Selama sepekan terakhir saya sangat menggandrungi merek sepatu Air Jordan 1 yang diproduksi oleh Nike. Sepatu ini harganya tidak murah. Bahkan merek sepatu ini yang bekerjasama dengan Dior saja dijual dengan harga selangit menembus angka Rp 250 juta.
Versi "biasa" Sepatu Air Jordan 1 ini dijual di pasaran dengan harga terendah Rp 2,5 juta. Lantas apa yang membuat sepatu ini begitu mahal? Meski saya tidak mendalami secara detil, namun ada hal yang begitu kuat dalam merk sepatu yang sebut itu, yakni bangunan narasi mulai dari sejarah hingga kisah sepatu tersebut sangat melegenda, sehingga membuat harga-nya selangit.
Meski dipromosikan dengan narasi yang sangat kuat, namun model sepatu itu tidak mengecewakan. Sangat indah dan bentuknya luar biasa. Artinya, dua kombinasi  antara narasi dan hasil kreasi sepatu membentuk produk yang begitu indah dan memiliki cerita yang kuat.
Narasi panjang ala "marketing" Air Jordan 1 ini semacam menjadi pakem untuk mempromosikan segala hal termasuk juga proyek pemerintahan. Bangunan narasi kuat, dilakukan untuk mengambil legitimasi publik namun juga harus diimbangi dengan produk atau hasil yang sepadan.
Bangunan narasi yang kuat juga kadang dilakukan di dunia sepakbola. Berbanding terbalik dengan kesuksesan Air Jordan 1, beberapa transfer pemain sepak bola dengan harga mahal yang digadang-gadang bisa mendongkrak kinerja tim, nyatanya malah berbuah sebaliknya.
Penulis sedikitnya mencatat dua nama yakni saat transfer pemain Eden Hazard ke Real Madrid dan juga Antonie Griezmann ke Barcelona. Dua pemain bintang ini pada saat kepindahannya dari klub sebelumnya dibangun dengan narasi yang sangat istimewa.
Antonie Griezmann misalnya, ia diharapkan bisa bekerja sama dengan baik bersama Lionel Messi di lini depan untuk mengobrak abrik pertahanan lawan. Performa istimewa Griezmann di Atletico Madrid diharapkan mampu bisa ditransformasikan di Klub Catalan dengan aksi gaya khasnya. Namun apa daya, bangunan narasi dan hasil yang ada tidak sesuai dengan realita. Gaya permainan Griezmann justru dianggap tidak cocok dengan  pola permainan Lionel Messi sehingga pemain asal Perancis itu kerap menonton bola dari bangku cadangan.
Lebih parah dari Griezmann adalah Eden Hazard. Pemain ini memiliki gaya bermain bola yang cukup baik saat membela Chelsea. Itulah yang membuat pihak manajemen Real Madrid merasa Hazard adalah sosok yang cocok mengisi skuad Los Galacticos, apalagi kondisi Real Madrid kala itu usai ditinggal Cristiano Ronaldo yang hengkang ke Juventus.
Narasi panjang dimainkan untuk menciptakan legitimasi publik bahwa Hazard adalah pemain yang mampu mendongkrak pola permainan tim. Namun apa daya hasilnya sangat "nggletek" (Nggletek adalah bahasa Jawa yang artinya diluar ekspektasi). Ditransfer dengan biaya mahal dari Chelsea ke Real Madrid, Hazard hanya mencetak tidak lebih dari 15 gol selama satu musim, dan bahkan ia kerap cidera dan jarang merumput bersama Sergio Ramos dkk. Bahkan, saking lamanya berada di pinggir lapangan hijau, berat badan Hazard bertambah, sehingga kurang ideal untuk membela tim yang diasuh Zinedine Zidane itu.
Dua contoh terakhir, penulis sertakan sebagai bukti bahwa tak semuanya narasi yang dibangun dengan begitu indah bisa meyakinkan publik begitu saja jika hasilnya tidak begitu istimewa atau di luar ekspektasi yang ada di benak masyarakat. Paling dekat untuk menjadi contoh kasus ini adalah pembangunan Kajoe Tangan Heritage di Kota Malang yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang bekerjasama dengan  Pemerintah Pusat belakangan ini.
Rencananya, berdasarkan bangunan narasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang, Kajoe Tangan Herritage ini bakal disulap layaknya salah satu kawasan ikonik yang ada di Jogjakarta karena dinilai memiliki kesamaan karakter. Sepanjang jalan mulai dari Pertigaan Jalan Jaksa Agung Suprapto yang memiliki bundaran ikonik hingga Jalan Basuki Rahmat akan disulap layaknya salah satu kawasan di Jogjakarta.
Kajoe Tangan Herritage juga dinarasikan dengan penuh pengharapan agar wisatawan bisa mampir ke Kota Malang dan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika Pandemi Covid - 19 mereda.
Narasi panjang yang meyakinkan publik Kota Malang akan legendarisnya kawasan Kajoe Tangan ini dimulai dari Festival Kajoe Tangan Heritage yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang pada tahun lalu. Masih ingat di benak penulis, kala itu Wali Kota Malang, Sutiani mendeklarasikan kawasan Kajoe Tangan sebagai pusat Herritage di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang).
Memang, masih ada banyak bangunan di kawasan Kajoe Tangan yang merupakan peninggalan kolonial, sehingga klaim sebagai pusat Herritage di Malang Raya bisa saja dilakukan oleh Kota Malang. Akan tetapi, Pemerintah Kota Malang dari sudut pandang subjektif penulis masih kurang konsisten dalam hal ini.Â
Jika memang ingin membangun kawasan itu murni sebagai kawasan Herritage seharusnya Pemerintah tidak kecolongan saat baliho iklan rokok terpampang jelas depan mata di sebuah toko legendaris bernama Avia di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Toko Avia itu ada yang menyebut sebagai bangunan cagar budaya, sehingga sangat disayangkan kehadiran baliho merek rokok di atasnya.
Bermula dari situ saja, sudah terdapat inkonsistensi dalam upaya membangun kawasan Herritage sebagaimana dimaksud di awal. Namun, Pemerintah Kota Malang tak berhenti disitu dalam melancarkan narasinya. Tetap membuat masyarakat optimis dengan hasil Kajoe Tangan Herritage bakal menjadi kawasan ikonik baru di Kota Malang yang mampu mendatangkan wisatawan.
Pembangunan Kajoe Tangan Heritage di hari pertama pun menuai protes dari publik. Sebab, kawasan Jalan Basuki Rahmat hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto termasuk kawasan jalan tengah kota yang menghubungkan banyak titik. Pembangunan Kajoe Tangan Heritage di dua titik kawasan itu menyebabkan jalan terpaksa ditutup dan pengguna jalan harus berputar arah.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya kemacetan sehingga banyak warga melalui cuitannya di media sosial menyampaikan keresahan dan protes. Menanggapi itu pun Wali Kota Malang menegaskan jika ia juga terkena macet akibat penutupan jalan tersebut sembari meyakinkan warga agar bersabar, karena harus rela berkorban demi Kota yang indah.
Kalau tidak salah Wali Kota Malang memberikan narasi pengandaian seperti ini. Ibarat membangun rumah, maka pemilik rumah harus bersabar sejenak karena setelah rumah selesai dibangun nantinya akan indah dan nyaman untuk di huni. Berhenti sampai titik ini, saya sangat hormat dengan kalimat dan analogi Wali Kota Malang yang membuat masyarakat yakin dan tenang bahwa Kajoe Tangan Herritage akan indah, sehingga warga rela memutar arah dan terjebak macet demi melihat Kota tercinta naik kelas keindahannya.
Dua bulan berlalu, akhirnya penutupan jalan akibat pembangunan Kajoe Tangan Heritage dibuka kembali. Masyarakat Kota Malang penasaran seperti apa hasil dari pembangunan pedestrian itu. Termasuk penulis, sampai rela jalan ke kawasan tersebut untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hasil keindahannya. Namun sayang, apa yang ada dibenak penulis dan sebagaian masyarakat tentang keindahan pedestrian itu tidak sesuai dengan kenyataan, meski pembangunan Kajoe Tangan Herritage belum sepenuhnya usai.
Media sosial ramai membicarakan hasil sementara dari bangunan ini. Bahkan ada yang membandingkan dengan yang ada di Jogjakarta dengan meng-kolase dua foto. Hasilnya apa yang ada di benak masyarakat lantaran kehebatan narasi yang diciptakan tidak sesuai dengan realita yang ada.
Ini seperti contoh yang singgung di atas. Bagaimana tim dan publik pecinta Real Madrid dan Barcelona kurang puas dengan performa dua nama keren yakni Antonie Griezmann dan Eden Hazard. Harga untuk menebus dua pemain itu dari mantan klubnya tidaklah murah. Sama halnya dengan harga membangun Kajoe Tangan Heritage yang kabarnya menelan anggaran Rp 23 miliar. Harga itu masih ditambah kemacetan masyarakat sekitar dua bulan lamanya memutar rute, berpanas-panas dan macet di jalanan.
Namun meski kurang memuaskan, baik pelatih Barcelona dan Pelatih Real Madrid masih optimis baik Griezmann maupun Hazard bisa tampil memuaskan sesuai dengan skema taktik. Sama halnya, dengan Wali Kota Malang yang masih optimis jika hasil akhir Kajoe Tangan Heritage itu akan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam sebuah video di media sosial penulis mencatat pernyataan Wali Kota Malang jika Kajoe Tangan Heritage masih belum tuntas. Kawasan itu dibuka agar pengguna jalan bisa mengakses kembali kawasan Jalan Basuki Rahmat hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto.
Tapi masyarakat sudah kadung kecewa dengan hasil sementara Kajoe Tangan Heritage. Sama kecewanya dengan fans Barcelona dan Real Madrid terhadap performa Griezmann dan Hazard meskipun pelatih optimis bisa mengembalikan performa kedua pemain itu seperti yang diharapkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI