Pertandingan pertama perheletan World Cup Qatar telah mengejutkan publik dunia. Argentina dan Jerman yang digadang - gadang akan memenangkan pertandingan pembuka ternyata mengalami kegagalan.
Sistem kompetisi yang singkat, tensi tinggi, euforia yang meriah merupakan bagian yang terlewat dari catatan statistik prediksi di tiap laga.
- Antitesis Determinasi Argentina dan Jerman
Skenario kekalahan dua tim tersebut hampir serupa. Mendapatkan hadiah pinalti, unggul dimenit - menit awal, dan keadaan berbalik di babak kedua.
Argentina dengan agresivitasnya mungkin tidak menyangka Arab Saudi bermain dengan sangat "berani". 4 - 4 - 2 yang berubah menjadi 4 - 2 - 4 tim besutan Scaloni mengalami frustasi dan kebuntuan. Arab saudi menyadari kecepatan, determinasi, kreatifitas, dan buasnya penyerang Argentina tidak bisa diatasi dengan hanya ditunggu.
Strategi skuad asuhan Herv Renard merespon dengan high deffensive-line yang patut diacungi jempol. 10 catatan offside sepanjang laga bagi Argentina. 3 gol yang tercipta dibabak pertama juga harus dianulir VAR karena terperangkap Offside.
Kesuksesan pertahahan juga diimbangi oleh para penyerang skuad asuhan Renard dalam memaksimalkan momentum yang ada. Perlu diketahui, Arab hanya mampu melesatkan 3 tembakan, 1 off target, 2 berbuah gol. Sedangkan Argentina mampu melesatkan tembakan 5 kali lebih banyak, dan 6 diantaranya on target.
Salem Al Dawsaei dan Saleh Al Shehri melesatkan tembakan dari sudut kearah yang sama, tiang jauh dari sisi Emiliano Martinez. Aksi 2 penyerang tersebut perlu diapresiasi. Karena berhasil memenangkan duel dan mampu melesatkan bola dari setidaknya 2 gangguan pemain argentina
Serupa dengan Arab, Jepang menunjukann kualitas dan pengalamannya. Daya juang yang tinggi, kedisiplinan menjadi kunci jepang 'membungkam' pasukan Die Mannschaft.
Build-up Jerman melalui komposisi lini tengah dan rajinya pemyerangan dari sisi kanan dapat terbaca oleh pasukan samurai biru. Meskipun, diawal laga Nico Schlotterbeck sukses menemukan ruang kosong yang membuatnya dilanggar oleh Schuici Gonda sehingga membuahkan pinalti bagi jerman.
Reading the game, ketenangan, dan pergerakan antar lini yang rapat menjadi kunci pertahanan jepang. Jepang berhasil mencatat 31 clearence, yang mana hampir 90% berhasil dilakukan di dalam kontak terlarang.
Jepang juga memanfaatkan kecepatan para penyerangnya dengan mengandalkan long pass, serta melakukan positioning yang baik. Â Kecepatan dan positioning merupakan hal mewah dalam menghadapi tim offensive.
Selain itu, memaksimalkan tiap momentum ialah bumbu terakhir dalam skema arab saudi dan jepang. Apa yang terjadi dj laga jerman vs jepang terbukti ketika melalui 2 gol yang dihempaskan. Tusukan minamino, membuah rebound yang berhasil disontek ritsu daon. Dan takuma asano yang cerdik dalam mencari ruang untuk melakukan drive sehingga terciptanya gol. Niklas sule, rudiger, san david raum sebenarnya sudah terjaga, namun kelengahan 3 lemakn tersebut membawa malapetaka bagi jerman.
- Performa Gemilang Penjaga Gawang
Apresiasi lainya ialah patut disematkan pada dua penjaga gawang kedua tim. Mohammed Khalil Ibrahim Owais dan  Schuici Gonda yang mampu melakukan 5 save krusial dari gempuran Argentina dan Jerman.
Keduanya mampu memberikan suntikan semangat dan ketenantan bagi tim. Keseimbangan dalam bertahan dan menyerang mampu disempurnakan dengan penampilann apik dua kiper tersebut. Sehingga dinobatkan menjadi Man Of The Match pada perrandingan tersebut.
Kompetisi seperti World Cup memang penuh kejutan. Pemain bertabur bintang bukan jaminan mudah dalam meraih poin maksumal. Tiap laganya seperti final, tergelincir sedikit akan berdampak besar. Mental, semangat, dan kegigihan ialah hal lain yang sulit diprediksi dalam angka dan catatan statistik pertandingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H