“Mutiaaaa!!!” . kulihat sumber suara itu. Itu Yoka. Diapun menghambur masuk kedalam rumah dan memelukku erat, sangat erat sehingga aku sulit bernafas. Dia menangis, ada rasa penyesalan yang ia pancarkan dari matanya . “maafkan aku karena saat itu membuatmu lama menunggu”. Itu saja yang dia katakan, dia hanya bisa menangis melihatku. Dan aku? Aku hanya bisa bersyukur kepada Tuhan atas semua kejadian ini, aku tidak benar-benar sendiri, aku tidak benar-benar terluka, aku bahagia karena kau telah kembali, Mutia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!