Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Bala" dan Pesan Menjadi Diri Sendiri di Tengah Dunia yang "Berisik"

14 Februari 2020   05:36 Diperbarui: 18 Februari 2020   16:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada usia remaja, Bala harus menghadapi kenyataan bahwa rambutnya harus rontok satu persatu yang menyebabkan ia mengalami kebotakan.

Kondisi ini menyebabkan ia gusar, lantaran daya tariknya sebagai lelaki akan berkurang. Apalagi, Bala dikenal sebagai sosok tampan yang pandai merayu. Tentu kebotakan di usia muda mengganggu hidupnya.

Kebotakan juga tidak berujung baik pada karirnya. Bala yang menjadi marketing di produk pemutih wajah dan kulit, terpaksa harus "dikandangkan" di kantor lantaran penampilannya kurang menarik.

Berbagai hal dilakukan oleh Bala untuk menumbuhkan rambutnya. Apa daya, semuanya gagal. Karena stres usahanya gagal, ia sampai menyalahkan orang tuanya karena memberikan gen yang buruk terhadap dirinya.

Hingga pada suatu saat ia harus memalsukan diri dengan memakai rambut palsu untuk mengembalikan ketampanannya, sembari mengatakan kepada rekannya jika rambutnya sudah tumbuh kembali. Bala hidup dalam kepalsuan sosial.

Bala akhirnya bertemu dengan Pari, seorang selebgram cantik yang namanya tenar. Mereka berdua memadu asmara dan akhirnya menikah.

Hingga satu hari usai pernikahannya, Pari terpaksa mengajukan cerai setelah mengetahui suaminya botak. Bala harus kehilangan istrinya akibat kepalsuan dirinya itu.

Pesan besar yang disampaikan film "Bala" tak lain adalah penghargaan terhadap kemanusiaan, tidak memandang manusia dari kondisi fisiknya.

Lebih dari itu, "Bala" juga membuka mata kita agar lebih bersyukur menjadi diri sendiri dengan apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita.

Menjadi diri sendiri dalam dunia yang serba "berisik" ini bukanlah hal yang mudah. Ia membutuhkan keberanian dan komitmen yang kuat dari dalam diri.

Masyarakat saat ini seakan tahu apa yang terbaik bagi orang lain, terutama untuk ukuran fisik, namun gagal memahami apa yang baik untuk diri sendiri. Karena itu, berani menjadi diri sendiri adalah kekuatan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun