1. Merangkul ketidak sempurnaan, proses yang jauh dari sempurna untuk meraih sesuatu itu adalah hal yang manusiawi. Pola pikir ini membuat kita tidak terkekang, sehingga memberikan ruang untuk kita berpikir, bekerja, dan berusaha sebaik mungkin.Â
2. Mengganti suara kritik berlebihan dengan suara yang lebih realistis. Ketika suara negatif datang dipikiran maka sadari, akui, dan tantang suara tersebut.Â
Tidak ada orang yang sempurna, semua orang pasti pernah berbuat kesalahan. Kuncinya adalah bertanggung jawablah atas kesalahan tersebut, kemudian jadikan menjadi sebuah pelajaran yang lebih baik. Bagi anda seseorang pengasuh, hindari perilaku mengaitkan kasih saya dengan kinerja alias memberikan cinta bersyarat kepada seorang anak. Ketika anak sedang berusaha meraih sesuatu ujilah proses dan kerja kerasnya. Bahwa mereka tidak harus menjadi sempurna untuk dicintai. Ketika suatu pikiran perfeksionis yang menyesakkan datang, ulangi mantra berikut ini "Saya cuku baik dan itu cukup".Â
Perfectionism is the voice of the oppressor, the enemy of the people. It will keep you cramped and insane your whole life. -Anne Lamott
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H