Adalah nenek Karyati, perempuan 69 tahun yang sehari-harinya menjadi pemulung sampah di sekitar pabrik kertas Leces, Probolinggo -- Jawa Timur, tahun ini berhasil mewujudkan niat sucinya pergi ke baitullah dan menunaikan rukun Islam ke-5, setelah menabung selama 15 tahun. Demi mendapatkan hasil yang lebih banyak, nenek Karyati hanya pulang seminggu sekali ke rumahnya. Sehari-harinya ia menginap di masjid di dekat lokasinya memulung. Alasannya karena sejak pagi sudah banyak sampah yang bisa dikumpulkan dan nenek Karyati tak ingin melewatkan kesempatan itu. Dari hasilnya memulung sampah, nenek Karyati bisa menyisihkan setidaknya Rp. 20.000,00 seminggu. Tak selamanya lancar, ia bahkan pernah 3x kehilangan uangnya karena lupa, meletakkan sembarangan lalu diambil orang. Bahkan sepeda onthel -- satu-satunya sarananya memulung -- pernah dicuri orang.
Beberapa tahun lalu, ada pula orang yang tega menipu nenek Karyati. Dengan modus bisa membantu mempercepat keberangkatannya menjadi tahun 2011, penipu itu meminta uang Rp. 10 juta. Nenek polos ini percaya begitu saja karena orang itu tampak sangat meyakinkan. Alhasil, uang 10 juta raib bersama menghilangnya si penipu. Tapi Alhamdulillah, tahun ini nenek Karyati benar-benar bisa menjadi tamu Allah. Di usianya yang sudah renta, nenek Karyati mampu menuntaskan kewajiban sebagai ummat Islam yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang berpenghasilan tetap lebih besar dari nenek Karyati.
Abdullah, Jember
Tak kalah gigih dengan nenek Karyati, pak Abdullah, penarik becak dari Ajung, Jember, tahun ini bisa berhaji setelah menabung selama 22 tahun. Pria paruh baya ini memupuk mimpinya sejak ia masih muda, bahkan semula ia berniat mengajak serta istrinya ke baitullah.
Sayangnya, beberapa tahun lalu istrinya berpulang ke rahmatullah. Awalnya, mimpi itu jadi bahan tertawaan rekan-rekannya sesama penarik becak. Mereka meragukan Abdullah bakal bisa berhaji. Namun kini pak Abdullah telah menepis semua keraguan itu dan mereka yang dulu menertawakannya kini berbalik meminta doa darinya agar bisa sampai juga ke tanah suci.
Penghasilan sebagai penarik becak--apalagi di sebuah kecamatan--yang tak seberapa membuat Pak Abdullah harus mencari cara agar tetap ada uang yang bisa disisihkan. Ia pun nyambi jadi kuli angkut di pasar Mangli.
Meski terobsesi untuk bisa berhaji, Pak Abdullah tak lupa memprioritaskan kebutuhan dana bagi sekolah anak-anaknya. Itu sebabnya ia butuh waktu 22 tahun sampai tabungannya cukup. Meski harus bekerja keras menarik becak dan menjadi kuli angkut sekalgus, Pak Abdullah tak pernah melewatkan kewajiban sholat 5 waktu saat adzan terdengar.
Anwar, Jombang
Seorang loper koran asal Jombang, pak Anwar, tahun ini pun bisa berhaji setelah menabung selama 5 tahun. Awalnya pak Anwar ikut program dana talangan haji dari sebuah bank syariah untuk bisa mendapatkan dana setoran awal ONH.
Sepeda motor satu-satunya yang sekaligus jadi sarana mengantarkan koran kepada para pelanggan ia jadikan jaminan untuk bisa mendapatkan kredit dana talangan tersebut. Sebuah upaya yang cukup nekad. Pak Anwar mengaku terkadang ia terpaksa telat membayar angsuran. Namun, tekad kuatnya itu telah mengantarkannya bersujud di depan Ka'bah.
KIsah ketiga hamba Allah diatas dapat dilihat dalam buku Hamba-Hamba Pilihan yang diterbitkan oleh Y{MUI tahun 2015 yang ditu;is oleh H Muchtar Bahar dan H Albazar M Arif, dihalaman 144-155).