Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surga Dibeli dengan Uang, Bukan dengan Bom!

26 Mei 2018   07:33 Diperbarui: 26 Mei 2018   07:41 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat ini menggambarkan bahwa surga adalah suatu kondisi yang mampu menciptakan rasa senang, aman, nyaman, bahagia, sejahtera bagi siapapun yang ada di dalamnya. Tidak usah repot repot untuk berusaha, manusia jika mengingkan sesuatu secara otomatis terpenuhi. Itulah perbedaan tata kehidupan atau sistem kehidupan dunia dan tata kehidupan atau sistem di surga. 

Tata kehidupan di surga jauh berbeda dengan kehidupan di dunia, siapapun yang menghuni surga, tidak akan pernah merasa bosan, sebel, jenuh atau capek, semua makanan yang ada tidak mengenal basi atau kedaluwarsa, semua penerangan tidak mengenal redup, semua suara yang ada selalu nyaring, tidak ada suara yang mengganggu telinga, semua orang atau teman semuanya saling menghormati, saling menghargai, tidak ada satupun teman yang memiliki perasaan atau sikap dan perilaku jahat atau menyakiti lainnya. Dengan kata lain, suasana surga adalah suasana yang paling ideal, paling enak, paling lezat tidak ada bandingannya.

Surga adalah suatu situasi dan kondisi dimana manusia bisa hidup tenang, aman, nyaman, bahagia dan sejahtera dalam artian yang sebenarnya. Tempat dimana tidak ada dusta diantara kita, suatu tempat dimana antar manusia tidak ada kebohongan, tidak mengenal pencitraan, tidak mengenal pura pura, semua ucapan, sikap dan perilaku selalu sesuai dengan apa yang terlihat. 

Surga dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan pasti akan terjadi dan pasti akan dinikmati oleh manusia, karena surga dengan segala kesejahteraannya sudah jelas dijanjikan oleh Allah swt.

Kacamata sosial, segala sesuatu yang baik, indah, mewah, pasti biayanya atau harganya mahal, mobil mewah dengan mobil tidak mewah harganya pasti mahal yang mobil mewah. Rumah sederhana harganya pasti lebih murah disbanding dengan rumah mewah. 

Semeua peralatan yang canggih atau mewah atau modern pasti harganya lebih mahal. Padahal kecanggihan, kemewahan dan keindahan alam yang ada di dunia tidak ada bandingnya dnegan keindahan, kemewahan situasi dan kondisi di surga nanti. Konsekuensinya harga untuk membeli surge pasti lebih mahal disbanding dengan harga semua situasi atau peralatan yang ada di dunia.

Meskipun sangat mahal, surga masih bisa dibeli oleh manusia, selama manusia mengetahui tatacaranya untuk membeli surga dengan segala isinya yang menjadikan penghuninya merasa aman, nyaman, bahagia dan sejahtera lahir dan batin.

Mekanisme membeli Surga.

Sesuai dengan judul diatas, membeli surga dengan uang, artinya bagaimaan manusia khususnya umat Islam memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membeli surga dengan sejumlah uang pada saat manusia masih hidup didunia. 

Transaksi membeli surga dengan segala keindahannya dapat dilakukan sejak manusia lahir dan hidup didunia fana ini. Ada istilah dunia ini adalah panggung sandiriwara, hidup di dunia ini penuh dengan tipu daya, kehidupan dunia itu hanya permainan dan masih banyak lagi istilah yang mengandung makna bahwa dunia ini tidak begitu penting diperhatikan. 

Justru dengan berbagai istilah tersebut, akhirnya umat Islam hanya berfikir untuk kepentingan akherat dan cenderung menomorduakan urusan dunia. Padahal urusan dunia itu merupakan awal mula atau sebab terwujudnya urusan akherat, artinya jika didunia sukses maka akan membuka peluang urusan akherat menajdi sukses, sebaliknya jika urusan dunia gagal, maka potensi gagal akherat sangat tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun