Ayat dan ahdis yang menerangkan Ulama bukan dijadikan alat untuk memberikan predikat atau menjustifkasi orang lain layak atau tidaknya sebagai ulama, melainkan ayat tersebut harus dijadikan sarana untuk mengevaluasi diri (muhasabah) selanjutnya melakukan peningkatan amal baik agar setiap muslim mampu memiliki karakter atau kepribadian sebagai seorang ulama.
Jika istilah ulama di jadikan sarana memberikan predikat kepada orang lain, maka selama ini pula akan menimbulkan polemik yang ujungnya berpotensi konflik sosial. Apa lagi di musim pemilu seperti sekarang ini. Marilah pesan yang ada di dalam al qur'an dan hadis seperti istilah Ulama, kafir, taqwa, munafik,  lebih dijadikan sebagai sarana untuk membentuk kepribadian masing masing, bukan dijadikan saran untuk memberikan predikat  atau menuduh  orang lain.
M. Saekan Muchith, Peneliti pada Tasamuh Indonesia Mengabdi (TIME) Jawa Tengah, Pemerhati Pendidikan dan Sosial Keagamaan IAIN Kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H