika saya terlibat sebagai konsultan pencitraan dan brand yang manipulatif dalam kasus Ahok seperti ini, maka saya juga akan menyarankan Ahok untuk berakting menangis, sebagai strategi saya dalam pertempuran persidangan. Saya juga akan menggunakan seluruh amunisi yang mampu saya gunakan untuk membangkitkan respon emosional dari masyarakat dan mendapatkan simpati mereka.
Anda bisa melihat film Our Brand Is Crisis yang dimainkan oleh Sandra Bullock. Dalam film tersebut, calon Presiden yang berwatak kasar 'disuruh' untuk berakting menangis, bahkan diatur kapan waktu yang tepat si calon Presiden harus menangis, padahal menangis bukan bagian dari karakter si calon Presiden tersebut.
Jadi, tangis Ahok disini bukan hanya sekadar reaksi alamiah Ahok dalam persidangan, namun telah direncanakan sebelumnya oleh tim dibelakangnya, termasuk seluruh momen emosional tentang Ahok yang kini beredar luas di media konvensional maupun sosial media.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI