Mohon tunggu...
Muchlis
Muchlis Mohon Tunggu... -

Sangat tertarik dengan sejarah, sastra, dan budaya. Kunjungi: www.berandaesai.blogspot.com dan @lekmuchlis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Pergerakan Nasional Sebagai Fenomena Internasional

2 Oktober 2015   10:07 Diperbarui: 3 Juli 2019   00:53 3766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinamika politik di Hindia Belanda tidak bisa dipisahkan dari perubahan politik dunia. Hal yang sama juga terjadi pada pergerakan nasional yang menyertainya. Mengesampingkan kondisi perpolitikan dunia dalam melihat pasang surut pergerakan nasional sama halnya dengan mengingkari kebangkitan nasional yang sedang terjadi di negeri-negeri Asia.

Kenyataanya, para tokoh pergerakan selalu mengikuti perkembangan dunia dan memanfaatkan keuntungan dari perubahan-perubahan itu. Jalinan yang terikat antara pergerakan nasional dan perpolitikan dunia sangat terlihat ketika kondisi Eropa sedang berkecambuk perang dunia. 

Pada saat jalinan negeri Belanda dan tanah jajahan terputus, maka pemerintah kolonial membentuk dewan rakyat yang nantinya diharapkan dapat membantu pemerintah mengatasi perubahan yang sedang terjadi. Pasca perang, tatkala komunikasi kembali normal, jalinan Eropa dan Hindia Belanda di warnai dengan fenomena kemunculan fasisme di Italia dan Jerman.

Kemunculan fasisme yang bebarengan dengan depresi ekonomi menjadi perhatian tersendiri bagi kalangan pergerakan. Mereka melihat perubahan dunia, sehingga yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukan reaksi terutama dalam konteks pergerakan dalam negeri. 

Pada waktu itu, kata fasisme paling sering muncul di surat kabar. Meskipun begitu, belum banyak kaum pergerakan yang paham hakikat dari fasisme. oleh karena itu, beberapa tokoh baik dari PNI maupun Partindo, berkali-kali mengingatkan dan memberi penjelasan mengenai arti dari kata fasisme. Bagi keduanya, memahami fasisme sangat penting sebelum memberikan penilaian terhadap ide itu.

Dalam menanggapi fasisme, kaum pergerakan nasional terpecah menjadi dua; kelompok yang mendukung ide fasisme (Parindra) dan kelompok yang menolak (PNI Baru dan Partindo). 

Disamping kelompok tersebut, ada juga organisasi politik yang mengadopsi dan mengidentifikasikan diri sebagai organisasi berhaluan fasis seperti NIFO, FU, dan Partai Fascist Indonesia. Terlepas dari polarisasi politik akibat demam fasisme, yang juga harus diperhatikan di sini adalah, bahwa pada periode ini kaum pergerakan kembali lagi memikirkan ulang konsep nasionalisme Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun