Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kalau Niatnya Pamer Harta, Anjing pun Bisa Melakukannya

21 November 2019   14:17 Diperbarui: 21 November 2019   14:26 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, saat asyik berselancar di media sosial, saya menemukan berbagai foto yang membuat saya tersenyum malu. Bukan gambar atau meme lucu, melainkan foto seekor anjing yang sedang "pamer kekayaan".

Penuh berbagai pose layaknya manusia, para anjing itu berfoto bersama ratusan lembar uang Dolar Amerika, barang merk yang harganya selangit, berpose menggemaskan di atas mobil mewah, hingga foto di berbagai tempat ikonik yang mengharuskan untuk merogoh kocek dalam-dalam. Para anjing peliharaan itu nampaknya sadar kamera, dan tahu bagaimana berpose dengan segala gaya hedon yang sedang dinikmatinya.

Jika anda penasaran akan foto para anjing lucu itu, maka pakai saja kata "richdog" untuk melakukan pencarian di akun Twitter ataupun Instagram.

Saat saya mengingat-ingat soal postingan anjing hedon tersebut, belum lama ini saya juga melihat para publik figur di acara infotainment dan youtube yang juga berperilaku identik.

Memamerkan rumah yang harganya puluhan miliar, parfum ratusan juta, bahkan lebih miris lagi salah satu artis yang sedang naik daun di dunia gosip, tanpa ragu juga menunjukkan saldo rekeningnya.

Bukan itu saja, saat saya bertanya ke google dan mencari sejauh mana sang artis yang sedang naik daun tersebut, ternyata dalam salah satu postingan di akun "Vidio" pada tahun 2018 silam, ia sempat mengaku tidak suka pernah pamer kekayaan.

Saya sebenarnya tidak ada masalah dengan para publik figur yang pamer kekayaan. Sebab, tidak semua perilaku itu berdimensi negatif. Pamer. Bisa saja, yang dilakukan itu adalah suatu upaya agar para fans atau khalayak, terpicu untuk bekerja keras dan bisa merasakan kemewahan hidup dari hasil jerih payahnya itu. Pesan positifnya kira-kira begitu.

Namun, ada juga yang menganalisa perilaku itu sebagai cara publik figur untuk mempertahankan status sosial, meski kita tidak tahu bagaimana latar belakangnya.

Cerita menarik dan inspiratif kadang juga datang dari para orang atau publik figur yang kerap memamerkan harta kekayaannya. Contohnya adalah Gianluca Vacchi asal Italia. Seperti dikutip dari Tribun News, pria 50 tahun itu kerap tampil mewah dan glamor sebagaimana sering diunggahnya di media sosial.

Berpose di atas kapal pesiar hingga pesawat pribadi dan kehidupan mewah lain, membuat Vacchi memiliki 11 juta pengikut di akun instagramnya. Nahasnya, belum lama ia menikmati bergelimang harta, kreditur bank menyita semua hartanya. Ia diketahui memiliki hutang sebesar 10,5 juta euro. Akhirnya ia bangkrut dan tak pernah mengunggah kehidupan mewahnya kembali.

Kisah lain, datang dari Wyatt Pasek, seorang influencer asal Penthouse Santa Ana. Ia juga kerap memamerkan harta kekayaannya di media sosial. Namun, nyatanya ia harus berurusan dengan polisi karena terbukti menjual narkotika. Ia ditangkap karena terbukti sebagai pengedar. Bahkan mirip serial "Breaking Bad", Wyatt juga memiliki laboratorium pembuatan narkotika.

Dua cerita di atas, menunjukkan bahwa memaksakan diri berpose hedon dengan niatan pamer harta, malah berdampak negatif dan membalik kehidupannya. Dari kaya raya, terjun bebas ke garis kemiskinan.

Beda cerita dengan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea. Sedari awal, saya pribadi sudah mendapat informasi jika ia adalah pengacara kondang yang kaya raya. Bahkan, tanpa memamerkan hartanya pun ia sudah kaya. Bagaimana tidak kaya, ia punya banyak klien, dan kasusnya bukan kelas "ecek-ecek".

Tapi pamer kekayaan ala Hotman bagi saya bukan untuk pamer atau panjat sosial. Toh ia juga tidak membutuhkan hal itu untuk memperlancar pekerjaannya sebagai pengacara. Ia juga tidak butuh itu agar dikenang orang sebagai pengacara kondang yang kaya raya.

Apa yang dilakukan oleh Hotman Paris justru membangkitkan semangat para pengacara-pengacara muda, untuk terus belajar dan meningkatkan kualitasnya. Tujuannya, agar bisa dapat banyak klien dengan kasus yang tidak "ecek-ecek".

Saya adalah orang yang mengikuti instagram Hotman Paris, dalam berbagai postingannya ia membakar semangat pengacara muda agar lebih bekerja keras. Pada waktu Subuh sudah bangun dan berolahraga, serta sudah melihat berkas kasus. Apa yang dilakukan Hotman adalah memberi contoh etos kerja. Hasilnya adalah kekayaan yang diperolehnya. Pesan dari berbagai postingan Hotman Paris itu adalah "kerja keras tak pernah mengkhianati hasil".

Sama-sama pengacara, justru perilaku Hotman berbeda dengan salah satu pengacara yang sempat viral karena ungkapannya "benjolan sebesar bakpao". Dalam sebuah wawancara ia sempat mengutarakan jika menyukai kemewahan dan hidup mewah.

Ungkapan itu justru lantas disambut "mesra" oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Pada tahun 2017 lalu, Menteri Keuangan mengaku senang jika ada masyarakat yang pamer kekayaan. Pasalnya, itu memudahkan Direktur Jenderal Pajak untuk menelusuri harta kekayaan orang tersebut. Saya kira, pesan Menteri Keuangan itu masih berlaku hingga hari ini.

Apapun maksud tujuan dari memamerkan harta, baik niat panjat sosial ataupun memberikan motivasi kepada sesama, adalah hak bagi mereka. Namun, hak tersebut tidak sepenuhnya mutlak. Apa yang dilakukan oleh Polri adalah contohnya.

Baru-baru ini Polri mengimbau kepada para anggota polisi agar tidak berpose hidup mewah, melainkan hidup sederhana. Saya kira itu adalah kode etik yang cukup baik untuk menyelami perasaan batin masyarakat. Utamanya mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Mungkin para orang kaya bisa saja membeli batu bata ber merk yang dijual dengan harga Rp 2,8 juta.

Jumlah itu setara dengan gaji Upah Minimum Regional (UMR) di kota tempat saya tinggal yakni Malang. Jika niatnya pamer, maka hal itu akan setidaknya akan menyentil "jiwa kemiskinan" para masyarakat menengah atau di bawah garis kemiskinan. Sehingga, yang dilakukan Polri adalah agar menjaga perasaan itu.

KH Ahmad Bahauddin atau yang akrab disapa Gus Baha, dalam sebuah ceramahnya yang terekam di Youtube mengingatkan agar manusia lebih banyak bersyukur atas apa yang ditipkan oleh Allah kepada manusia. Kekayaan adalah harta titipan dari Allah SWT.

Sebelum sampai ke konklusi itu, Gus Baha memberikan sedikit pemahaman tentang hakikat manusia yang telah masuk Islam. Meski ini ditinjau dari sudut salah satu agama, namun pesan substantifnya bisa kita ambil dan diterapkan.

Menurut uraian Gus Baha, jika orang sudah masuk Islam maka ia wajib dihormati atas nyawanya, hartanya dan harga dirinya. Karena itu, Gus Baha memberikan contoh, jika para "Alim" atau ulama yang berilmu ketika bertemu dengan orang atau jamaah, tidak pernah menunjukkan kelebihan ilmunya. Tujuannya, agar orang tersebut tidak merasa bodoh, dan sebagai upaya menjaga harga diri orang tersebut.

Analogi itu, sejatinya sama ketika kita masukkan harta atau kekayaan di dalamnya. Dengan ucapan yang sama substansinya, agar orang merasa harga dirinya tidak dilecehkan, maka harus bersikap rendah hati, dan tidak merasa paling kaya diantara orang lain.

Lebih lanjut, Gus Baha juga mengingatkan kepada orang kaya, bahwa di dalam harta titipan Allah itu ada hak para dhuafa atau orang kurang mampu. Karena itu, Islam mengajarkan adanya zakat, infaq dan shadaqah bagi orang mampu. Sebab, dalam hartanya ada titipan Allah untuk para dhuafa atau orang kurang mampu.

Kembali lagi. Pamer kekayaan bukan saja niatnya agar mempertahankan status sosial atau menunjukkan bahwa dia lebih kaya dari kebanyakan masyarakat. Tapi juga ada niat baik untuk memberikan contoh dari buah hasil kerja keras. Apapun itu, semuanya saya kembalikan kepada niat. Dalam Islam ada kaidah yang berbunyi "Innamal a'malu bin niyyah". Setiap perbuatan tergantung dari amal-nya.

Bahkan dalam kajian sufistik ada juga kata mutiara "Innallaha Laa Yandzur Shawarikum, Walaakinnallaha Yandzur Qolbikum" (Allah tidak menilai kamu dari harta kekayaanmu, melainkan Allah menilai dari sejauh mana hatimu).

Jika pamer kekayaan niatnya hanya untuk pamer dan menyentil jiwa kemiskinan orang lain. Maka, seekor anjing-pun bisa melakukan itu. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun