Kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan semakin meningkat. Di Indonesia, khususnya di perkotaan, masyarakat mulai memahami pentingnya pelaksanaan pemilu yang lebih ramah lingkungan. Kerja sama antara pihak penyelenggara pemilu dan komunitas untuk menyosialisasikan serta mengadopsi prinsip-prinsip Green Election bisa semakin memperkuat upaya keberlanjutan ini.
Contoh Praktik Green Election di Negara Lain
Beberapa negara telah memulai langkah-langkah Green Election yang inspiratif:
- India: Wilayah Anandpur Sahib mencoba menjadi teladan untuk pemilu hijau dengan program penanaman pohon dan pelarangan plastik pada pemilu mendatang. Selain itu, mereka juga telah mencoba menggunakan bahan biodegradable dalam TPS mereka.
- Sri Lanka: Pada 2019, salah satu partai politik melakukan kampanye dengan cara mengukur emisi karbon yang mereka hasilkan dan menanam pohon untuk menyeimbangkan jejak karbon yang ditinggalkan.
- Australia: Komisi Pemilihan Australia mengadopsi berbagai material ramah lingkungan untuk perlengkapan pemilu dan menggalakkan kegiatan pendanaan yang juga berfokus pada isu lingkungan, seperti penanaman pohon.
Tantangan dalam Mewujudkan Green Election
Meski terdengar menarik, penerapan Green Election juga menghadapi sejumlah tantangan. Mulai dari minimnya kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan dalam pemilu hingga keterbatasan akses teknologi di beberapa daerah, semua ini perlu menjadi perhatian khusus.
Peningkatan Kesadaran dan Edukasi
Masyarakat dan kandidat perlu mendapatkan edukasi tentang pentingnya kampanye yang berkelanjutan. Hanya dengan edukasi yang baik, kesadaran untuk menerapkan praktik ramah lingkungan akan terus tumbuh.
Kerangka Regulasi yang Memadai
Pemerintah dan lembaga pemilu perlu merumuskan kebijakan yang mendukung Green Election. Contohnya, dengan merevisi aturan pemilu yang mewajibkan partai atau kandidat menggunakan bahan kampanye yang ramah lingkungan.
Akses Teknologi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!