Mohon tunggu...
Muchlis
Muchlis Mohon Tunggu... -

Sangat tertarik dengan sejarah, sastra, dan budaya. Kunjungi: www.berandaesai.blogspot.com dan @lekmuchlis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Pergerakan Nasional Sebagai Fenomena Internasional

2 Oktober 2015   10:07 Diperbarui: 3 Juli 2019   00:53 3766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya itu, peristiwa Reichstag juga memuluskan langkah Hitler menjadi diktator. Akibat peristiwa Reichstag, Hitler menerapkan keadaan darurat perang, mengerahkan polisi, menyensor pers, membubarkan rapat umum, dan tak memberi kebebasan bagi rakyat untuk mengungkapkan pendapat. Pengintimidasian terhadap kaum komunis dilakukan karena menurut kepercayaan Hitler mereka adalah kelompok yang hanya akan membuat rusuh keadaan. 

Sedangkan, prisip kediktatoran (fuhrerprinzip), merupakan ciri ide fasisme yang selalu menganggap bahwa demokrasi adalah keadaan sedikit lebih baik daripada chaos. Kediktatoran dianggap sebagai jalan demi terwujudnya negara yang kuat dan mendominasi.

Pemerintahan Hitler dibangun atas tiga prinsip yakni Ein Reich, Ein Volk, Ein Fuhrer. Ein Reich adalah konsepsi mengenai negara totaliter yang mengatur kehidupan manusia sepenuhnya. Berkebalikan dengan demokrasi, dimana rakyat yang menentukan proses kehidupan bernegara, prinsip totaliter mengatur segala aspek kehidupan rakyatnya. Oleh karena kehidupan berpusat pada negara, maka kebebasan rakyat tidak dijamin. 

Negara di atas segalanya dan lebih berharga ketimbang manusia. Mencapai negara kuat diperlukan disiplin dan kepatuhan rakyat, sehingga demokrasi yang memberikan kebebasan berpendapat bukanlah bentuk ideal negara kuat. Apabila Ein Reich berarti tak memberikan hak hidup rakyat kecuali hanya untuk kepentingan negara, maka Ein Volk lebih mengerikan lagi karena konsep terakhir ini mencakup nasionalisme yang berpaham rasialis. Sejak semula dalam buku Mein Kampf Hitler berkeinginan untuk menyatukan dan mengembalikan kebesaran bangsa Aria. Pandangan ini didukung oleh asumsi bahwa bangsa Aria (berkulit dan rambut putih - bermata coklat) adalah pusat peradaban dunia, dan bahkan ia diciptakan untuk menguasai bangsa-bangsa lain.

Dalam Mein Kempf juga Hitler menunjukan kebencianya terhadap bangsa Yahudi yang menurut kepercayaanya telah membuat konspirasi besar untuk menghancurkan kekuasaan kulit putih. Hitler mengatakan bahwa bangsa Yahudi yang berada dibalik penghiatan November, dan bangsa Yahudi adalah penjahat-penjahat dibalik penderitaan rakyat Jerman. 

Ein Fuhrer atau satu pemimpin merupakan inti dari ide fasisme, karena Ein Fuhrer menjadi syarat utama terbentuknya sebuah negara dan pemerintahan yang kuat. Di Jerman Hitler dielu-elukan sebagai sang fuhrer, sedangkan di Italia Musolini dipanggil dengan Il Duce.

Rakyat Jerman dan Italia menyambut suka cita pemerintahan baru mereka di bawah fasisme, meskipun mereka juga menyadari bahwa rezim baru itu akan merenggut kebebasan mereka sendiri.

Di sinilah uniknya –seperti Gramci yang sempat tercengang melihat kaum proletar adalah termasuk pendukung fasis sehingga ia harus melihat kembali teori determinasi ekonomis Marx-, bahwa rakyat Italia dan Jerman seperti sedang disihir oleh seorang diktator, yang satu gila perempuan dan yang satu berkumis aneh, dengan pidato meledak-ledak dan konvoi baris-berbaris pasukan badai yang mengerikan di alun-alun kota. 

Segera setelah itu, Jerman mengalami sebuah orde baru. Jerman membangun kembali kekuatan militernya dengan mendirikan pabrik-pabrik senjata dan mengerahkan para penganggur untuk menjalani pelatihan militer atau direkrut menjadi anggota pasukan badai yang punya reputasi tak berkemanusiaan. Pemerintah fasis menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan membuka beberapa perusahaan yang sempat kembang kempis semasa krisis. Italia dan Jerman sedang membangun kekuatan, dan sebuah kekacauan baru akan segera terjadi kemudian.

Pergerakan Nasional di Hindia Belanda dan Wacana Fasisme

Pada tahun 1930-an, ketika berita Hitler yang dianggkat menjadi kanselir menyebar ke seluruh penjuru dunia, pergerakan nasional di Hindia Belanda sedang mengalami masa sulit. Setidaknya ada dua penyebab mengapa pergerakan pada dasawarsa ini lesu. Pertama, setelah pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang gegabah pada tahun 1926-1927 gagal, pemerintah bertindak represif dan mengawasi lebih ketat kegiatan politik yang dianggap radikal dan berbau komunis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun