Daini Pedagang Pisang, Kudus
Mbah Daini yang kesehariannya berjualan pisang di emperan Pasar Brayung Mejobo mulai dari 1980-an hingga sekarang, akhirnya mampu meraih mimpinya yakni menyempurnakan rukun Islam.
Tentu saja, perjuangan Daini untuk berangkat ke tanah suci penuh dengan cobaan dan ujian. Namun hal tersebut membuat dirinya semakin mantab untuk beribadah di Baitullah. Keinginan berangkat haji, muncul saat Daini dan teman-teman sesama pedagang di pasar Brayung Mejobo membicarakan terkait ibadah haji.
Daini menyisihkan uang hasil penjualan pisang. Harga pisang yang dia jual juga terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 30.000. Tabungan haji tersebut dia mulai pada tahun 2000. Sedikit demi sedikit, dia kumpulkan uang keuntungan jualan sebesar Rp 10.000 hingga Rp.50.000 di koperasi setempat.
"Yo sitik-sitik, nek artane sampun katah mangkih dipindah bank sing luih sae. (Dikumpulkan sedikit-sedikit nanti kalau uangnya sudah jutaan dipindah ke bank yang lebih baik," Perjalananya menabung pun juga sempat mendapatkan ujian. Uang Daini yang dititipkan pada koperasi hingga mencapai Rp 2 juta hilang dibawa kabur. Ujian lain juga pernah uang dibawa kabur sampai Rp 8 juta, tapi dikembalikan tidak utuh. Kurang Rp 2juta tidak dilunasi.
Tasliman, Tukang Ojek, Kota Banjar
Tasliman (64) dan Marfuah (57), tukang ojeg asal Kota Banjar tahun ini naik haji. Ia merasa terpanggil untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima ini. Suami istri di Kota Banjar melewati masa-masa penuh suka duka mengumpulkan, serupuah dan serupiah, guna mewejudkan impian nya ke baitullah.
Pasangan suamimistri ini tersenyum dan menangis setelah penantian panjang mereka selama puluhan tahun terbayarkan dengan rencana keberangkatan mereka ke Tanah Suci tahun 2023 ini. Mulai menabung sejak krisis moneter pada tahun 1998.
Selain untuk kebutuhan hidup, biaya pesantren keempat anaknya dan modal usaha, pasangan ini menyisihkan penghasilannya untuk naik haji. Walau harus mengojek, Tasliman optimis dirinya bisa menginjakan kaki ke Tanah Suci dengan modal tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Malah Tasliman juga berhasil membeli sepetak sawah untuk Bertani.
Pada tahun 2012 lalu ia mendaftarkan diri bersama sang istri untuk menjadi jemaah calon haji Indonesia asal Kota Banjar. Niat ini gagal berangkat pada Tahun 2020 karena pandemi Covid-19.
"Saya selalu memandang gambar Ka'bah yang terpampang di rumah saya. Entah kenapa tiba-tiba hati saya terpanggil untuk berjuang agar bisa mengajak istri saya melaksanakan ibadah haji ke sana," kenangnya dengan penuh haru. Insyaa Allah, sepulang melaksanakan ibadah haji nanti, Tasliman berniat untuk berhenti mengojek dan akan fokus sebagai petani saja, karena semakin tua.