Perfeksionisme dapat menjadi hal yang baik jika memiliki takaran yang tepat, dapat menjadi sebuah motivasi untuk menjalankan sesuatu hal dengan baik. Membuat kita terus maju apapun tantangannya hingga mencapai sebuah tujuan tersebut. Tetapi, ternyata tidak sedikit orang perfeksionis yang sengsara karena berusaha menggapai kesempurnaan yang tidak realistis bagi sebagian orang.Â
Perfeksionisme adalah standar pribadi, sikap atau cara berfikir yang mengharapkan dan menuntut kesempurnaan, sehingga menolak segala sesuatu yang dianggap kurang. Jenis perfeksionisme yang paling umum adalah memaksakan standar tidak realistis pada diri sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki sifat perfeksionisme memiliki standar yang ketat dan motivasi yang kuat untuk mencapai kesempurnaan dan menghindari kegagalan. Mereka adalah penilai terkaku dan hakim tergalak bagi dirinya sendiri dan oran lain. Mereka menganggap dirinya berharga ketika mereka meraih suatu prestasi dan mendapat pengakuan dari orang lain. Bagi mereka cinta itu bersyarat, bahwa kasih sayang dan pengakuan dari orang lain hadir untuk mereka hanya ketika mereka melakukan sesuatu dengan sempurna. Pola pikir seperti ini biasanya tumbuh pada mereka yang waktu kecil memiliki sosok pengasuh yang lebih mementingkan hasil akhir yang sempurna dari pada  proses dan upaya. Ketika mendapatkan nilai 100 akan dipuji, jika nilai kurang dari 100 tidak mendapatkan pujian sama sekali atau bahkan dikritik. Oleh karena hal itu, mereka cenderung tidak merasa cukup bahagia.Â
Menurut salah seorang peneliti mengatakan bahwa perfeksionisme bukan tentang berjuang mecapai keunggulan, melainkan tentang menyempurnakan diri yang tidak sempurna. Ketika menghadapi tantangan atau kegagalan seorang perfeksionis cenderung memiliki target yang tidak realistis dan risih dengan kesalahan. Bagi mereka kegagalan adalah bencana, maka dari itu ketika mereka menghadapi kegagalan akan cenderung menyalahkan diri sendiri dengan kalimat-kalimat hiperkritis, seperti "aku gagal, berarti aku orang yang gagal secara keseluruhan, nggak ada hal baik dari diriku, semua yang aku lakukan sia-sia". Ciri-ciri orang perfeksionis adalah sebagai berikut ini:Â
1. Cenderung memiliki standar yang tinggi, orang perfeksionis pada umumnya memiliki standar yang tinggi. Mereka cenderung memperhatikan kualitas tinggi agar sesuai dengan ekspetasi atau rencana mereka dengan sempurna. Misalnya, mereka anti dengan kegagalan dan rela mengerjakan segala sesuatu dengan sempurna agar mencapai keberhasilan.Â
2. Cenderung memperhatikan segala sesuatu dengan detail, orang yang perfeksionis sangat menginginkan segala sesuatu dengan sempurna tanpa ada kekurangan satupun. Kesalahan sekecil apapun dapat membuatnya tidak tenang bahkan berujung stress. Hal ini yang melatar belakangi mengapa orang perfeksionis itu memperhatikan segala sesuatu itu dengan sangat detail.Â
3. Tidak mudah percaya dengan orang lain, orang yang perfeksionis menganggap bahwa orang lain tidak akan mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan ekspetasinya. Dengan alasan tersebut, mereka akan mengerjakan sesuatu dengan hasil tangan sendiri yang sesuai dengan keinginannya.Â
4. Meemiliki karakteristik yang kaku, orang yang perfeksionis memiliki rencana yang telah diatur agar tercapai dengan standarnya. Mereka merasa bahwa aturan yang telah direncanakan tidak dapat dilanggar.Â
5. Memerlukan waktu yang lama dalam mengerjakan sesuatu, mereka sering merasa ragu dan kurang sempurna dalam mengerjakan sesuatu dan sulit untuk diselesaikan. Sehingga mereka akan terus mengulangi hal yang serupa sebelum berhasil mengerjakan sesuatu dengan sempurna.Â
6. Sering mengkritik tetapi tidak menerima kritik orang lain, orang yang perfeksionis adalah mereka yang sangat kritis terhadap orang lain yang tidak sejalan lurus dengannya. Bahkan mereka tidak bisa menghargai orang lain dan menganggap remeh orang tersebut. Walaupun sering mengkritik orang lain, namun mereka tidak tahan dengan kritikan orang lain. Apalagi jika kritikan tersebut bersifat negatif atau tidak sejalan lurus dengan mereka. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri dan menganggap sebuah kritikan adalah kegagalan.Â
Sementara itu, seseorang dengan standar tinggi dan sehat memiliki target tinggi, realistis, dan bisa menerima kesalahan. Ketika hasil yang didapatkan tidak sesuai harapan, mereka akan berfikir "aku sudah melakukan yang terbaik, meski hasilnya tidak sempurna dan tidak sesuai ekspetasi, aku sudah mendapatkan kebahagiaan". Tidak mencapai target yang diharapkan bukan berarti gagal, pola pikir seperti inilah yang akan membantu kita memperbaiki apa yang perlu diperbaiki sehingga terus berkembang. Jika sikap perfeksionisme yang dirasa telah mengganggu orang lain, kalian bisa mencoba beberapa cara berikut ini:
1. Merangkul ketidak sempurnaan, proses yang jauh dari sempurna untuk meraih sesuatu itu adalah hal yang manusiawi. Pola pikir ini membuat kita tidak terkekang, sehingga memberikan ruang untuk kita berpikir, bekerja, dan berusaha sebaik mungkin.Â
2. Mengganti suara kritik berlebihan dengan suara yang lebih realistis. Ketika suara negatif datang dipikiran maka sadari, akui, dan tantang suara tersebut.Â
Tidak ada orang yang sempurna, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Kuncinya adalah bertanggung jawablah atas kesalahan tersebut, kemudian jadikan menjadi sebuah pelajaran yang lebih baik. Bagi anda seseorang pengasuh, hindari perilaku mengaitkan kasih saya dengan kinerja alias memberikan cinta bersyarat kepada seorang anak. Ketika anak sedang berusaha meraih sesuatu ujilah proses dan kerja kerasnya. Bahwa mereka tidak harus menjadi sempurna untuk dicintai. Ketika suatu pikiran perfeksionis yang menyesakkan datang, ulangi mantra berikut ini "Saya cuku baik dan itu cukup".Â
Perfectionism is the voice of the oppressor, the enemy of the people. It will keep you cramped and insane your whole life. -Anne Lamott
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H