Mohon tunggu...
Mudjilestari
Mudjilestari Mohon Tunggu... Freelancer - Author motivator and mompreneur

Author, motivator, and mompreneur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Doa di Gerbong KRL

14 Februari 2022   19:16 Diperbarui: 14 Februari 2022   19:19 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Biasa cuma bersin. Nanti kalau sudah kena udara segar juga hilang sendiri," ujar Khalisa menerangkan, tak berani menatap muka laki-laki itu,  khawatir laki-laki itu tahu kalau dirinya begitu gugup,  jantungnya riuh bergemuruh.

"Oh ya, Affan," ujar laki-laki itu sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Khalisa," jawab Khalisa membalas dengan gerakan yang sama. Diam-diam penasaran, dengan ekor matanya, dia melirik ke arah laki-laki itu. Namun seketika tertunduk, laki-laki itupun tengah melakukan hal yang sama. Jantung Khalisa seakan hendak melompat keluar, molekul-molekul  malu mengaliri seluruh nadinya.

Keduanya masih menikmati pikiran dalam diam, seakan menyembunyikan debaran di hati masing-masing, dan bicara hanya akan membuat debaran itu semakin kencang.

KRL tiba di stasiun di mana Khalisa harus turun.

"Maaf aku turun di sini." Khalisa mengangguk sekilas untuk pamit. Tapi laki-laki itu justru ikut berdiri.

"Aku juga turun di sini." ujarnya lalu mengikuti Khalisa yang sudah turun lebih dulu.

Khalisa semakin gugup dan salah tingkah, tak tahu harus mempercepat langkahnya atau menunggu agar dapat berjalan bersama.  Rasa malu menuntun kakinya berjalan lebih cepat, tapi di sisi lain dia ingin berbincang lebih banyak dengan laki-laki itu, sungguh dia ingin mengenal lebih jauh, tapi pantaskah seorang perempuan menanyakan pribadi orang yang baru dikenalnya ? Pikirannya absurt, hingga tanpa sadar menabrak seseorang yang berjalan dari arah berlawanan.

"Astagfirullah," ucapnya terkejut. Tumpukan buku terlepas dari tangannya dan berhamburan ke lantai. Sementara orang yang menabraknya hanya menoleh sekilas lalu pergi tanpa merasa bersalah.

Khalisa memungut buku-bukunya dengan cemberut. Tiba-tiba tangannya terhenti ketika ada tangan lain memungut buku yang sama. Khalisa mendongak, seketika matanya bersitubruk dengan pemiliknya, si almamater biru.

"Maaf," ujar Affan ketika menyadari tangannya menyentuh tangan Khalisa. Ditariknya tangannya segera. Khalisa yang tersipu pun melakukan hal sama. Lalu keduanya tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun