Mohon tunggu...
Mufid Nur Hasyim
Mufid Nur Hasyim Mohon Tunggu... Novelis - Penulis lepas

Deep Contemplation On Strategy | PR & Strategy Consultant | Strategic Thinker

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bocoran: Strategi Pemenangan Ahok dalam Pilgub DKI 2017

9 Oktober 2016   22:17 Diperbarui: 4 April 2017   17:36 3938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahli Strategi Besar

Hari ini Ahok menjadi sorotan, baik di media mainstream maupun media sosial. Komentar-komentarnya yang kontroversial, provokatif bahkan rasis dikritisi masyarakat luas dan para tokoh, termasuk tokoh keagamaan. Semakin hari komentar pedasnya semakin jadi, menyerang kesana kemari tanpa batas. Namun, ada dua pertanyaan kritis yang muncul dalam benak saya; bagaimana dengan citra Ahok, sementara Ia mencalonkan diri sebagai gubernur Ibu kota? Tidakkah Ia takut perilaku komunikasi politiknya menjadi 'bunuh diri Public Relation' baginya?

Tidak. Ahok memiliki back up yang kuat dari para pengusaha --kita semua tahu itu. Biaya yang telah dan akan dikeluarkan untuk merealisasikan dirinya menjadi Gubernur Ibu Kota sangat mahal. Yang pasti, Ia juga diback up oleh tim penasihat strategis dan tim Public Relation profesional berbiaya mahal. Pola dan perilaku komunikasi politik Ahok yang kita lihat hari ini, yang jelas, bukan hanya sekadar ‘test the water’, namun sebuah manuver strategis yang telah direncanakan dengan rapi.

Polarisasi: Antara Ahok dan Tatcher

Setelah melakukan pengamatan dan penelitian yang cukup, saya mendapatkan berbagai data dan pola, dan akhirnya menemukan strategi komunikasi politik Ahok. Benar-benar mengejutkan. Kesimpulan akhir penelitian Saya mengingatkan saya kepada kisah perdana mentri Inggris tahun 1973, Margaret Tatcher. Mengapa Margaret Tatcher? Pertama, karena Ia seorang wanita, sebagai minoritas ditengah dunia politik yang dipenuhi pria. Kedua, Ia hadir ditengah pola strategi komunikasi politik yang konvensional ketika itu; ketika semua politisi di sekelilingnya bersikap halus, hati-hati, berwibawa, Tatcher sebaliknya, Ia hadir sebagai seorang wanita dengan gaya komunikasi politik yang tak terbayangkan sebelumnya: kasar, keras, provokatif, dingin, seakan tidak peduli dengan citra.

Pola sejarah Tatcher terulang hari ini, sebagaimana yang kita lihat pada Ahok. Berbagai kesamaan muncul. Pertama, kemunculan Ahok sebagai minoritas dalam politik --ras minoritas. Kedua, Ahok muncul dengan gaya komunikasi politik yang melanggar seluruh gaya komunikasi politik konvensional di Indonesia: sama seperti Inggris dimasa Tatcher, sementara para politisi lain bersikap halus dan hati-hati, ia mencari musuh dan terus memprovokasi tanpa mempedulikan citra. Perbandingan sempurna.

Kembali ke sejarah Margaret Tatcher. Pada masa itu, masyarakat Inggris dapat menebak, bila pada periode ini Partai konservatif menang, maka pemenang periode berikutnya adalah Partai Buruh. Hal ini terus menerus terjadi, hingga polanya dapat terlihat jelas. Elit politik parta Konsertvatif muak. Mereka ingin membuat sebuah gebrakan. Mereka mengangkat pemimpin wanita sebagai pemimpin Partai mereka, dan pilhan jatuh kepada Tatcher. Di masa awal kepemimpinannya, Ia mengkritik habis-habisan sistem Sosialis yang menurutnya bertanggung jawab atas merosotnya perekonomian Inggris. Kemudian, setelah mereda ketegangan antara Soviet dengan Inggris, Tatcher Mengkritik Soviet. Lalu, pada musim dingin 1978-1979, beberapa sektor publik mogok. Tatcher memanfaatkannya untuk menantang Partai Buruh dan PM James Callaghan, sebagai yang bertanggung jawab atas peristiwa itu.

Ketika tiba masa pemilihan pada tahun 1979, Tatcher maju sebagai kandidat. Dalam kampanyenya, ia mengkritik rival sekaligus PM Inggris sebelumnya, James Callaghan, dengan kritik yang sangat pedas. Ketika dilakukan survey, popularitas Tatcher masih tertinggal dari pesaingnya. Namun, dengan strategi komunikasi politiknya Ia berhasil menyedot perhatian dan mempolarisasi rakyat Inggris untuk bersama atau tidak bersama dirinya, dan menarik yang ragu-ragu untu berdiri bersamanya. Dan yang terjadi berikutnya mengejutkan. Ia terpilih sebagai PM Inggris wanita pertama.

Sebelum Tatcher terpilih, politisi Partai Buruh meragukan dirinya, dan menyebut bila Tatcher terpilih menjadi PM, maka perekonimian Inggris akan terguncang. Hal tersebut benar-benar terjadi. Namun, Tatcher tidak mempedulikannya. Ia tetap tidak mengubah atau mengurangi kebijakan dan gaya komunikasi politiknya. Bahkan, ia lebih agresif daripada sebelumnya, dan membuat kebijakan-kebijakan yang lebih menantang.

Para elit Partai konservatif yang tidak menyukai Tatcher mulai menampakkan diri. Mereka panik dengan kebijakan Tatcher yang membahayakan karir mereka di Konservatif, dan mengkritik Tatcher habis-habisan. Namun, Tatcher membalas kritik para politisi tersebut dengan memprovokasi dan menyebut mereka ‘cengeng’.

Rakyat yang berhadapan dengan krisis ekonomi, kecemburuan politisi Partai konservatif dan musuh dari Partai republik yang sakit hati, melengkapi kombinasi konflik yang diciptakan dan dihadapi oleh Tatcher sendiri. Ia benar-benar membuat semua orang menjadi musuh, dan Ia berhasil mempolarisasi rakyat dan para politisi Inggris menjadi dua kutub yang sangat jelas. Banyak yang memprediksi bahwa ini adalah periode terakhir pemerintahan Tatcher.

Momentum Balik: Membuat Lawan Tak Relevan

Pada 1982 Tatcher menemukan 'momentum balik' diakhir masa jabatannya. Pemerintah kudeta Argentina melakukan agresi ke kepulauan Falkland, kepulauan dibawah kekuasaan kolonial Inggris, yang jaraknya sangat jauh (12.800 KM) dari pusat pemerintahan Inggris. Sekali lagi Tatcher membuat kebijakan yang menantang; bahwa Inggris harus mengirimkan pasukan dan mempertahankan kepulauan tersebut. Dan kembali, para politisi yang tidak menyukai Tatcher mengkritiknya dan menuduh dirinya melakukan hal yang sia-sia dan melakukan pemborosan uang negara ditengah krisis ekonomi. Namun, Tatcher tidak mempedulikannya. Ia tetap mengirimkan pasukan dan mempertahankan kepulauan Falkland.

Momentum balik Tatcher benar-benar terjadi ketika Inggris berhasil mempertahankan Falkland. Media, politisi dan masyarakat yang sebelumnya mencitrakan Tatcher sebagai wanita yang keras, kasar, provokator, dingin, tidak berperasaan, kini berbalik mencitrakannya sebagai seorang patriot, teguh pendirian, penyelamat negara, pahlawan, dan sebagainya. Rakyat lupa dengan Tatcher sebelumnya. Ia mempergunakan kartu truf nya dengan sangat baik.

Kini, lihatlah Ahok. Terpola dengan pola yang sama dengan Tatcher. Media masa terus memberitakan kontroversi Ahok, dan itu hanya meningkatkan publisitas dan pembicaraan atas dirinya. Ia benar-benar menyedot perhatian rakyat yang ragu, dan menarik mereka untuk bersamanya. Pemberitaan buruk terus diciptakan, pemberitaan baik diselipkan. Citra provokator, keras, kasar, dan semacamnya melekat kuat kepada Ahok. Ia terus mempolarisasi politisi dan rakyat dengan mencari musuh baru, seperti Tatcher. Ia akan terus melakukan itu, hingga para pengusaha dan ahli strategi dibelakangnya menciptakan momentum baliknya, di masa dekat pemilihan nanti. Ia akan memberi kejutan dan tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk beradaptasi dengan manuvernya, pada momentum baliknya.

Apa momentum baliknya? Kita lihat saja. Semua telah direncanakan. Namun, yang jelas, strateginya, ketika momentum balik itu terjadi, rakyat telah lupa dengan perilaku komunikasi Ahok sebelumnya, yang penuh dengan kekasaran, kontroversi dan provokasi. Pada masa itu, pemberitaan media akan dipenuhi dengan 'Ahok sebagai penyelamat Jakarta', 'pahlawan rakyat', 'pemimpin tegas', ‘berhati mulia’ dan sebagainya. Dan para lawannya akan menjadi tidak relevan setelah momentum baliknya terjadi. Demikian strategi komunikasi politik Ahok. Strategi ini sangat tepat untuk masyarakat Indonesia yang pragmatis, pelupa, terpola dalam kesesaatan, reaksioner, tidak dewasa dan tidak kritis menghadapi media.

Salah satu cara bagi rival Ahok untuk menjadi relevan adalah dengan meningkatkan publisitas diri mereka, melebihi publisitas Ahok, dan membuat polarisasi yang mampu menyedot masa dan ‘golongan ragu-ragu’. Penasihat strategis Ahok sangat memahami seberapa besar pengaruh, jumlah, dan betapa strategis golongan ragu-ragu: sebab merekalah yang menentukan kemenangan. Dan untuk memenangkannya membutuhkan cara yang 'keras'.

Strategi terus berkembang. Friksi terus terjadi. Para lawan politisi Ahok telah memahami strategi ini. Media akan terus menjejali rakyat dengan perang citra. Kini, rakyat harus tahu bagaimana para politisi, pengusaha, manipulator dan para penipu dibalik layar itu bekerja. Uang terus berputar disana, sementara rakyat tidak mendapatkan apa-apa.

Sekarang anda sudah tahu. Bagaimana selanjutnya, semuanya terserah anda.

Dalam perjalanan menuju Yogyakarta,
Minggu, 9 Oktober 2016
Mufid Nur Hasyim

Disclaimer: Tentang tulisan ini, Saya bukan pendukung Ahok dan tidak pula merekomendasikan untuk memilihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun