Mohon tunggu...
Mudrikah Aladawiyah
Mudrikah Aladawiyah Mohon Tunggu... -

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terminologi Manusia dalam Al Qur’an beserta Ayat-ayat nya

25 November 2015   12:10 Diperbarui: 25 November 2015   13:03 7922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia secara psikologis disebut sebagai makhluk yang penuh tanda tanya dan sulit dipahami. Psikologis manusia sukar untuk dikaji disebabkan konfliknya perilaku yang melekat pada diri manusia tersebut[1]. Al-Quran menyifati manusia, umpamanya: “Sebagai makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baiknya bentuk[2], makhluk yang mulia dibanding makhluk yang lainnya[3], manusia juga diberi bekaldan potensi yang baik ataupun buruk[4]

Sehingga dalam proses penyempurnaan itu manusia berdiri sebagai subjek yang sadar dan bebas menentukan pilihan; baik ataupun buruk, jalan kebajikan ataupun kejahatan, berlaku taqwa atau fujr, atau jalan yang menyebabkan dirinya terpelihara dan memilih jalan kebinasaan.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, baik dalam aspek jasmaniyahnya lebih-lebih rohaniyahnya. Karena kesempurnaannya itulah maka untuk dapat memahami, mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian yang spesifik. Hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang panjang dan hati-hati tentang manusia melalui Al Qur’an dan sudah tentu harus dibawah bimbingan dan petunjuk Allah SWT, serta berparadigma pada proses pertumbunhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para nabi, Rasul dan khususnya nabi Muhammad SAW.[5]

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai makhluk ciptaan Allah, baik yang berupa makhluk hidup maupu makhluk mati. Makhluk yang memiliki kapasitas untuk hidup terdiri atas malaikat, jin/ iblis, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan. Dalam Al Qur’an, istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk yang namanya manusia ini beberapa, yakni:

  1. Ins, Insan dan Uns

Kata-kata Insan diambil dari kata asal Uns yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senang hati, tampak atau terlihat[6], seperti yang tedapat dalam firman Allah SWT.

 

ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At Tiin, 95: 4)

Kesempurnaan manusia itu dapat dilihat pada asal kata “Ins” berarti seorang manusia. Sedangkan “Insani” berarti dua orang manusia. Dari kata “Insan” itu tersirat bahwa manusia mempunyai dua unsur kemanusiaannya, yaitu aspek lahiriyah dan aspek bathiniyah. Firmah Allah yang mengandung kata “Ins” seperti:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat, 51: 56)

Sedangkan kata-kata Ins dan Unas, hal itupun menunjukkan makna bahwa sifat dasar manusia adalah fitri yag terpancar dari alam rohaninya, yaitu gemar bersahabat, ramah, lemah lembut dan sopan santun serta taat kepada Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (QS. Al-A’raaf, 7: 172)

Dalam Al Qur’an istilah “Insan” digunakan untuk diperbandingkan dengan istilah jin atau jan. Jin merupakan makhluk yang tidak tampak, sementara manusia adalah makluk yang tampak. Makhluk jenis lain yang tidak tampak adalah malaikat. Menurut Rifaat Syauqi Nawawi, istilah insan digunakan untuk menunjukkan manusia dengan seluruh totalitasnya, lahir dan bathin. Bila Allah SWT menyeru dengan sapaan “Wahai Manusia”, maka yang dimaksud addalah manusia sebagai totalitas lahir dan bathin[7].

  1. Basyar

Kata ini berasal dari makna kulit luar yang dapat dilhat dengan mata kasar, bersifat indah dan cantik. Dan dapat menimbulkan rasa senang, bahagia dan gembira bagi siapa saja yang melihatnya[8]. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. Al Imran, 3: 79)

Dijelakan juga bahwa basyar berarti penampakan sesuatu secara baik dan indah. Manusia disebut Basyar karena kulitnya tampak jelas[9]Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".. (QS. Al Kahfi, 18: 110)

Istilah basyar digunakan untuk menggambarkna manusia yang merupakan makhluk yang telah memiliki kedewasaan. Karena basyar menunjukkan pada manusia yang sudah dewasa, maka ia mampu bertanggung jawab atau mengemban amanat. Karena itulah setiap basyar ditugasi menjadi khalifah[10].

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”. (QS. Ar Ruum, 30: 20)

  1. Bani Adam atau Dzurriyati Adam

Istilah Bani Adam menunjukkan bahwa seluruh manusia adalah anak dari manusia ciptaan Allah yang pertama yang bernama Adam[11].

 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka.. “ (QS. Al- A’raf, 7: 172)

Juga dalam firman-Nya:

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga.. (QS. Al A’raaf, 7: 27)”

Istilah yang mirip dan memiliki pengertian yang sama dengan Bani Adam adalah Dzurriyati Adam. Adam digambarkan oleh Al- Qur’an sebagai makhluk manusia yang pertama kali. Disampingnya terdapat seorang perempuan yang diciptakan Allah SWT (Hawa namanya) untuk hidup berdampingan dengan Adam. Dari pernikahan Adam dan Hawa lahirlah bangsa manusia. Maka semua manusia adalah bani adam atau keturunan Adam.

Penggunaan istilah bani Adam dan Dzurriyati Adam dimaksudkan untuk menegaskan tentang asal usul yang jelas tentang manusia. Manusia bukanlah makhluk yang merupakan anak turun dari kera ataupun yang lain sebagaimana yang diungkapkan oleh ilmuwan yang menganut paham evolusionisme[12].

“Mereka itu adalah orang-orang yang Telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh.. (QS. Maryam, 19: 58)”

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memiliki tiga istilah dalam Al-Qur’an, yakni 1. Insan, yang diambil dari kata asal Uns yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senang hati, tampak atau terlihat, 2. Basyar, yang berasal dari makna kulit luar yang dapat dilhat dengan mata kasar, bersifat indah dan cantik. Dan dapat menimbulkan rasa senang, bahagia dan gembira bagi siapa saja yang melihatnya, 3. Bani Adam atau Dzurriyati Adam, yang menunjukkan bahwa seluruh manusia adalah anak atau keturunan dari manusia ciptaan Allah yang pertama yang bernama Adam

DAFTAR PUSTAKA

  • Khairunnas Rajab, M. Ag. 2011. Psikologi Ibadah: Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia. Jakarta: Amzah.
  • HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky. 2001. Psikoterapi dan konseling Islam. Yogyakarta: FAJAR PUSTAKA BARU.
  • Fuad Nashori. 2005. Potensi-potensi Manusia: Seri Psikologi Islami. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

[1] Dr. Khairunnas Rajab, M. Ag, Psikologi Ibadah: Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 54.

[2] QS. At Tiin, 95:4

[3] QS. Al Isra’, 17: 70

[4] QS. Al-Syam, 91: 8

[5] Drs. HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan konseling Islam, (Yogyakarta: FAJAR PUSTAKA BARU, 2001), hlm. 13.

[6] Drs. HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan konseling Islam, (Yogyakarta: FAJAR PUSTAKA BARU, 2001), hlm. 13.

[7] H. Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2005), hlm. 18.

[8] Drs. HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan konseling Islam, (Yogyakarta: FAJAR PUSTAKA BARU, 2001), hlm. 15

[9] H. Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2005), hlm. 18.

[10] Hlm. 19

[11] H. Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia: Seri Psikologi Islami, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2005), hlm. 19.

[12] Hlm. 20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun