Ibadah haji adalah rukun Islam kelima, merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Ubudiah ini dengan cara mendatangi Baitullah untuk amal Ibadah tertentu yang dilakukan pada waktu dan cara yang tertentu juga.
Haji itu adalah Arafah, berkumpul di padang Arafah salah satu rukun haji. Bilamana terlewatkan, maka haji nya tidak sah. Dasar hukum haji Para ulama fiqih sepakat bahwa Ibadah Haji wajib hukumnya bagi setiap muslim yang mempunyai kemampuan biaya, fisik dan waktu, sesuai dengan nash Al-Qur'an dalam surat Ali Imran ayat 97. Artinya : "Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah bagi orang yang mampu mengerjakannya" .
Waktu kegiatan yang dilakukan para jamaah ketika haji adalah waktu-waktu haji, atau sering disebut sebagai musim haji, hal ini berbeda dengan umrah yang bisa dilaksanakan kapan saja atau tak terbatas dengan waktu.
Dalam pelaksanaan nya Indonesia memperoleh kuota yang ditentukan oleh Pemerintah Arab Saudi berdasarkan proporsi penduduk muslimnya untuk semua negara.
Dari berbagai media dapat diketahui bahwa kuota haji untuk Indonesia tahun 2023 Indonesia memiliki total kuota jemaah haji dari pemerintah Arab Saudi sebesar 229.000. Semula hanya 221.000 orang, terdiri dari 203.320 kuota jemaah haji reguler dan 17.680 kuota jemaah haji khusus. Yang mnggembirakan adalah Indonesia mendapatkan kuota tambahan sebanyak 8.000 orang.
Tinggi nya daftar tunggu ubudiah haji ini adalah semakin dituntut kesabaran ekstra antri hingga puluhan tahun. Daftar tunggu haji atau waiting list haji Indonesia jika mendaftar tahun 2023 ini diperkirakan akan diberangkatkan antara 11 tahun sampai 47 tahun.
Walau ada harapan akan ditetapkan kebijakan pemerintah Indonesia, pelaksanaan haji diperboleh kan hanya satu kali. Artinya : "Barang siapa yang telah memiliki bekal dan kendaraan (sudah mampu), dan ia belum haji ke Baitullah maka tidak ada yang menghalangi baginya mati Yahudi atau Nasrani". (HR. Tirmidzi).
Ladang pahala dan ampunan yang diraih dengan pelaksanaan ibadah haji ini mendorong hamba Allah untuk menunaikannya. Bagi yang dikaruniai harta yang cukup dan niat, tidaklah ada masalah. Namun bagi kelompok masyarakat yang termasuk dhu'afa, dana yang tidak mencukupi untuk hidup, dan pada sisi lain sehat fisik dan niat yang tinggi, memerlukan upaya yang khusus.
Lima hamba Allah yang berjuang menyisihkan tabungan puluhan ribu rupiah, selama puluhan tahun, patut menjadi inspirator dan motivator peningkatan keberagamaan dan penerapan ubudiah haji, bagi kita sebagai seorang Muslim.
Karyati, Probolinggo
Adalah nenek Karyati, perempuan 69 tahun yang sehari-harinya menjadi pemulung sampah di sekitar pabrik kertas Leces, Probolinggo -- Jawa Timur, tahun ini berhasil mewujudkan niat sucinya pergi ke baitullah dan menunaikan rukun Islam ke-5, setelah menabung selama 15 tahun. Demi mendapatkan hasil yang lebih banyak, nenek Karyati hanya pulang seminggu sekali ke rumahnya. Sehari-harinya ia menginap di masjid di dekat lokasinya memulung. Alasannya karena sejak pagi sudah banyak sampah yang bisa dikumpulkan dan nenek Karyati tak ingin melewatkan kesempatan itu. Dari hasilnya memulung sampah, nenek Karyati bisa menyisihkan setidaknya Rp. 20.000,00 seminggu. Tak selamanya lancar, ia bahkan pernah 3x kehilangan uangnya karena lupa, meletakkan sembarangan lalu diambil orang. Bahkan sepeda onthel -- satu-satunya sarananya memulung -- pernah dicuri orang.
Beberapa tahun lalu, ada pula orang yang tega menipu nenek Karyati. Dengan modus bisa membantu mempercepat keberangkatannya menjadi tahun 2011, penipu itu meminta uang Rp. 10 juta. Nenek polos ini percaya begitu saja karena orang itu tampak sangat meyakinkan. Alhasil, uang 10 juta raib bersama menghilangnya si penipu. Tapi Alhamdulillah, tahun ini nenek Karyati benar-benar bisa menjadi tamu Allah. Di usianya yang sudah renta, nenek Karyati mampu menuntaskan kewajiban sebagai ummat Islam yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang berpenghasilan tetap lebih besar dari nenek Karyati.
Abdullah, Jember
Tak kalah gigih dengan nenek Karyati, pak Abdullah, penarik becak dari Ajung, Jember, tahun ini bisa berhaji setelah menabung selama 22 tahun. Pria paruh baya ini memupuk mimpinya sejak ia masih muda, bahkan semula ia berniat mengajak serta istrinya ke baitullah.
Sayangnya, beberapa tahun lalu istrinya berpulang ke rahmatullah. Awalnya, mimpi itu jadi bahan tertawaan rekan-rekannya sesama penarik becak. Mereka meragukan Abdullah bakal bisa berhaji. Namun kini pak Abdullah telah menepis semua keraguan itu dan mereka yang dulu menertawakannya kini berbalik meminta doa darinya agar bisa sampai juga ke tanah suci.
Penghasilan sebagai penarik becak--apalagi di sebuah kecamatan--yang tak seberapa membuat Pak Abdullah harus mencari cara agar tetap ada uang yang bisa disisihkan. Ia pun nyambi jadi kuli angkut di pasar Mangli.
Meski terobsesi untuk bisa berhaji, Pak Abdullah tak lupa memprioritaskan kebutuhan dana bagi sekolah anak-anaknya. Itu sebabnya ia butuh waktu 22 tahun sampai tabungannya cukup. Meski harus bekerja keras menarik becak dan menjadi kuli angkut sekalgus, Pak Abdullah tak pernah melewatkan kewajiban sholat 5 waktu saat adzan terdengar.
Anwar, Jombang
Seorang loper koran asal Jombang, pak Anwar, tahun ini pun bisa berhaji setelah menabung selama 5 tahun. Awalnya pak Anwar ikut program dana talangan haji dari sebuah bank syariah untuk bisa mendapatkan dana setoran awal ONH.
Sepeda motor satu-satunya yang sekaligus jadi sarana mengantarkan koran kepada para pelanggan ia jadikan jaminan untuk bisa mendapatkan kredit dana talangan tersebut. Sebuah upaya yang cukup nekad. Pak Anwar mengaku terkadang ia terpaksa telat membayar angsuran. Namun, tekad kuatnya itu telah mengantarkannya bersujud di depan Ka'bah.
KIsah ketiga hamba Allah diatas dapat dilihat dalam buku Hamba-Hamba Pilihan yang diterbitkan oleh Y{MUI tahun 2015 yang ditu;is oleh H Muchtar Bahar dan H Albazar M Arif, dihalaman 144-155).
Daini Pedagang Pisang, Kudus
Mbah Daini yang kesehariannya berjualan pisang di emperan Pasar Brayung Mejobo mulai dari 1980-an hingga sekarang, akhirnya mampu meraih mimpinya yakni menyempurnakan rukun Islam.
Tentu saja, perjuangan Daini untuk berangkat ke tanah suci penuh dengan cobaan dan ujian. Namun hal tersebut membuat dirinya semakin mantab untuk beribadah di Baitullah. Keinginan berangkat haji, muncul saat Daini dan teman-teman sesama pedagang di pasar Brayung Mejobo membicarakan terkait ibadah haji.
Daini menyisihkan uang hasil penjualan pisang. Harga pisang yang dia jual juga terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 30.000. Tabungan haji tersebut dia mulai pada tahun 2000. Sedikit demi sedikit, dia kumpulkan uang keuntungan jualan sebesar Rp 10.000 hingga Rp.50.000 di koperasi setempat.
"Yo sitik-sitik, nek artane sampun katah mangkih dipindah bank sing luih sae. (Dikumpulkan sedikit-sedikit nanti kalau uangnya sudah jutaan dipindah ke bank yang lebih baik," Perjalananya menabung pun juga sempat mendapatkan ujian. Uang Daini yang dititipkan pada koperasi hingga mencapai Rp 2 juta hilang dibawa kabur. Ujian lain juga pernah uang dibawa kabur sampai Rp 8 juta, tapi dikembalikan tidak utuh. Kurang Rp 2juta tidak dilunasi.
Tasliman, Tukang Ojek, Kota Banjar
Tasliman (64) dan Marfuah (57), tukang ojeg asal Kota Banjar tahun ini naik haji. Ia merasa terpanggil untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima ini. Suami istri di Kota Banjar melewati masa-masa penuh suka duka mengumpulkan, serupuah dan serupiah, guna mewejudkan impian nya ke baitullah.
Pasangan suamimistri ini tersenyum dan menangis setelah penantian panjang mereka selama puluhan tahun terbayarkan dengan rencana keberangkatan mereka ke Tanah Suci tahun 2023 ini. Mulai menabung sejak krisis moneter pada tahun 1998.
Selain untuk kebutuhan hidup, biaya pesantren keempat anaknya dan modal usaha, pasangan ini menyisihkan penghasilannya untuk naik haji. Walau harus mengojek, Tasliman optimis dirinya bisa menginjakan kaki ke Tanah Suci dengan modal tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Malah Tasliman juga berhasil membeli sepetak sawah untuk Bertani.
Pada tahun 2012 lalu ia mendaftarkan diri bersama sang istri untuk menjadi jemaah calon haji Indonesia asal Kota Banjar. Niat ini gagal berangkat pada Tahun 2020 karena pandemi Covid-19.
"Saya selalu memandang gambar Ka'bah yang terpampang di rumah saya. Entah kenapa tiba-tiba hati saya terpanggil untuk berjuang agar bisa mengajak istri saya melaksanakan ibadah haji ke sana," kenangnya dengan penuh haru. Insyaa Allah, sepulang melaksanakan ibadah haji nanti, Tasliman berniat untuk berhenti mengojek dan akan fokus sebagai petani saja, karena semakin tua.
Subhanallah...! Sungguh mengharukan mendengar kisah perjuangan panjang sehingga memungkinkan dapat menjalankan ibadah haji. Sejumlah hikmah dapat dipetik sesuai dengan pengalaman spritual yang menjalankan nya. Bilamana kewmbali ke tanah air, selalu akan dipanjatkan doa "Ya Allah berikan kesmepatan pada kami untuk kembali. Kami belum puas ya Allah, melaksanakan ubudiah; baik shalat wajib, shalat sunat, thawaf, sa'I, membaca Al Quran dan berzikir memetik makna sejarah perjuangan Rasulullah.
Kabulkan lah doa kami ini ya Rabb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H