Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami...! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?.
Semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.
Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan
sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.
Saya ingat pula cerita seorang teman tentang "Bocah Misterius" beberapa tahun yang lalu. Sebuah realitas yang mungkin kita temuai di sekitar kita, menggambarkan bagaimana seorang hamba yang puasa dan mengamalkan amaliah lain selama Ramadhan, Namun boleh dikatakan tiada bekas pada dirinya.
Banyak sekali ditemukan artikel, video, lembaran tausiah tentang ini. Malahan bilamana tekun menyimak TV Da'wah dengan mudah. Dalam keonteks ini, patutlah kita bertanya pada diri masing masing, beberapa pertanyaan berikut"
Pertama, Apakah telah berlangsung peningkatan amal dan taqwa kita, diakhir Ramadhan dibandingkan dengan sebelumnya. Karena bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan, magfirah dan pahala. Allah akan melipat gandakan setiap amal ibadah yang kita jalani selama bulan Ramadhan. Imbalan pahala itu, langsung diberikan oleh Allah pada hambanya yang patuh.
Kedua, Apakah telah dioptimalkan bulan Ramadhan untuk "Tazkiyah al naffs", Karena selama puasa Ramadhan, manusia tidak hanya belajar tentang menahan dari lapar dan haus. Akan tetapi juga melatih diri dari segela godaan kemaksiatan. Karena noda dan bintik hitam yang melekat pada hati, saat melakukan perbuatan tercela, secara bertahap aklan memutih, sejalan dengan rangkaian ubudiah yang dilaksanakan.
Ketiga, Seberapa jauh telah dilakukan upaya untuk menahan syahwat selama bulan Ramadhan. Manahan Syahwat. Seberapa sering shalat berjamaah, tadarus, membaca Al Quran di Mesjid dibandingkan dengan asik berkeliling pusat perbelanjaan.
Keempat, apakah emosi kita semakin terkontrol ? Dan bagaimana sekarang usai Ramadhan? Diantaranya adalah, pengendalian emosi yang tercermin dengan penggunaan kalimat yang tidak senonoh dan nada tinggi, masih menempel pada masing masing kita?. Konkret nya apakah kesabaran semakin tinggi?
Kelima, seberapa jaugh perasaan terkontrol dan diawasi Allah saat ini? Allah memang tidak terlihat kasat mata, Namun Dia melihat kita dengan jelas dan detail, tanpa rehat. Ini yang disebut oleh para Da'i dan ustadz dengan "Muroqabatullah", yang merasa selalu diawasi Allah SWT, semakin tinggi makna ini nada pada diri, maka semakin rendah lah perbuatan, perkataan, pergaulan yang tidak sejalan dengan panduan Rasulullah
Keenam, seberapa banyak dihihimpun pahala dari Allah yang maha Penyayang. Atas ubudiah, amaliah yang dijalan kan selama Ramadhan. Tentu bukan semata volume nya, yang lebih penting adalah "keikhlaan" nya.